Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Pengadaan

Universitas Indonesia e PP No. 38 Tahun 2008 tentang perubahan atas PP No. 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan BMND.

2.4.1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Menurut PP 6 Tahun 2006, perencanaan kebutuhan dan penganggaran adalah merumuskan rincian kebutuhan barang milik negara untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Perencanaan kebutuhan BMND berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga. Standar barang dan standar kebutuhan ditetapkan oleh pengelola barang setelah berkoordinasi dengan instansi terkait. Kegiatan dimulai dengan menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang KPB yang berada di bawah lingkungan Pengguna Barang. Kemudian Pengguna Barang MenteriPimpinan Lembaga menyampaikan usul rencana kebutuhan BMN kepada Pengelola Barang Menteri Keuangan. Selanjutnya pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul tersebut dengan memperhatikan data barang pada pengguna barang danatau pengelola barang untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan Barang Milik NegaraDaerah RKBMND.

2.4.2 Pengadaan

Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh pemerintah yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barangjasa. Pengadaan barang atau jasa pemerintah diatur dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, berlaku untuk lingkungan pemerintah dengan sumber dana berasal dari APBNAPBD, untuk investasi di BI, BHMN, BUMND dengan sumber dana berasal dari APBNAPBD. Lembaga pemerintah yang mengatur urusan pengadaan barang dan jasa ini adalah LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Pemerintah. Analisis hasil..., Hilda Gustrina Dewi, FE UI, 2012 Universitas Indonesia Kegiatan pengadaan barang dan jasa ini merupakan kegiatan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi untuk terjadinya KKN yang menjadi kasus pidana . Beberapa kasus yang ada antara lain: a. Adanya mark up harga, ini bisa menimbulkan kerugian negara karena barang yang dibeli harganya melebihi harga wajar dan menguntungkan pihak tertentu; b. Persekongkolan dalam lelang pemenangnya telah diaturditentukan, ini juga member keuntungan pada pihak tertentu dan tidak melaksanakan prinsip transparansi dan keterbukaan; c. Adanya penyuapan yang dilakukan oleh peserta lelang kepada panitia lelang yang bertujuan agar menang lelang; d. Penunjukan langsung pemenang lelang tanpa melalui proses tender. Untuk menghindari terjadinya KKN dalam lelang, panitia lelang harus menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adiltidak diskriminatif dan akuntabel, antara lain diwujudkan dengan adanya E- Procurement. Tujuan penerapan E-Procurement adalah untuk mendorong mewujudkan pasar yang terintegrasi secara nasional, untuk mencapai efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih tinggi. Selain itu, dengan penerapan E- Procurement, diharapkan proses lelang bisa mengalami percepatan.

2.4.3 Penggunaan dan Pemanfaatan