2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian yang berkaitan
selanjutnya. 3.
Sebagai kontribusi bagi kelompok-kelompok ensambel musik dikalangan masyarakat Simalungun.
4. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama
perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. 5.
Untuk memenuhi syarat ujian untuk mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU.
1.4. Konsep dan Teori
1.4.1. Konsep
Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 431. Kajian merupakan kata
jadian dari kata ”kaji” yang berarti mengkaji, mempelajari, memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pengertian
kata ”kajian” dalam hal ini adalah suatu penelitian atas pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. Badudu. 1982 : 132.
Sedangkan organologi merupakan ilmu tentang instrumen musik alat musik yang seharusnya tidak hanya mencakup sejarah dan deskripsi instrumen saja, tetapi juga sama
pentingnya, walaupun sebagai aspek yang terabaikan dalam ”ilmu” instrumen musik, seperi teknik-teknik tertentu dalam memainkan, fungsi secara musik, hiasan yang dibedakan dari
konstruksi dan berbagai pendekatan tentang sosial budaya. Hood, 1982 : 124.
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian organologis sarunei buatan bapak Martuah Saragih, di Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematang Siantar, adalah
penelitian secara mendalam mengenai deskripsi instrumen, proses pembuatan, dan teknik permainan dari instrumen sarunei.
1.4.2. Teori
Teori merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa. Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 1041. Sesuai dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa landasan teori yang berkaitan relevan dengan tulisan ini.
Dalam konteks penelitian, teori digunakan sebagai arahan untuk melakukan kerja- kerja penelitian. Teori hanya sebagai acuan sementara, agar penelitian tidak melebar ke
mana-mana. Teori adalah bangunan yang mapan, ada pendapat peneliti, ada simpulan awal. Itulah sebabnya teori harus dibangun terstruktur, sejalan dengan apa saja yang mungkin akan
digunakan Suwardi, 2006:107. Penulis juga akan membahas tentang pendeskripsian instrumen sarunei simalungun
buatan bapak Martuah Saragih, maka dalam hal ini penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima 1978 : 74, yaitu:
” Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu; aspek fisik
instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Dan secara
fungsional, yaitu: fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen,
penggunaan bunyi yang diproduksi, dalam kaitannya dengan komposisi musik dan kekuatan suara”
Universitas Sumatera Utara
Teori ini digunakan untuk membahas mengenani kajian struktural dan kajian fungsional dari sarunei Simalungun buatan Martuah Saragih, yang akan dirangkumkan dalam
kajian organologis sarune buatan bapak Martuah Saragih. Sesuai dengan teori klasifikasi musik oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961 yang membagi alat musik menjadi empat
bagian berdasarkan sumber bunyinya yaitu: Aerophone, Idiophone, Membranophone, Chordophone.
Menurut pembagian tersebut maka sarunei Simalungun adalah instrumen musik Aerofon, memiliki lidah ganda double reed, berbentuk sedikit menerucut , terbuat dari kayu
pohon silastom dan bambu, ditiup dengan circular breathing, yang artinya melakukan tiupan tanpa putus-putus dengan mengatur pernapasan, sambil menghirup udara kembali lewat
hidung sembari meniup. Berdasarkan Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 253, ”Eksistensi
artinya keberadaan”. Hal ini berkaitan juga dengan eksistensi keberadaan sarunei pada etnis Simalungun, dalam hal ini yang berada di Pematang Siantar. Teori ini digunakan untuk
membahas mengenai keberadaan dan eksistensi sarunei yang terdapat di kota Pematang Siantar.
Untuk mengetahui sistem permainan atau teknik permainan sarunei oleh bapak Martuah maka penulis menggunakan dua pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl 1963 :
98 yaitu: ” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita
dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat”
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Charles Seeger juga mengemukakan dalam Nettl 1964 : 100 yaitu : ” Ada dua
tujuan musikal yaitu secara perspektif dan deskriptif. Secara ringkas diterangkan bahwa perspektif dapat disebut sebagai notasi yang tidak
lebih dari untuk membantu pemain mengingat terhadap musik pada saat pertunjukan. Sedangkan deskriptif adalah notasi yang menuliskan semua
karakter musikal secara rinci dari suatu komposisi musik yang diperdengarkan.”
1.5. Metode Penelitian