Biografi Singkat Bapak Martuah Saragih

2.8 Biografi Singkat Bapak Martuah Saragih

Pada Sub Bab ini, penulis akan membahas tentang riwayat hidup bapak Martuah Saragih, terutama yang berkaitan dengan peranan beliau sebagai pemusik dan pembuat alat musik tradisioanal Simalungun di kota Pematangsiantar. Biografi yang akan dibahas disini hanya berupa biogarfi ringkas, artinya hanya memuat hal-hal umum mengenai kehidupan bapak Martuah Saragih dimulai dari masa kecil hingga masa kehidupannya sekarang ini, temasuk pula pengalaman beliau sebagai pemusik tradisional Simalungun, sebagai pembuat instrumen musik tradisional Simalungun, dan pengalaman berkesenian lainnya. Biografi yang di bahas di sini sebagain besar adalah hasil wawancara dengan bapak Martuah Saragih, dan juga wawancara dengan saudara-saudara beliau, sahabat-sahabat beliau dan keluarga beliau, dan juga beberapa musisi tradisional dan seniman musik. Hal ini dianggap perlu untuk melengkapi dan menguji keabsahan biografi beliau. Martuah Saragih lahir di kota Pematangsiantar, Kecamatan Siantar Utara, pada tanggal 15 juni 1965, anak dari ayah bapak G. Saragih dan ibu T. br. Sinaga Martuah lahir dari keluarga seniman musik tradisional Simalungun dan penganut agama nasrani. Latar belakang keluarga yang sedemikian rupa membuat bapak Martuah sudah sangat akrab dengan musik tradisional Simalungun. Dimana Kakek dari Martuah Saragih merupakan parsarunei, Ayahnya merupakan penabuh Gonrang. Hal ini menjadi motivasi beliau untuk menjadi seorang seniman. Martuah Saragih berawal dari seorang pemain gong yang kemudian beralih menjadi seorang penabuh gonrang, kemudian beliau sering dipanggil untuk ikut mengisi di berbagai upacara adat Simalungun. Nama grup pertama Bapak Martuah Saragih pertama adalah grup Sitalasari. Di dalam grup tersebut bapak Martuah Saragih mulai mempelajari cara memainkan alat musik sarunei Universitas Sumatera Utara secara otodidak pada tahun 1978 tepatnya pada saat bapak Martuah berumur 13 tahun. Pertama-tama bapak Martuah Saragih belajar memainkan sarunei buluh. Cara belajar yang digunakan beliau untuk mempelajari sarunei adalah dengan menghapal melodi-melodi lagu yang sering dimainkan oleh parsarunei di dalam grup tersebut. Secara lambat laun beliau mulai bisa memainkan sarunei, dan mulai menggantikan parsarunei utama dengan memainkan dua atau tiga repertoar lagu ketika panarunei utama istirahat. Hingga bapak Martuah Saragih dipercaya oleh grupnya untuk menjadi salah satu parsarunei utama di dalam grup itu sampai sekarang. Meskipun beliau belajar secara otodidak dalam memainkan sarunei beliau tetap menganggap almarhum Nokah Sinaga sebagai gurunya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya waktu yang sudah dilalui beliau dengan almarhum Nokah Sinaga sehinga sedikit banyaknya telah mempengaruhi teknik permainan sarunei bapak Martuah Saragih. Bapak Martuah Saragih mulai belajar membuat sarunei ketika berada di dalam grup Sitalasari. Awalnya bapak Martuah Saragih belajar adalah saat disuruh untuk memperbaiki anak ni sarunai lidah atau buluh getar sarunei dan nalih sarune oleh mendiang Nokah Sinaga. Setelah mengetahui cara membuat anak ni sarunei dan memperbaiki nalih, bapak Martuah Saragih sering ikut melihat dan bertanya tentang proses-proses pembuatan sarunei kepada mendiang Nokah Sinaga. Kemudian secara perlahan-lahan beliau mulai mencoba untuk membuat sarunei hasil karya ciptanya sendiri. Beliau pertama kali membuat alat musik sekitar tahun 1996. Walaupun telah berkali-kali gagal tetapi bapak martuah saragih tidak pernah berhenti untuk mencoba hingga beliau menghasilkan sarunei pertamanya. Untuk membuat satu buah sarunei bapak martuah membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Universitas Sumatera Utara Menurut pengakuan beliau dan beberapa parsarunei Simalungun yang penulis jumpai sarunei buatan Martuah Saragih ini telah banyak digunakan. Baik oleh parsarunei yang baru belajar maupun parsarunei yang sudah profesional. Mereka beranggapan bahwa selain bapak Martuah Saragih mahir memainkan saruneinya kualitas dari sarunei buatannya juga dinilai baik. Menurut Martuah Saragih yang banyak memesan sarunei kepada beliau adalah orang- orang yang hendak mempelajari Sarunei Simalungun Diantaranya pemuda-pemuda Simalungun maupun mahasiswa-mahasiswa diluar kabupaten simalungun. Dan begitu juga halnya dengan parsarunei yang sudah profesional. Banyak event-event atau acara-acara baik di kota Pematangsiantar maupun di beberapa negara yang telah dijalani oleh bapak Martuah Saragih dalam karirnya sebagai pemusik, dintaranya PRSU Pekan Raya Sumatera Utara Medan, Malaysia, Thailand, Singapura, Amerika dan Canada. Beliau adalah parsarunei yang telah dikenal oleh masyarakat di kota Pematangsiantar khususnya masyarakat Simalungun. Beliau juga telah banyak mendapatkan berbagai piagam penghargaan dari pemerintah sebagai tanda ucapan terima kasih untuk kontribusinya dalam mendukung musik tradisional khususnya musik Simalungun, di antaranya adalah piagam penghargaan dari pemerintah, karena telah mendukung tim kesenian pemerintah Kotamadya Pematangsiantar ke Malaysia pada tanggal 28 Oktober sampai dengan 2 Nopember 1993. Selain itu beliau juga memenangkan beberapa acara seperti festival Gondang Simalungun yang diselenggarakan pada Hut ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke 51 pada tahun 1996. Bapak Martuah Saragih Menikah pada tahun 1996 dengan R br. Damanik dan di karuniai 4 orang anak, 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Menjadi pembuat sarunei bukan pekerjaan tetap beliau, bapak Martuah Saragih hanya membuat sarunei bila ada orang Universitas Sumatera Utara yang memesan saja. Sampai saat ini bapak Martuah Saragih tetap menjadi peniup saruneiparsarunei dalam grup sitalasari. Walaupun demikian Begitu menjadi peniup dan sekaligus membuat sarunei bukanlah pekerjaan tetap beliau. Pekerjaan tetap beliau selain bertani adalah sebagai Ketua RTRW Kelurahan Martoba, Kecamatan Siantar utara. Universitas Sumatera Utara

BAB III EKSISTENSI DAN FUNGSI SARUNEI SIMALUNGUN