Analisis Peran Lembaga Keuangan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues

(1)

LAMPIRAN KUESIONER

Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini berguna untuk membantu penulisan skripsi yang berjudul "Peran Lembaga Keuangan Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) . Di Kabupaten Gayo Lues"

Identifikasi Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Lama usaha : Tahun/Bulan 5. Jenis Usaha :

6. Pendapatan Sebelum Menerima Kredit: Rp 7. Pendapatan Sesudah Menerima Kredit: Rp 8. Berapa peningkatannya: %

9. Berapa pertambahan tenaga kerja: orang 10.Perbankan mana yang memberikan Bapak/ Ibu kredit?

Jawab:

11.Apa alasan Bapak/Ibu meminjam kredit di Perbankan tersebut? Jawab:


(2)

12.Bagaimana peranan Perbankan dalam memberikan pinjaman terhadap usaha Bapak/Ibu?

Jawab:

13.Apa faktor pendorong Bapak/Ibu meminjam kredit? Jawab:

14.Kemana saja pinjaman kredit digunakan? Jawab:

15.Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana persyaratan memperoleh kredit? Jawab:

16.Apa saja permasalahan yang dihadapi Bapak/Ibu dalam menjalankan usaha? Jawab:


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amelie, Siska. 2015 “2 Ancaman Besar Yang Hantui Ekonomi Dunia”. Bisnis.Liputan6.com, 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:37 WIB

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues 2015. “Gayo Lues Dalam Angka 2014” gayolueskab.bps.go.id, 30 Juli 2015, diakses pada tanggal 5 November 2015 Pukul 15:35 WIB

Fahmar, Sandy Kunthi. 2015 “The Feed Tahan Suku Bunga, BI Nilai Ekonomi Dunia Buruk”. Ekbis.sindonews.com, 18 September 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:39 WIB

Freycinetia, Feni Fitriani. 2015 “Menkop UKM: Suku Bunga LPDB KUKM Turun Jadi 5%. Bisnis.com, 22 Februari 2015, diakses pada tanggal 13 November

2015 Pukul 20:45 WIB

Kasmir, 2014 "Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya". Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Mohamad, Dahwilani Dani. 2015 “Sinyal Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melemah”. Ekbis.sindonews.com, 25 Oktober 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:39 WIB

Reza, Kurnia Sekedeng. 2011. Skripsi "Analisis Peranan Kredit Perbankan

Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia". Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara

Rochadi, Budi. 2011 "Kajian Akademik Pemeringkat Kredit Bagi Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah di Indonesia". www.bi.go.id, Januari 2011 diakses

pada tanggal 13 November 2015 Pukul 22.01 WIB

Seftarita, Chenny. 2015 “Ekspektasi dan Solusi Ekonomi Aceh ke Depan” aceh.tribunnews.com, 26 Mei 2015, diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 21:04 WIB


(4)

Sugiyono, 2004. "Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, Kualitatif,

R&D), Bandung: Alfabeta.

Suparyanto, R.W. 2013 “Kewirausahaan Konsep Dan Realita Pada Usaha Kecil”. Bandung: Alfabeta.

Suprian, 2015 “Sereh Wangi Andalan Ekonomi Rakyat Gayo Lues” aceh.antaranews.com, 14 Juni 2015, diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 21:18 WIB

Susilo, Sri. 2010. Jurnal "Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM Di

Provinsi DIY" Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya

Yogyakarta. Vol. 14, No 3 September 2010, hlm. 467-478

Syofwan, Ari. 2013. Skripsi "Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap

Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Unit Kecamatan Gebang)". Medan: Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

Tambunan, Tulus. 2009 "UMKM Di Indonesia". Bogor: Gahlia Indonesia

Taupan, Ahcmad Felna. 2012. Skripsi "Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Medan Johor" Medan: Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Zainal, Said Abidin. 2001 “Kondisi Perekonomian Aceh dan Upaya Penyelamatan” old.bappenas.go.id, 2001, diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:55 WIB


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain dan dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

sebagaimana judul penelitian ini yaitu "Analisis Peran Lembaga Keuangan Dalam Pengambangan UMKM Di Kabupaten Gayo Lues" maka penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. dan waktu penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu selama 2 (dua) bulan yaitu Maret sampai April 2016.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah mengamati dan menganalisa pengaruh kredit yang disalurkan oleh perbankan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues. Variabel yang dipakai adalah pendapatan UMKM sesudah mendapatkan kredit dan menganalisa apakah pendapatan UMKM tersebut meningkat setelah mendapatkan kredit. Variabel lainnya yang diteliti dengan metode berbeda adalah faktor apa yang paling mendorong calon debitur dalam mengambil kredit yaitu pendapatan pengusaha setelah menerima kredit, lama usaha dan jumlah tenaga kerja.


(6)

Kredit yang dipakai di penelitian ini adalah kredit UMKM yang merupakan salah satu produk pembiayaan dari lembaga keuangan.

3.4 Defenisi Operasional

1. Bank

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. UMKM

a. Usaha Mikro yaitu usaha yang memiliki asset maksimal Rp 50 juta dan memiliki omset maksimal Rp 500 juta/tahun.

b. Usaha Kecil yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 50 juta sampai Rp 500 juta dan memiliki omset diatas Rp 500 juta/tahun sampai Rp 2,5 milyar/tahun.

c. Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 500 juta sampai Rp 10 milyar dan memiliki omset diatas Rp 2,5 milyar/tahun sampai Rp 50 milyar/tahun.

3. Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah


(7)

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pengusaha UMKM yang berada di Kabupaten Gayo Lues bukan hanya pengusaha UMKM yang terdata di BPS.

Dalam hal pemakaian sampel, Roscoe dalam buku Sugiyono (Metode Penelitian Pendidikan, 2004: 102) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30).

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable variable.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 responden dikarenakan ukuran yang layak adalah 30-500 responden dan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel dengan jumlah diatas minimal yakni sebanyak 50 responden.

Disebabkan keterbatasan yang dihadapi peneliti maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel campuran yaitu eksidental sampling dan snowball sampling


(8)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk cross

section yang merupakan data primer dan sekunder. Data primer yakni data yang

diperoleh secara langsung melalui pencatatan di lapangan pada waktu saat ini (tahun 2016) dan akan diteliti pada bulan Maret, dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden, dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal, website, dan media cetak maupun media online.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian langsung ke lapangan dengan pencatatan data secara langsung menggunakan kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

3.8 Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik analisis data dengan menggunakan program komputer SPSS 23 yaitu untuk menganalisis secara crosstab dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel untuk dilakukan tabulasi. dan akan mendeskriptifkan dengan menggunakan software Microsoft Word.


(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Gayo Lues merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terletak pada posisi garis lintang 03º 40’26” - 04º 16’55” LU dan garis bujur 96º 43’ 24” - 97º 55’ 24” BT, dengan ibukota Blangkejeren memiliki luas wilayah 571,990.90 Ha atau 10% dari luas Provinsi Aceh secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002, Kabupaten Gayo Lues berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Timur; sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat Daya; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Letak geografis ini telah menjadikan Kabupaten Gayo Lues sebagai kabupaten yang memiliki keterkaitan sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan bahkan politik yang sangat erat dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.


(10)

Tabel 4.1

Nama dan Luas Kecamatan Kabupaten Gayo Lues

No Kecamatan Luas

Hektar %

1 Blangkejeren 21.374 3,74

2 Kuta Panjang 63.325 11,07

3 Terangun 69.084 12,08

4 Rikit Gaib 27.341 4,78

5 Pining 101.660 17,77

6 Blang Jerango 17.448 3,05

7 Blang Pegayon 46.003 8,04

8 Dabun Gelang 27.440 4,80

9 Putri Betung 139.000 24,30

10 Pantan Cuaca 17.623 3,08

11 Tripe jaya 41.660 7,28

Jumlah 571.958 100,00

Sumber: Gayo Lues Dalam Angka 2011

Penduduk Kabupaten Gayo Lues terdiri dari beberapa suku antara lain, suku Gayo, Alas, Jawa, Minang, Batak dan suku lainnya dalam jumlah kecil. Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 sebanyak 79.560 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Blangkejeren yang merupakan Ibukota Kabupaten Gayo Lues sebanyak 24.434 jiwa atau 30,71%. Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Pantan Cuaca sebanyak 3.481 jiwa atau 4,38%.


(11)

Tabel 4.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Gayo Lues

Sumber: Gayo Lues Dalam Angka 2011

Pada tahun 2010 kepadatan penduduk tercatat sebesar 14.34 jiwa/Km2 persegi. Penduduk Kabupaten Gayo Lues tersebar pada 11 kecamatan dengan angka kepadatan penduduk bervariasi. Kecamatan Blangkejeren mempunyai angka kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Gayo Lues yaitu sebanyak 147 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Pining yaitu 2.5 jiwa/Km2. Kepadatan tersebut merupakan kepadatan kotor atau jumlah penduduk dibagi luas wilayah. Kepadatan seharusnya adalah jumlah penduduk dibagi dengan luas permukiman.

4.2 Karakteristik Responden

Dari 50 orang responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Beberapa karakteristik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:

No Kecamatan

Penduduk Kepadatan

Penduduk (jiwa/km2) Laki-laki Perempuan Jumlah %

1 Blangkejeren 12.121 12.313 24.434 30.7 147.78

2 Kuta Panjang 3.634 3.696 7.330 9.2 28.79

3 Terangun 3.943 4.010 7.953 10.0 11.68

4 Rikit Gaib 1.825 1.945 3.770 4.7 14.02

5 Pining 2.164 2.156 4.320 5.4 2.50

6 Blang Jerango 3.121 3.258 6.379 8.0 16.91

7 Blang Pegayon 2.548 2.551 5.099 6.4 17.86

8 Dabun Gelang 2.609 2.668 5.277 6.6 16.09

9 Putri Betung 3.392 3.215 6.607 8.3 9.12

10 Pantan Cuaca 1.783 1.698 3.481 4.4 12.09

11 Tripe jaya 2.446 2.464 4.910 6.2 10.99


(12)

4.2.1 Jenis Kelamin

Tabel 4.3 berisi data responden berdasarkan jenis kelamin, sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

1 Laki-Laki 38 76

2 Perempuan 12 24

Jumlah 50 100

Sumber: Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan data pada tabel tersebut , didapati jumlah responden laki-laki lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan yakni terdiri atas 38 responden berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 76% dari keseluruhan responden dan 12 responden berjenis kelamin perempuan atau sebesar 24% dari keseluruhan responden. Hal ini menggambarkan bahwa pengusaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues didominasi oleh laki-laki, Namun ada beberapa pengusaha wanita yang menjadikan suaminya untuk dijadikan responden karena beranggapan usaha yang dimiliki adalah milik suami dan istri hanya bertugas untuk mengelolah usaha tersebut.

4.2.2 Umur


(13)

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah Persentase(%)

1 30-39 11 22

2 40-49 26 52

3 50-59 10 20

4 >60 3 6

Jumlah 50 100

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan data pada tabel tersebut, didapati jumlah responden yang berumur 40-49 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 26 responden yang terdiri dari 20 laki-laki dan 6 perempuan atau sebesar 52% dari jumlah keseluruhan responden, karena umur ini merupakan saat produktif seseorang dalam menjalankan usaha dengan segala pengalaman yang sudah dilewati, kemudian disusul dengan kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah 11 orang terdiri dari 7 laki-laki dan 4 perempuan atau sebesar 22% dari jumlah keseluruhan responden, berikutnya kelompok umur 50-59 tahun dengan jumlah 11 orang jumlah ini berbeda 1 orang dengan kelompok sebelumnya namun jumlah laki-laki nya lebih banyak yaitu sebanyak 9 orang dan jumlah perempuan 1 orang atau sebesar 20% dari jumlah keseluruhan responden, dan jumlah yang paling sedikit adalah kelompok umur >60 tahun yaitu sebanyak 3 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan atau sebesar 6% dari total keseluruhan responden, hal ini menunjukkan bahwa pengusaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues didominasi oleh kelompok umur yang


(14)

sudah tergolong dewasa, dan kelompok yang paling kecil adalah kelompok yang sudah tua.

4.2.3 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit

Dari penelitan yang telah dilakukan, sebanyak 50 responden menjawab memperoleh kredit dari lembaga keuangan Bank, yaitu dengan presentase 100% tidak ada satupun responden yang memperoleh kredit dari BPR, hal ini menggambarkan lembaga keuangan bank memiliki peran yang sangat penting dalam menyalurkan kredit kepada pengusaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues dengan jumlah Bank yang lebih banyak dari pada BPR, para pengusaha lebih memilih meminjam kredit dari Bank, sedangkan BPR tidak memiliki peran yang signifikan dalam menyalurkan kredit kepada pengusaha UMKM hal ini terjadi karena jumlah BPR yang sangat sedikit yaitu hanya terdapat 1 BPR di Kabupaten Gayo Lues, Kemudian karena kurangnya promosi ataupun program dari BPR tersebut.

4.2.4 Lama Usaha

Tabel 4.5 berisi data responden berdasarkan lama usaha, sebagai berikut

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha

No Lama Usaha Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 5 Tahun 3 6

2 6-15 Tahun 31 62

3 16-25 Tahun 11 22

4 26-35 Tahun 5 10

Jumlah 50 100


(15)

Dari hasil tabulasi kuesioner diperoleh lama usaha yang dimiliki oleh pelaku usaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues tertinggi adalah 6-15 tahun sebanyak 31 responden dengan presentase 62% hal ini menggambarkan bahwa saat usaha berada diusia ini tahapan yang harus dilakukan pelaku usaha adalah meningkatkan profit dengan memperbesar margin keuntungan, dengan cara meminjam kredit dari lembaga keuangan guna menambah produksi atau stok barang dan memperbesar lokasi usaha, kemudian 16-25 tahun dengan jumlah 11 responden atau 22%, lama usaha 26-35 tahun sebanyak 5 responden dengan persentase 10%, dan yang paling sedikit yaitu ≤5 tahun dengan jumlah 3 responden atau 6% dari jumlah keseluruhan responden.

4.2.5 Pendapatan Setelah Menerima Kredit

Tabel 4.6 berisi data responden berdasarkan pendapatan setelah menerima kredit, sebagai berikut:

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Setelah Menerima Kredit

No Pendapatan Keterangan Jumlah persentase(%)

1 ≤ Rp500.000.000 Usaha Mikro 36 72

2 Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 Usaha Kecil 12 24

3 Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 Usaha Menengah 2 4

Jumlah 50 100

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan karakteristik yang terdapat ditabel maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pelaku usaha yang diteliti merupakan usaha yang dikategorikan usaha


(16)

mikro yaitu sebanyak 36 usaha atau sebesar 72% dari total keseluruhan responden, kemudian usaha kecil sebanyak 12 usaha atau sebesar 24% dari total keseluruhan responden, dan usaha menengah sebanyak 2 usaha atau sebesar 4% dari total keseluruhan responden, hal ini menggambarkan bahwa pelaku usaha di Kabupaten Gayo Lues sebagian besar merupakan usaha yang masih berada pada kategori usaha mikro, peneliti sangat sulit untuk mencari responden yang sudah dikatakan usaha menengah berdasarkan omset di Kabupaten ini, sehingga peneliti hanya mendapatkan 2 usaha yang dikatakan usaha menengah. Kategori usaha menurut jumlah pendapatan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1

Kategori Usaha Berdasarkan Pendapatan

4.2.6 Karakteritik Responden Berdasarkan Peningkatan Pendapatan

Tabel 4.7 berisi data responden berdasarkan peningkatan pendapatan, sebagai berikut:


(17)

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan Pendapatan

No Peningkatan (%) Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 10 5 10

2 11-30 12 24

3 31-50 14 28

4 51-70 11 22

5 ≥ 71 8 16

Jumlah 50 100

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha bervariasi, ini telihat dari tidak ada angka yang dominan didalam peningkatan, peningkatan yang paling banyak adalah diantara 31%-50% dengan 14 responden, antara 11%-30% sebanyak 12 responden, antara 51%-70% sebanyak 11 responden, ≥ 71% sebanyak 8 responden, ≤ 10% sebanyak 5 responden, hal ini menggambarkan bahwa semua responden yang mendapatkan kredit mangalami peningkatan pendapatan, walaupun peningkatannya kecil.

4.2.7 Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis Usaha


(18)

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Unit Usaha Persentase (%)

1 Fashion 9 18

2 Kuliner 6 12

3 Grosir Sembako 6 12

4 Rumah Makan 3 6

5 Bengkel 2 4

6 Kilang Padi 5 10

7 Panglong 3 6

8 Grosir Sepatu 1 2

9 Peralatan Sekolah 1 2

10 Toko Jam 1 2

11 Toko Perabot 1 2

12 Toko Serba Ada 2 4

13 Toko Elektronik 1 2

14 Travel 1 2

15 Toko Peralatan Olahraga 1 2

16 Industri Meubel 2 4

17 Apotik 1 2

18 Toko Mas 1 2

19 Toko Kue 1 2

20 Sereh 1 2

21 Supermarket 1 2

Jumlah 50 100

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan kuesioner yang sudah diolah maka dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan jenis usaha pada tabel 4.8 diatas. Jenis usaha yang diteliti sangat beragam dengan jumlah 21 jenis usaha, peniliti memilih jenis usaha ini secara acak tidak ada unsur kesengajaan di dalam menentukan jenis usaha yang dijadikan responden, berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat jenis usaha yang bergerak dibidang fashion adalah jenis usaha yang banyak diteliti dengan jumlah responden 9 usaha atau sebesar 18% dari total keseluruhan, fakta yang didapat dilapangan jenis


(19)

usaha yang bergerak dibidang fashion ini memang meiliki jumlah yang banyak, namun jumlahnya juga hampir sama dengan usaha yang bergerak di bidang kuliner, tetapi pelaku usaha yang bergerak dibidang kuliner banyak yang membuka usahanya ketika sore sampai malam, sehingga peneliti tidak banak mendapatkan responden dari jenis usaha kuliner ini

4.2.8 Karakteritik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 4.9 berisi data responden berdasarkan jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

No Tenaga Kerja Jumlah Persentase (%)

1 1-2 18 36

2 3-5 23 46

3 6-10 7 14

4 11-19 0 0

5 ≥20 2 4

Jumlah 50 100

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat responden yang dengan jumlah tenaga kerja 3-5 orang adalah yang tertinggi dengan jumlah 23 responden atau sebesar 46%, kemudian jumlah tenaga kerja 1-2 orang dengan jumlah 18 responden atau sebesar 36%, jumlah tenaga kerja 6-10 orang dengan jumlah 7 responden atau sebesar 14 persen, dan ≥20 sebanyak 2 responden atau sebesar 4%, namun tidak ditemui responden dengan jumlah tenaga kerja 11-19 orang.


(20)

4.3 Analisis Crosstab

Analisis crosstab digunakan untuk melihat tabulasi silang serta signifikansi dari hubungan beberapa variabel dalam penelitian.

4.3.1 Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Tabel 4.10 dibawah ini merupakan tabulasi silang antara lama usaha dan pendapatan sesudah menerima kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:

Tabel 4.10

Crosstab Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.10 diatas menjelaskan hubungan antara lama usaha dan pendapatan yang diperoleh pelaku usaha sesudah menerima kredit, dapat dilihat mayoritas responden yang memiliki usaha ≤5 tahun sebanyak 3 responden dan semuanya memiliki pendapatan ≤ Rp500.000.000 atau masih dikategorikan usaha mikro, responsen yang memulai usaha sejak 6-15 tahun adalah responden yang paling

Lama Usaha

Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Jumlah

≤ Rp500.000.000 Rp500.000.001-

Rp2.500.000.000

Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 ≤ 5

Tahun 3 0 0 3

6-15

Tahun 24 6 1 31

16-25

Tahun 7 3 1 11

26-35

Tahun 2 3 0 5


(21)

banyak memperoleh pendapatan ≤ Rp500.000.000 yaitu sebanyak 24 responden., memperoleh pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 sebanyak 6 responden dikategorikan kedalam usaha kecil, memperoleh pendapatan Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 dikategorikan usaha menengah sebanyak 1 responden, usaha yang dimulai sejak 16-25 tahun sebanyak 7 responden memperoleh pendapatan ≤ Rp500.000.000, memiliki pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 sebanyak 3 responden, dan usaha yang memperoleh Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 dikategorikan menengah sebanyak 1 responden, sedangkan responden yang sudah lama memulai usahanya yaitu 26-30 tahun dan memiliki pendapatan ≤ Rp500.000.000 atau dikategorikan usaha mikro sebanyak 2 responden, dan yang memiliki pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 dikategorikan usaha kecil sebanyak 3 responden lebih banyak dari pada usaha mikro, sedangkan yang dikategorikan usaha menengah tidak ada.

4.3.2 Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Tabel 4.11 dibawah merupakan tabulasi silang antara jenis usaha dan pendapatan sesudah menerima kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini.


(22)

Tabel 4.11

Crosstab Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Jenis Usaha

Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Jumlah ≤ Rp500.000.000 Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000

Fashion 6 3 0 9

Kuliner 5 1 0 6

Grosir Sembako 5 1 0 6

Rumah Makan 2 1 0 3

Bengkel 1 1 0 2

Kilang Padi 5 0 0 5

Panglong 1 2 0 3

Grosir Sepatu 1 0 0 1

Peralatan Sekolah 0 1 0 1

Toko Jam 1 0 0 1

Toko Perabot 1 0 0 1

Toko Serba Ada 2 0 0 2

Toko Elektronik 1 0 0 1

Travel 0 1 0 1

Toko P. Olahraga 1 0 0 1

Industri Meubel 2 0 0 2

Apotik 1 0 0 1

Toko Mas 1 0 0 1

Toko Kue 0 1 0 1

Sereh 0 0 1 1

Supermarket 0 0 1 1

Jumlah 36 12 2 50

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat jenis usaha yang tergolong kedalam usaha menengah sebanyak 2 responden yaitu usaha sereh wangi dan supermarket, usaha ini termasuk usaha yang besar dan hanya sedikit pelaku usaha yang menjalankan jenis usaha ini karena membutuhkan modal yang besar, usaha yang dikegorikan kedalam usaha kecil sebanyak 12 responden dan yang paling banyak diantara jenis usaha yang dijadikan responden yaitu jenis usaha fashion sebanyak 3


(23)

responden, dan jenis usaha yang dikategorikan kedalam usaha mikro sebanyak 36 responden, jenis usaha fashion merupakan usaha yang paling banyak dengan 6 responden, fakta dilapangan yang didapat peneliti jenis usaha ini memang paling banyak dan paling mudah ditemukan di lokasi penelitian.

4.3.3 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 4.12 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah menerima kredit dan jenis usaha berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:

Tabel 4.12

Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Jumlah Tenaga Kerja

Pendapatan

Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah 1-2 3-5 6-10 11-19 ≥20

≤ Rp500.000.000 14 20 2 0 0 36

Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 4 3 5 0 0 12

Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 0 0 0 0 2 2

Jumlah 18 23 7 0 2 50

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.12 diatas menjelaskan hubungan antara pendapatan sesudah menerima kredit dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha, dapat dilihat semakin tinggi pendapatan yang diperoleh pelaku usaha maka jumlah tenaga kerja akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan semakin rendah maka jumlah tenaga kerja juga akan semakin sedikit, ini menggambarkan bahwa semakin


(24)

tinggi pendapatan yang diperoleh oleh suatu pelaku usaha maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4.3.4 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit

Tabel 4.13 dibawah merupakan tabulasi silang antara Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:

Tabel 4.13

Crosstab Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit

Lembaga Keuangan

Alasan Meminjam Kredit

Jumlah Diajak Teman/

Saudara

Bunga Yang Rendah

Tidak Ada Pilihan Lain

Bank 5 23 22 50

Persentase 10% 46% 44% 100%

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden mendapatkan pinjaman kredit dari lembaga keuangan Bank, namun alasan yang dimiliki responden berbeda-beda, dapat dilihat sebanyak 23 responden atau sebesar 46% dari total keseluruhan menjawab karena bunga yang diberikan oleh bank rendah, alasan yang berikutnya yaitu karena tidak ada pilihan lain sebanyak 22 responden atau sebesar 44% dari total keseluruhan, alasan ini banyak digunakan responden karena jumlah Bank yang lebih banyak dari pada jumlah BPR, kemudian karena kurangnya informasi yang diterima oleh responden terhadap produk-produk yang terdapat di BPR, sehingga para responden lebih sering dan lebih banyak


(25)

meminjam kredit di Bank, alasan yang paling sedikit digunakan oleh para responden yaitu diajak teman atau saudara sebanyak 5 responden atau sebesar 10% dari total keseluruhan.

4.3.5 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan

Tabel 4.14 dibawah merupakan tabulasi silang antara Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:

Tabel 4.14

Crosstab Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarka tabel 4.14 diatas dapat dijelaskan bahwa peran kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan bank sebanyak 34 responden menjawab membantu dengan persentase 68% dari total keseluruhan responden, menjawab sangat membantu sebanyak 15 responden dengan persentase 30%, dan yang menjawab cukup membantu hanya 1 responden dengan persentase 2%, dari tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa peran kredit yang diberikan oleh bank memberikan peran penting dalam meningkatkan pendapatan dan mengembangkan usaha di Kabupaten Gayo Lues.

Lembaga Keuangan

Peran Kredit yang Diberikan

Jumlah Sangat Membantu Membantu Cukup Membantu

Bank 15 34 1 50


(26)

4.3.6 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Kegunaan Pinjaman

Tabel 4.15 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah menerima kredit dan kegunaan pinjaman berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:

Tabel 4.15

Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Kegunaan Pinjaman

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat dijelaskan bahwa hampir keseluruhan responden yang merupakan pelaku usaha di Kabupaten Gayo Lues menggunakan pinjaman kredit dari Bank untuk menambah Produksi yaitu sebanyak 44 responden, sebanyak 33 responden dikategorikan usaha mikro, 10 responden dikategorikan usaha kecil, dan 1 responden dikategorikan menengah, jawaban dari responden tentang menambah produksi ini berbeda beda, seperti untuk menambah stok barang ada juga yang menjawab untuk memperluas lokasi usaha dan ada yang menjawab untuk

Pendapatan

Kegunaan Pinjaman

Jumlah Menambah

Tenaga Kerja

Menambah Produksi

Mempertahankan Usaha

≤ Rp500.000.000 2 33 1 36

Rp500.000.001-

Rp2.500.000.000 2 10 0 12

Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 1 1 0 2


(27)

membeli atau menambah peralatan baru, namun semua itu memiliki satu tujuan yaitu untuk meningkatkan jumlah produksi usaha. responden yang menggunakan pinjaman untuk menambah jumlah tenaga kerja hanya 5 responden hal ini menggambarkan bahwa usaha di Kabupaten Gayo Lues kurang menyerap angkatan kerja yang ada, dan 1 responden menggunakan pinjamannya untuk mempertahankan usaha yang dijalankan, ketika di wawancarai responden ini menyatakan bahwa usahanya jauh dari pusat kota dan keramaian sehingga responden ini meminjam kredit untuk menyewa lokasi usaha yang berada di pusat kota dan dekat dengan pasar.

4.3.7 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit

Tabel 4.16 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah menerima kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:


(28)

Tabel 4.16

Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit

Sumber:Diolah Dari Kuesioner

Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang diteliti banyak 21 responden yang dikategorikan usaha mikro menjawab faktor pendorong mereka meminjam kredit yaitu karena membutuhkan modal usaha, dan sebanyak 15 responden menjawab untuk memperluas usaha, usaha yang dikategorikan kecil sebanyak 7 responden menjawab karena membutuhkan modal usaha dan sebanyak 5 responden menjawab untuk memperluas usaha, sedangkan usaha yang dikategorikan usaha menengah tidak ada yang menjawab karena membutuhkan modal usaha dan sebanyak 2 usaha menjawab untuk memperluas usaha, hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pelaku usaha membutuhkan modal untuk menambah stok barang, sedangkan memperluas usaha adalah untuk memperluas lokasi usaha yang ada.

Pendapatan

Faktor Pendorong Meminjam Kredit

Jumlah Membutuhkan

Modal

Memperluas Usaha

≤ Rp500.000.000 21 15 36

Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 7 5 12

Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 0 2 2


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya analisis dan pembahasan serta pengolahan data terhadap variabel – variabel penelitian diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bagi penelitian ini, yaitu :

1. Lembaga keuangan yang paling berperan dalam menyalurkan kredit di Kabupaten Gayo Lues adalah Bank, dari 50 responden yang diteliti mayoritas pelaku usaha mandapatkan kredit dari Bank, dan intensitas kredit yang diberikan bank sangat sering terhadap pelaku usaha, dari wawancara yang dilakukan sebanyak 3 responden pernah meminjam 1 kali, 24 responden menjawab 2 kali, 16 responden menjawab 3 kali, 4 responden pernah meminjam sebanyak 4 kali dan 3 responden menjawab ≥5 kali peran lembaga keuangan membantu pelaku usaha UMKM untuk mengembangkan dan memperluas usaha serta meningkatkan pendapatan usaha, namun peran lembaga keuangan dalam melakukan pelatihan kewirausahaan sangat jarang dilakukan.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues, dari 50 responden yang diteliti peningkatan yang paling banyak yaitu diantara 31%-50% dengan 14 responden, kemudian antara 11%-30% sebanyak 12 responden, antara 51%-70% sebanyak 11 responden, ≥ 71% sebanyak 8 responden, ≤ 10% sebanyak 5 responden, hal ini


(30)

menggambarkan bahwa semua responden yang mendapatkan kredit mangalami peningkatan pendapatan, walaupun peningkatannya kecil, peningkatan bukan hanya terdapat pada peningkatan namun juga terhadap pertambahan asset dan peralatan produksi yang dimilki pelaku usaha.

3. Faktor utama yang mendorong pelaku usaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues meminjam kredit dari lembaga keuangan karena membutuhkan modal usaha untuk menambah modal guna memperbanyak stok barang dan membeli peralatan baru untuk meningkatkan jumlah produksi, kemudian faktor berikutnya yaitu untuk memperluas usaha dan memindahkan lokasi usaha ketempat yang lebih ramai.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang peran lembaga keuangan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlunya peran pemerintah baik daerah maupun pusat untuk membantu promosi jasa kredit untuk usaha UMKM agar dapat memuluskan jalannya ekonomi rakyat, serta membuat kebijakan – kebijakan tentang perkreditan yang pro terhadap pengusaha UMKM. Sehingga akan memajukan perekonomian Kabupaten Gayo Lues secara khusus dan perekonomian Indonesia secara umum.

2. Bagi lembaga keuangan, baik itu Bank maupun Bank Perkredititan Rakyat (BPR) agar lebih meningkatkan promosi, serta pelayananya kepada nasabah


(31)

sehingga akan meningkatkan kenyamanan serta pemahaman nasabah terkait dengan pemberian kredit usaha.

3. Bagi seluruh masyarakat khususnya bagi pelaku usaha UMKM agar dapat memilih lembaga keuangan yang memberikan kredit untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha yang dijalankan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran sperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya. (Kasmir, 2014)

Adapun beberapa pengertian bank adalah:

1. Menurut Prof. G.M Verryn Stuart dalam bukunya bank politik, "bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, mana pun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar dan tempat uang giral".

2. Menurut A. Abdurahman (2001) dalam ensiklopedia ekonomi keuangan dan

perdagangan, "bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan

berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain".


(33)

3. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dilihat dari segi fungsinya, berbagai macam defenisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

1. Bank dilihat dari segi penerimaan kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan menghimpun dana pihak ketiga.

2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Bank melaksanakan operasi secara aktif, jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.

3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui pencairan uang. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

1. Bank Umum


(34)

2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.2.1 Pengertian UMKM

sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) terdiri atas:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dilihat dari asset dan omsetnya yaitu:


(35)

1. Usaha Mikro yaitu usaha yang memiliki asset maksimal Rp 50 juta dan memiliki omset maksimal Rp 500 juta/tahun.

2. Usaha Kecil yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 50 juta sampai Rp 500 juta dan memiliki omset diatas Rp 500 juta/tahun sampai Rp 2,5 milyar/tahun. 3. Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 500 juta sampai Rp 10 milyar dan memiliki omset diatas Rp 2,5 milyar/tahun sampai Rp 50 milyar/tahun.

Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefenisikan skala industri berdasarkan jumlah tenaga kerja. Defenisi BPS termaksud adalah sebagai berikut:

1. Industri Kerajinan Rumah Tangga (IRT) adalah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang.

2. Industri Kecil (IK) adalah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5-19 orang.

3. Industri Sedang/Menengah (IM) adalah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20-99 orang.

4. Industri Besar (IB) adlah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak >100 orang.

2.2.2 Permasalahan UMKM

Masalah yang masih dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya produktivitas (Sri Susilo, 2005; anonim, 2004). Hal tersebut berkaitan dengan: (1) rendahnya kualitas sumberdaya manusia usaha skala mikro, dan (2) rendahnya kompetensi kewirausahaan usaha skala mikro. Di samping itu, UMKM menghadapi pula


(36)

faktor-faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja UMKM. Faktor-faktor termaksud adalah: (1) terbatasnya terhadap akses permodalan, (2) terbatasnya terhadap akses ke pasar, dan (3) terbatas akses informasi mengenai sumber daya dan teknologi.

Selanjutnya masalah yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi masalah internal dan masalah eksternal (Setyari, 2005; Hafsah, 2004). Masalah yang terkait dengan faktor internal adalah: (1) terbatasnya permodalan, (2) sumber daya manusia yang terbatas, dan (3) lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Selanjutnya masalah yang terkait dengan faktor eksternal adalah: (1) iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, (2) terbatasnya sarana dan prasarana usaha, (3) impikasi otonomi daerah, (4) sifat produk dengan life time pendek, (5) terbatasnya akses pasar, dan (6) implikasi perdagangan bebas.

2.3 Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit adalah kepercayaan. menurut Raymond P. Kent (1972) dalam bukunya Money and Banking mengatakan bahwa: kredit adalah hak untuk menerima pembayaran kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan


(37)

persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

2.3.2 Jenis-Jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan oleh lembaga keuangan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu diatas 1 (satu) tahun. contoh: kredit untuk membangun pabrik atau membeli peralatan pabrik seperti mesin-mesin. 2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun. contoh: untuk membeli bahan baku dan membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya. 3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. contoh: untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para supplier atau agen.


(38)

4. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan. dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.

5. Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalnya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang, maupun papan. contoh: kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai sendiri

6. Kredit Profesi

Merupakan Kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

2.3.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih


(39)

mendekatkan pelayanan kepada usha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. (www.komite-kur.com)

2.3.4 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu dimasa datang.

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini meliputi kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktutersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.


(40)

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.3.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat


(41)

pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. 4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5. Condition


(42)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan poltik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Sedangkan dengan analisis penilai 7P kredit adalah sebagai berikut: 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif dan produktif.


(43)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal inipenting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari nasabah. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya. 7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi kredit dengan jaminan: kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau bukan berwujud atau jaminan orang.

Di samping menggunakan 5C dan 7P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha.


(44)

Penilaian dengan model ini bisanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain:

1. Aspek yuridis/hukum

Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izini-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa saja pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik.

2. Aspek pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. 3. Aspek keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaa dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuat cash flow dari keungan perusahaan.

4. Aspek teknis/operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin-mesin yang digunakan.

5. Aspek manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusia. Pengalaman


(45)

perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.

6. Aspek sosial ekonomi

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti meningkatkan ekspor barang.

7. Aspek amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Sebagai pelajaran dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan judul yang diambil peneliti. Penelitian tersebut diantaranya :

1. Sebuah skripsi yang berjudul "Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia" oleh Reza Kurnia Sekedeng (2011). Biaya yang menjadi faktor yang paling mempengaruhi keputusan pedagang dalam mengambil kredit dari perbankan adalah faktor Upah Tenaga Kerja pada urutan pertama, faktor Bahan Baku pada urutan kedua, dan faktor Transportasi pada urutan ketiga.


(46)

Sementara faktor suku bunga yang biasanya dianggap sangat berpengaruh dalam keputusan mengambil kredit ternyata hanya mendapat penilaian berpengaruh sebesar 40%. Hal ini mungkin disebabkan karena nasabah jauh lebih mementingkan kepentingan mendapatkan modal dalam rangka mengembangkan usahanya dibanding suku bunga yang ditawarkan, karena secara umum juga tingkat suku bunga kredit mikro perbankan berada pada kisaran yang sama, yakni rata-rata 17% sampai 20%.

2. Sebuah skripsi yang berjudul "Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Unit Kecamatan Gebang)" oleh Ari Syofwan (2013). Dari hasil perhitungan koefisien regresi modal sendiri (X1) adalah besarnya pengaruh variabel bebas X1 (modal sendiri) terhadap perubahan tingkat pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil, pengaruh ini bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi modal sendiri maka akan semakin tinggi pula tingkat pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana setiap kenaikan modal sendiri (X1) pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat.

3. Sebuah skripsi yang berjudul "Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Medan Johor" Taupan Ahcmad Felna (2012). Dari persamaan regresi X1 dan X2 dan X3 terhadap Y maka dapat diketahui bahwa pendapatan usaha mikro dan kecil (Y) tidak ditentukan dari modal sendiri (X1), modal kredit (X2), dan jumlah pekerja (X3). Melainkan ada juga


(47)

beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi seperti lokasi usaha, cuaca, dan lain-lain. Walaupun pada halaman lain dapat diketahui bahwa dengan pemanfaatan kredit 100% untuk usaha maka usaha mikro dan kecil tersebut sangat meningkat terhadap perubahan pendapatan.

2.5 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual penulis sebagai landasan berpikir dalam membuat skripsi ini ialah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Usaha Menengah

 Tenaga Kerja  Produksi  Usaha Baru Usaha Mikro

Kredit

Usaha Kecil Lembaga Keuangan

Perbankan Konvensional


(48)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian dunia diramalkan tidak akan tumbuh terlalu baik hingga tahun

depan. Chief Economist Moody’s Analystics Mark Zandi yakin kini ekonomi dunia

tengah menghadapi dua ancaman besar. Dua ancaman yang bisa mengguncang stabilitas ekonomi global yang dimaksud Zandi adalah kenaikkan suku bunga bank sentral AS (The Fed) dan perlambatan ekonomi China. Guncangan di sektor industri China diprediksi dapat mengganggu perekonomian yang mulai stabil belakangan ini. Sementara itu, AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia mengalami kontraksi dalam tiga bulan terakhir tahun ini. Perlambatan ekonomi yang terjadi di AS disebabkan, hujan salju yang cukup besar sebelumnya.

Meski begitu, sebagian besar ekonom memprediksi ekonomi AS akan segera membaik. Indeks manajer pembelian AS pekan ini juga bergerak positif menunjukkan perbaikan di ekonomi AS. Para ekonom yakin, AS berhasil menyerap 225 ribu tenaga kerja kategori non-farm sepanjang mei yang membuat The Fed dapat menaikkan suku bunganya akhir tahun ini. (Liputan6.com, 1 Juni 2015)

Sementara itu ekonomi dunia membutuhkan dorongan pertumbuhan yang lebih segar, sebagai tanda bahwa pemulihan tengah melemah. Jika tidak, risiko kecelakaan keuangan baru semakin besar. Situasi ini terlihat dari langkah Bank Rakyat China (PboC) yang menurunkan tingkat suku bunga menjadi 4,35% usai rilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang melambat menjadi sebesar 6,9%.


(49)

Pengamat ekonomi memandang, angka resmi China tidak sebanding dengan kertas yang mereka tulis. Fakta bahwa suku bunga dipotong empat hari setelah data pertumbuhan dirilis menggaris bawahi situasi sebenarnya. (sindonews.com, 25 oktober 2015).

Sedangkan di Indonesia Bank Indonesia (BI) menilai penundaan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) merupakan gambaran kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik dari yang diperkirakan atau cenderung lebih buruk dari pertumbuhan ekonomi dunia tahun lalu. Meski demikian, secara umum Indonesia masih memiliki fundamental baik. Dimana inflasi terus terkendali di akhir tahun 2015 akan menuju target 4% sampai 1%. (sindonews.com, 18 september 215 ).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yaitu setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar tersebut, tidak diimbangi dengan jumlah wirausahawan. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa, sedangkan jumlah wirausahawan hanya mencapai 0,24% saja dari jumlah penduduk tersebut. Jika kita bandingkan dengan jumlah wirausahawan Amerika Serikat mencapai 11% dari jumlah penduduknya. Jumlah wirausahawan di Singapura mencapai 7%, dan Malaysia mencapai 5%, maka dapat dipastikan bahwa untuk memperkuat perekonomian bermunculannya para wirausahawan muda. (Kompas, 21 September 2011)

Pemerintah Indonesia terus memberikan perhatian serius terhadap eksistensi UMKM. Perhatian ini diberikan dalam bermacam bentuk fasilitas seperti penyederhanaan pengurusan perizinan, kenyamanan dan kepastian hukum,


(50)

pendidikan dan pelatihan, informasi pemasaran dan sebagainya. Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintah sangat fokus membantu dan memfasilitasi pengusaha UMKM dari aspek permodalan dan pembiayaan. Misalnya, Kementrian Koperasi dan UMKM pada 23 Februari 2015 menyatakan menurunkan suku bunga Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Kredit Usaha Kecil Menengah (LPDB KUKM) dan berlaku mulai Maret 2015. Penurunan ini salah satunya bertujuan untuk mencapai target penyaluran dana pembiayaan bagi pengusaha UMKM sebesar Rp 2,65 triliun (Bisnis.com 13 Maret 2015). Kebijakan pemerintah ini akan membantu seluruh pengusaha UMKM di Indonesia termasuk pengusaha-pengusana UMKM di Nanggroe Aceh Darussalam.

Kebijakan pengembangan UMKM secara nasional harus sejalan dengan adanya keselarasan kebijakan pengembangan UMKM diberbagai daerah sehingga memberikan kontribusi positif yang paling maksimal. Tugas ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan semua pihak yang terkait. Semua pihak harus bekerja sama dan saling membantu sehingga sasaran dan tujuan pengembangan UMKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi agar tercapai dengan efektif. Dalam hal pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan antara bank dan lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UMKM harus terbina dan berjalan dinamis, sinergis, saling menguntungkan dan lain-lain sebagai mana maksud penetapan PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.

Berdasarkan data yang dirilis oleh DEPKOP, di indonesia UMKM memegang peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian, pada tahun 2013 UMKM di Indonesia berjumlah 57.895.721 unit, memberi sekitar 99% kontribusi kedalam


(51)

sejumlah badan usaha di Indonesia dan mampu menyerap sebanyak 114.144.082 orang tenaga kerja atau sebesar 96,99% (depkop.go.id). Dari sisi jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang mampu diserap maka UMKM jauh lebih besar dari usaha besar. Di sisi lain, dalam hal penciptaan nilai tambah bagi PDB maka usaha besar lebih besar dari UMKM.

Di lain hal data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) triwulan pertama 2015 tentang pertumbuhan ekonomi Aceh yang hanya sebesar 1,65%, pertumbuhan Aceh dengan migas menurun -2.83%, sedangkan dengan migas turun -0,52% dibandingkan triwulan keempat 2014. Pertumbuhan ekonomi Aceh merupakan yang terendah di seluruh provinsi di Indonesia menyusul Kalimantan Timur di urutan kedua. Pertumbuhan ekonomi tertinggi diraih Sulawesi Barat dengan tingkat pertumbuhan 8,73%. Secara nasional pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 4,7% atau menurun dibandingkan periode sebelumnya pada 2014 yaitu mencapai 5,14%. Pertumbuhan yang rendah bahkan terendah di seluruh provinsi di Indonesia bagi sekalangan orang mungkin hal biasa terjadi di Aceh, walau sebenarnya tidak pantas terjadi di tengah kekayaan sumber daya alam dan tambahan dana otsus yang cukup besar. Menurunnya pertumbuhan ekonomi Aceh merupakan gambaran lemahnya kinerja pemerintahan.

Pengalaman pahit ini hendaknya menjadi pelajaran bagi pemerintah Aceh ke depan. Jika kinerja yang buruk tidak menjadi pengambil kebijakan merasa malu, maka lihatlah masyarakat Aceh yang akan menanggung penderitaan akibat rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut. Dampak dari menurunnya pertumbuhan ekonomi


(52)

Aceh tersebut bagi masyarakat, tingkat pengangguran meningkat 0,98% dibandingkan periode yang sama 2014, yaitu mencapai 7,73%. Jika tidak terlalu tersentuh oleh catatan angka-angka, maka dapatlah kita bayangkan, sekitar 175 ribu orang penduduk Aceh yang menganggur dan menjadi tanggungan bagi keluarganya. Kemungkinan jumlah pengangguran akan terus meningkat akibat menurunnya aktivitas ekonomi, penyediaan lapangan kerja yang lambannya stimulus dari pemerintah. Kondisi ini diperkirakan akan berdampak pada angka kemiskinan yang diprediksikan akan mengalami peningkatan pada 2015 ini.

Memasuki triwulan kedua 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih belum meningkat signifikan. Walaupun diperkirakan meningkat positif, namun peningkatannya relatif kecil. Hal yang mungkin mendorong pertumbuhan ekonomi adalah tetap pada konsumsi rumah tangga yang terlihat meningkat dalam minggu terakhir, terutama disebabkan oleh pencairan rapel gaji/honor PNS. Penyerapan Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) belum terlalu bisa diharapkan karena diprediksikan hingga bulan Juni 2015 penyerapan tersebut masih jauh di bawah target 50%. Pertumbuhan ekonomi Aceh akan meningkat pada triwulan ketiga dan keempat 2015. Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang puasa dan perayaan lebaran, serta didorong oleh mulai efektifnya penyerapan APBA hingga akhir tahun. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Aceh sepanjang 2015 tidak terlalu meningkat signifikan, bahkan terjadi kecenderungan stagnasi.


(53)

Hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya kontribusi migas, menurunnya kinerja ekspor di Aceh akibat pasar global yang lesu, dan menurunnya kontribusi ekspor non migas yang disebabkan masih rendahnya produktivitas disektor ini, diperburuk dengan menurunnya rata-rata harga komoditas global. Kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan meningkat positif, namun tidak cukup untuk mendorong laju peningkatan pertumbuhan ekonomi. (aceh.tribunnews.com 26 Mei 2015)

Kabupaten Gayo Lues merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibukota Blangkejeren, Kabupaten ini terdiri dari 11 Kecamatan, di Kabupaten ini terdapat 790 unit usaha yang terdaftar di BPS, sedangkan jumlah lembaga keuangan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues yaitu sebanyak 7 unit, yang terdiri dari 4 Bank BRI, 2 Bank BPD Aceh dan 1 Bank Perkreditan Rakyat (BPR), jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada. (Gayo Lues dalam angka, 2014).

Kondisi makro ekonomi Kabupaten Gayo Lues menunjukan bahwa sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar dalam perekonomian kabupaten yaitu di atas 60%, meskipun empat tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun. Sedangkan sektor lain mempunyai kontribusi di bawah 10%. Dengan demikian kebijakan pengembangan dan peningkatan produktivitas sektor pertanian menjadi agenda utama kebijakan perekonomian pemerintah Kabupaten Gayo Lues. Perlu upaya pengguliran program penanggulangan kemiskinan dan program kesejahteraan sosial di Kabupaten Gayo Lues dengan tujuan untuk menjamin standar


(54)

hidup bagi penyandang masalah sosial, yang selanjutnya menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Penyandang masalah sosial seperti fakir miskin, wanita rawan ekonomi, anak terlantar dan lanjut usia terlantar menunjukkan bahwa masalah penyandang sosial sangat berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan basis penghasilan bagi masyarakat, sehingga perlu adanya keterlibatan dari pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam membantu permasalahan yang dihadapi oleh UMKM seperti rendahnya akses permodalan, kesinambungan pasokan bahan baku, lemahnya posisi tawar sehingga menekan harga jual, kualitas produk rendah, rendahnya akses informasi pasar, dan rendahnya daya saing. (Gayo Lues dalam angka, 2014)

Tanaman sereh wangi salah satu komoditas andalan masyarakat di Kabupaten Gayo Lues, karena di daerah itu kini terdapat tanaman bahan baku minyak atsiri seluas 30 ribu hektare. 20 ribu hektare di antaranya sudah produksi yang tersebar di 11 kecamatan. Dari sebelas kecamatan tersebut, Kecamatan Terangun yang terluas, kemudian Kecamatan Tripe Jaya, Kecamatan Kuta Panjang, Blang Kejeren, Dabun Gelang, Blang Jerengo, Rikit Gaib, Panta Cuaca, Blang Pegayon, Pining dan Kecamatan Putri Betung. Pemkab Gayo Lues melalui Dishutbun akan terus berupaya membantu sarana dan prasarana untuk masyarakat dalam membudidayakan tanaman sereh di kabupaten asal tari saman tersebut. Program budidaya yang sedang digalakkan oleh Pemkab Gayo Lues, selain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani setempat juga sebagai upaya menjaga kelestarian hutan dari


(55)

bencana longsor. Upaya lain sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, bantuan yang diberikan, mulai dari peralatan teknologi, pondok penyulingan, alat panen sereh sampai jaringan pemasaran difasilitasi oleh pemkab. Pemkab Gayo Lues telah melakukan pembinaan terhadap petani mulai dari kelembagaan sampai dengan pembinan kelompok. untuk jaringan pemasaran, pemerintah memfasilitasi petani dalam melakukan penjualan minyak atsiri tersebut, baik dalam negeri maupun luar negeri. Kabupaten Gayo Lues dikenal dengan sebutan negeri seribu bukit, karena wilayahnya terletak di antara gugusan pengunungan Bukit Barisan di Provinsi Aceh. Sebagian wilayah di kabupaten tersebut merupakan areal Taman Nasional Gunung Lauser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. (antaraaceh.com, 14 Juni 2015).

Sebagian besar UMKM bergerak di bidang perdagangan. Semakin besar modal yang dimiliki pelaku usaha, maka kesempatan untuk meningkatkan usahanya juga semakin besar. Persoalannya, baru sekitar 70% UMKM yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan formal. Usaha keuangan formal memiliki aturan dan batasan yang ketat, terutama terkait prinsip kehati-hatian. Prinsip itu diterapkan pada semua hal, termasuk pinjaman atau kredit. Ada syarat tertentu yang harus dipenuhi calon peminjam dana, antara lain jaminan dan laporan keuangan. Syarat ini umumnya tidak bisa dipenuhi usaha mikro, yang biasanya menjalankan bisnis dengan sederhana. Dengan permodalan yang semakin kuat, maka kesempatan usaha mikro untuk berkembang semakin terbuka. Bahkan, peluang untuk naik kelas menjadi usaha kecil dan menengah, juga terbuka (Kompas.com, 13 maret 2015)


(56)

Dari pemaparan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Peran Lembaga Keuangan Dalam

Pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul, maka yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana peran lembaga keuangan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues?

2. Apakah terdapat peningkatan signifikan terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh pelaku UMKM di Kabupaten Gayo Lues sesudah menerima kredit? 3. Apa faktor yang paling mendorong pengusaha UMKM dalam mengambil

kredit?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peran lembaga keuangan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo lues.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh pelaku UMKM di Kabupaten Gayo Lues sesudah menerima kredit

3. Untuk mengetahui apa faktor yang paling mendorong pengusaha UMKM dalam mengambil kredit


(57)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan

pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan UMKM.

2. Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya, yakni sebagai alat dan bahan

pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan dan perluasan layanan bagi masyarakat khususnya para pengusaha UMKM.

3. Pengusaha UMKM, yakni sebagai data dan informasi kearah introspeksi dan

pengembangan diri dan usaha yang lebih baik serta kontributif.

4. Dunia Akademik, yakni sebagai data, informasi, bahan acuan, bahan

perbandingan dan lain-lain terutama bagi mahasiswa, dosen, dan civitas akademik lainnya.

5. Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam

menentukan keputusan dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan bisnis dan perbankan.


(58)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran lembaga keuangan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues, sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan pendekatan Purposive

Sampling, dan didapat sebanyak 50 UMKM yang dijadikan responden di Kabupaten

Gayo Lues. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa peran lembaga keuangan bank sangat berpengaruh terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues. Ini bisa dilihat dari bertambahnya pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha UMKM dan pertambahan jumlah tenaga kerja yang dimiliki.

Kata Kunci: Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Kredit, Pendapatan, Jumlah Tenaga Kerja


(59)

ABSTRACT

This study was conducted to determine how the role of financial institutions for the development of Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) in district Gayo Lues. Sampel was determined using purposive sampling approach, and gained as much as 50 Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) respondents to. Data were analyzed using descriptive qualitative analyis method.

Based on the analysis it’s conclude that financial institutions program affect

the development of Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) in District Gayo Lues. This can be seen from the increase in income earned by Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) and increase the amount of labor which is owned.

Keyword: Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs), Credit, Income, Total Of Labor.


(60)

SKRIPSI

ANALISIS PERAN LEMBAGA KEUANGAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN GAYO LUES

OLEH

SHAFWAN AULIA 120501036

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(61)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran lembaga keuangan terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues, sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan pendekatan Purposive

Sampling, dan didapat sebanyak 50 UMKM yang dijadikan responden di Kabupaten

Gayo Lues. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa peran lembaga keuangan bank sangat berpengaruh terhadap pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues. Ini bisa dilihat dari bertambahnya pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha UMKM dan pertambahan jumlah tenaga kerja yang dimiliki.

Kata Kunci: Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Kredit, Pendapatan, Jumlah Tenaga Kerja


(62)

ABSTRACT

This study was conducted to determine how the role of financial institutions for the development of Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) in district Gayo Lues. Sampel was determined using purposive sampling approach, and gained as much as 50 Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) respondents to. Data were analyzed using descriptive qualitative analyis method.

Based on the analysis it’s conclude that financial institutions program affect

the development of Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) in District Gayo Lues. This can be seen from the increase in income earned by Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs) and increase the amount of labor which is owned.

Keyword: Micro Small And Medium Enterpries (MSMEs), Credit, Income, Total Of Labor.


(1)

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis dan juga kepada adik serta saudara-saudara sekalian

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE,M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Haroni Doli SE, M,Si, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan panduan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra, Raina Linda Sari M.Si, selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Wahyu Sugeng Imam Sueparno, SE, M.Si, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.


(2)

7. Seluruh Dosen dan staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh pegawai dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

9. Kepada teman-teman dan semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Amin

Medan, Juni 2016 Penulis,

Shafwan Aulia NIM. 120501036


(3)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 11

2.2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 13

2.2.1 Pengertian UMKM ... 13

2.2.2 Permasalahan UMKM ... 14

2.3 Kredit ... 15

2.3.1 Pengertian Kredit ... 15

2.3.2 Jenis-Jenis Kredit ... 16

2.3.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 17

2.3.4 Unsur-Unsur Kredit ... 18

2.3.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 19

2.4 Penelitian Terdahulu ... 24

2.5 Kerangka Konseptual ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Batasan Operasional ... 27

3.4 Defenisi Operasional ... 28

3.5 Populasi dan Sampel ... 29

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.8 Teknik Analisis ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 31


(4)

4.2 Karakteristik Responden ... 33 4.2.1 Jenis Kelamin ... 34 4.2.2 Umur ... 34 4.2.3 Lembaga Keuangan yang Memberikan Kredit ... 36 4.2.4 Lama Usaha ... 36 4.2.5 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit ... 37 4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan

Peningkatkan Pendapatan ... 38 4.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Usaha... 39 4.2.8 Karakteritik Responden Berdasarkan Jumlah

Tenaga Kerja ... 40 4.3 Analisis Crosstab ... 41 4.3.1 Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit ... 41 4.3.2 Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit ... 42 4.3.3 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Jumlah Tenaga Kerja ... 44 4.3.4 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit ... 45 4.3.5 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan ... 46 4.3.6 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan

Kegunaan Pinjaman ... 46 4.3.7 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 50 5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN ... 55


(5)

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 26 4.1 Kategori Usaha Berdasarkan Pendapatan... 38


(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Nama dan Luas Kecamatan Kabupaten Gayo

Lues ... 32 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Gayo Lues ... 33 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 34 4.4 Distribusi Responden Bredasarkan Umur ... 35 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha 36 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Setelah Menerima Kredit ... 37 4.7 Karekteristik Responden Berdasarkan Peningkatan

Pendapatan ... 38 4.8 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha . 39 4.9 Karekteristik Responden Berdasarkan Tenaga Kerja 40 4.10 Crosstab Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah

Menerima Kredit ... 41 4.11 Crosstab Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah

Menerima Kredit ... 43 4.12 Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan

Jumlah Tenaga Kerja ... 44 4.13 Crosstab Lembaga Keuangan yang Memberikan

Kredit dan Alasan Meminjam Kredit ... 45 4.14 Crosstab Keuangan yang Memberikan Kredit dan

Peran Kredit yang Diberikan ... 46 4.15 Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit

Dan Kegunaan Pinjaman ... 47 4.16 Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit