HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

BUDI WAHYU SAPUTRO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo yang berjumlah 298 siswa yang tersebar di delapan kelas. Teknik pengambilan yaitu proportional random sampling dengan menggunakan rumus Taro Yamane diperoleh sampel sebanyak 171 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan kuesioner (angket). Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan model Korelasi Product Moment dan model Korelasi Ganda (Multiple).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 thitung > ttabel yaitu 9,300 > 1,973 dengan koefisien korelasi r=0,582 dan koefisien determinasi r2= 0,339; (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 thitung > ttabel yaitu 8,105 > 1,973 dengan koefisien korelasi r=0,520 dan koefisien determinasi r2= 0,280; dan (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Diperoleh Fhitung > Ftabel yaitu 73,502 > 3,05 dengan koefisien korelasi (R) = 0,683 dan koefisien determinasinya (R2) = 0,467 atau 46,7% sisanya (53,3%) terkait dengan faktor lain yang tidak masuk dalam model.


(2)

HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

BUDI WAHYU SAPUTRO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(3)

HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

BUDI WAHYU SAPUTRO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Hubungan antara Nilai Tes Masuk Sekolah dan


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Nilai Tes Masuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2011/2012...3

2. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012...4

3. Tingkat Kentuntasan Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Terpadu...5

4. Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012...35

5. Perhitungan Jumlah Sampel untuk Masing-Masing Kelas...37

6. Indikator dan Subindikator Variabel...40

7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X2...43

8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2...45

9. Pedoman Interpretasi KoefisienKorelasi...49

10. Kepala SLTP Negeri 1 Sukoharjo dan Kepala SMP Negeri 1 Sukoharjo...52

11. Ruang Belajar...52

12. Ruang Kantor...52

13. Ruang Penunjang...53

14. Lapangan...53

15. Fasilitas Penunjang Perpustakaan...53

16. Jumlah Pembagian Kelas...54

17. Data Guru dan Staf TU Tahun 2011 / 2012...54

18. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Masuk SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012...56

19. Kategori Nilai Tes Masuk SMP NegeriSukoharjo...57

20. Distribusi Frekuensi Cara Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo...59


(6)

22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu SMP Negeri 1 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2011/2012...61

23. Katagori Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012...62

24. Hasil Uji Normalitas Data...65

25. Hasil Uji Homogenitas Sampel...66

26. Korelasi antara X1 dan Y...67

27. Korelasi antara X2 dan Y...68

28. Korelasi antara X1, X2, dan Y...69


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Budi Wahyu Saputro , dilahirkan di Enggalrejo pada tanggal 3 Juni 1988 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Kusno dan Ibu Masrifah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Enggalrejo hingga kelas 1, pada kelas 2, penulis pindah sekolah ke SD Negeri 1 Pandansari hingga lulus pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 2 Sukoharjo lulus pada tahun 2003. Kemudian penulis menjadi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melakukan cuti akademik dikarenakan sakit. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan kembali studi di SMA Negeri 1 Pringsewu hingga lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Ekonomi, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis menempuh cuti akademik pada semester genap tahun pelajaran 2007/2008 selama satu semester dikarenakan sakit. Pada Januari 2011, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Surabaya, Bali, Djogjakarta. Kemudian Penulis juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada Juli 2011-September 2011.


(8)

MOTTO

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih

hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang

rajawali “.

(Pidato HUT Republik Indonesia, 1949 Soekarno).

Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata

’Ibu’, dan panggilan paling indah adalah ’Ibuku’. Ini adalah

kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.

(Kahlil Gibran)

Tidak ada sesuatu yang datang dengan percuma, semua harus dilakukan melalui perjuangan yang dibarengi dengan

pengorbanan, kita tetap harus optimistis terhadap masa depan...

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

Yakinlah bahwa pikiran yang baik, kata-kata yang baik, dan prilaku yang baik adalah sebab bagi kehidupan yang baik. Bukan perubahan besar yang menghebatkan kehidupan, tapi

perubahan kecil yang setia. (Mario Teguh)

Berusaha, berdoa, bersabar, dan bersyukur adalah hal yang mutlak dilakukan untuk kesuksesan dunia dan akhirat.


(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya bagi Allah SWT , dzat yang Maha Sempurna, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Setulus

hati karya ini Penulis persembahkan kepada : Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selama ini telah berkorban untukku, mendukungku, dan mendoakanku.

Mbak dan Masku yang selalu mendukungku untuk menjadi yang lebih baik lagi.

Lingkungan tempat tinggalku, di mana aku mendapatkan bekal untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya.


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan antara Nilai Tes Masuk Sekolah dan Cara Belajar dengan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah salah satu syarat untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga penulis banyak memperoleh bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung;

2. Dr. M. Toha B. S. Jaya, M. S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(11)

6. Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS dan sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, masukan serta nasihat yang baik kepada penulis; 7. Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, dan sekaligus

Pembimbing I atas kesabaran, arahan, masukan, dan bimbingannya kepada penulis;

8. Drs. Yon Rizal, M. Si., selaku penguji yang telah memberikan arahan, masukan, dan bimbingannya kepada penulis;

9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis;

10. Bapak dan Ibu bagian Akademik, Kemahasiswaan, Keuangan, Umum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

11. Reman, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Sukoharjo yang telah mengizinkan dan memberikan arahan selama penelitian;

12. Seluruh Guru dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Sukoharjo yang turut membantu atas selesainya penelitian ini;

13. Kedua orang tuaku, Bapak Kusno dan Ibu Masrifah, terima kasih atas segala perjuangan, kasih sayang, materi, serta doa tiada henti yang kalian curahkan untuk anak-anakmu, terutama padaku (semoga kami bisa membalas dan membahagiakan kalian hingga akhir hayat). Amiin;


(12)

15. Mbah, pakde, mbokde, paklek, bulek, dan sepupu, yang memberikan semanagat dan dukungan;

16. Teman-teman angkatan 2007, kakak tingkat angkatan 2005-2006, adik tingkat angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011, dan Pak Herdi atas kebersamaanya dan bantuannya;

17. Teman-teman PPL di SMA Negeri 3 Bandar Lampung;

18. Siswa dan siswi kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012; dan

19. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,


(13)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

1. Nama : Budi Wahyu Saputro 2. NPM : 0713031016

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Alamat : Jl. Pandansari Selatan, RT/RW 006/002, Pandansari Selatan, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2012 yang Membuat Pernyataan

Budi Wahyu Saputro NPM 0713031016


(14)

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK

SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : BUDI WAHYU SAPUTRO Nomor Pokok Mahasiswa : 0713031016

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing I

Drs. I Komang Winatha, M. Si. NIP 196004171087111001

Pembimbing II

Drs. Hi. Nurdin, M. Si.

NIP 19600817 198603 1 003

2. Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. NIP 195601081985031002

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Drs. Hi. Nurdin, M. Si.


(15)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Komang Winatha, M.Si ...

Sekretaris : Drs. Hi. Nurdin, M.Si ... Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yon Rizal, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Pendidikan akan melahirkan generasi cerdas dan terampil serta berakhlak mulia yang mampu memakmurkan Indonesia dan bersaing dalam kehidupan internasional sehingga terwujud Bangsa Indonesia yang adil, makmur, mandiri, bermartabat, dan menjunjung tinggi hak azasi manusia. Demi terwujudnya bangsa yang cerdas pemerintah menambah dana yang dialokasikan untuk kepentingan pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan negara di atas yakni dengan peningkatan mutu pendidikan serta pendidikan yang terjangkau oleh seluruh masyarakat. Pendidikan bermutu dapat dicapai dengan peran pemerintah dan kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang pelaksanaanya berdasarkan peraturan pemerintah yang diatur secara sistematis dan berkesinambungan dalam rangka membentuk siswa agar tumbuh secara optimal sebagai generasi penerus bangsa. Sekolah bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan,


(17)

keterampilan, dan kemampuan untuk menjadi bekal di masa datang agar dapat menyelesaikan seluruh permasalah hidup yang dihadapi secara mandiri. Sekolah memiliki peran penting dalam penanaman nilai, sikap hidup, ketekunan, dan ahlak mulia. Sekolah memfasilitasi siswa agar mencapai prestasi optimal dalam bidang akademik maupun nonakademik. Tuntutan untuk menghasilkan generasi cerdas, berkualitas, dan berdaya saing menginspirasi sekolah untuk selektif menerima siswa baru dengan menetapkan aturan dalam penerimaan siswa baru. Oleh karena itu, sekolah mengadakan tes seleksi penerimaan siswa baru dengan memperhatikan azas objektif, transparan, akuntabel, tidak diskriminatif, dan kompetitif. Transparan artinya terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua siswa. Akuntabel artinya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat baik prosedur maupun hasilnya. Tidak diskriminatif artinya tidak membeda-bedakan latar belakang siswa dan orang tua yang mendaftar. Kompetitif artinya dilakukan melalui seleksi berdasarkan standar nilai ujian yang dapat membedakan kemampuan antar siswa. Hasil tes seleksi dapat memberikan gambaran masa depan mengenai keberhasil belajar siswa dengan risiko terrendah. Dari hasil tes tersebut maka akan diperoleh siswa yang dapat memenuhi batas persyaratn minimal yang telah ditentukan dan dinyatakan sebagai peserta tes yang lolos seleksi serta dapat diterima sebagai siswa baru.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Sukoharjo diperoleh data mengenai nilai tes masuk pada Seleksi Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu pada Tabel 1 berikut.


(18)

Tabel 1. Nilai Tes Masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

No Kelas Jumlah

Orang Persentase (%)

1 81-94 10 3,36

2 68-80 66 22,14

3 55-67 222 74,50

Jumlah 298 100

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 1 Sukoharjo.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, terdapat 222 orang (74,50%) memeroleh nilai 55-67, 66 orang (22,14%) memeroleh nilai 68-80, 10 orang (3,36%) memeroleh nilai 81-94.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukoharjo menerima siswa pada Seleksi Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan nilai tes sebesar 55.

Pendaftar yang memeroleh nilai ≥ 55 diterima sebagai siswa SMP Negeri 1

Sukoharjo. Pendaftar lolos tes melakukan daftar ulang pada hari yang telah

ditentukan oleh Panaitia Penerimaan Siswa Baru. Pendaftar yang telah tertera pada Pengumuman Pendaftar Lolos Tes yang tidak melakukan daftar ulang dinyatakan mengundurkan diri sebagai siswa SMP Negeri 1 Sukoharjo.Tes masuk sekolah digunakan untuk memantau kemampuan dasar siswa agar pihak sekolah dapat menentukan tindakan dan penyampaikan pelajaran dengan mudah dan tepat sesuai dengan kemampuan dasar siswa sehingga diperoleh siswa dengan hasil belajar yang baik.

Hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini.


(19)

Tabel 2. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

No Kelas Jumlah

Orang Persentase (%)

1 80-93 24 8,05

2 67-79 93 31,21

3 54-66 181 60,74

Jumlah 298 100

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 1 Sukoharjo dan Guru IPS Terpadu.

Berdasarkan Tabel 2. terdapat 24 siswa yang memeroleh nilai 80-93 atau sebesar 8,05%, 93 siswa memeroleh nilai 67-79 atau sebesar 31,21%, 181 siswa memeroleh nilai 54-66 atau 60,74%.

Keriteria yang dijadikan pedoman dalam keberhasilan siswa dalam mata pelajaran IPS Terpadu adalah Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak SMP Negeri 1 Sukoharjo pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII adalah 65. Jadi, siswa yang mendapat nilai di bawah 65

dianggap belum tuntas dan harus mengulang dengan mengikuti remidial yang dilaksanakan oleh guru mata pelaajaran.

Berikut ini adalah tabel tingkat ketuntasan siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS Terpadu berdasarkan Keritera Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65.

Tabel 3. Tingkat Kentuntasan Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

No Kelas Jumlah

Orang Persentase (%)

1 ≥ 65 107 35,91

2 < 65 191 64,09


(20)

Berdasarkan tabel di atas, siswa kelas VII yang memeroleh nilai ≥ 65 pada mata pelajaran IPS Terpadu sebanyak 107 siswa atau 35,91%. Siswa yang memeroleh nilai < 65 sebanyak 191 siswa atau 64,09%. Sebagian besar siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS Terpadu, sebanyak 191 siswa, harus menempuh remidial agar dapat mencapai nilai Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo belum optimal.

Hasil belajar tidak hanya terkait dengan nilai tes masuk sekolah saja tetapi juga memiliki kaitan dengan faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa salah satunya ialah motivasi belajar siswa pada mata pelejaran IPS Terpadu. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang kurang semangat mengikuti pelajaran IPS Terpadu sehingga kretivitas siswa dalam belajar menjadi belum optimal. Selain itu aktivitas siswa pada pembelajaran IPS Terpadu belum optimal, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang melakukan kegiatan lain dalam pembelajaran seperti mengobrol, bernyanyi, dan membuat gaduh sehingga materi pelajaran tidak dapat dipahami secara optimal. Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran rendah. Siswa sering datang terlambat pada saat pelajaran IPS Terpadu telah berlangsung. Selain itu siswa sering tidak tepat waktu pada saat pengumpulan tugas serta ada juga siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Hal ini mengakibatkan siswa kurang memahami materi IPS Terpadu.

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk penyampaian materi masih terpaku pada media audio saja sehingga siswa bosan dan kurang bersemangat mengikuti materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran yang digunakan


(21)

oleh guru dalam penyampaian materi pembelajaran cenderung monoton. Media pembelajaran hanya sebatas menyampaikan materi saja tidak mengajak siswa untuk ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Media yang sering digunakan memaksa siswa untuk diam tanpa melakukan kegiatan, hanya mendengar dan melihat saja sehingga kurang baik dalam proses pembelajaran.

Penghasilan orang tua siswa yang bervariasi mengakibatkan penggunaan buku referensi oleh siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu terbatas. Hal ini dapat terlihat dari hanya beberapa siswa yang memiliki buku referensi lain. Selain itu fasilitas pembelajaran yang tersedia di SMP Negeri 1 Sukoharjo tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas belajar elektronik seperti OHP, LCD, dan jaringan internet yang masih terbatas. Pemanfaatan perpustakaan sebagai salah satu sumber materi pelajaran masih tergolong rendah. Terlihat dari daftar siswa yang memasuki perpustakaan untuk sekadar membaca atau meminjam buku tidak banyak seriap harinya. Iklim sekolah masih belum baik dikarenakan berada di dekat sekolah kejuruan dan tidak jarang terjadi keributan antar pelajar.

Faktor lain yang memengaruhi hasil belajar ialah cara belajar. Cara belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Terpadu tidak tepat. Cara belajar yang tidak tepat namun digunakan siswa antara lain ialah siswa tidak membuat jadwal belajar di rumah, siswa enggan mengerjakan tugas, siswa enggan membahas materi yang sulit bersama

temen-teman, siswa enggan memerhatikan penjelasan guru, siswa tidak membuat catatan, siswa memelajari kembali materi yang telah dipelajari ketika akan ujian saja, dan siswa cenderung tergesa-gesa pada saat menghadapi soal ujian. Sebagian kecil


(22)

siswa saja yang telah melakukan cara belajar yang baik. Cara belajar yang tepat antara lain membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas, membahas materi yang silit bersama teman, memerhatikan penjelasan guru, membuat catatan, memelajari materi yang telah diajarkan, dan berkonsentrasi serta tenang ketika menghadapi soal ujian. Cara belajar yang tepat akan memerlama ingatan mengenai materi yang dipelajari. Cara belajar yang tepat apabila diterapkan akan menumbuhkan rasa senang terhadap mata pelajaran yang dipelajari sehingga membantu mencapai prestasi terbaik. Siswa dengan cara belajar tepat akan memahami pelajaran walaupun waktu belajarnya singkat. Lain halnya dengan cara belajar yang tidak tepat walaupun waktu yang digunakan untuk belajar lama, namun pemahaman mengenai mata pelajaran yang dipelajari hanya sedikit.

Dari sekian banyak faktor yang terkait dengan hasil belajar, faktor yang diduga erat kaitannya dengan hasil belajar ialah cara belajar. Oleh karena itu cara belajar dipilih sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah:

“HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.


(23)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya minat belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012;

2. Belum optimalnya aktivitas dan kreativitas belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012;

3. Pemanfaatan media pembelajaran pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 belum optimal; 4. Penghasilan orang tua siswa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012 bervariasi;

5. Fasilitas belajar dalam pembelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 masih terbatas;

6. Disiplin belajar dalam pembelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 rendah;

7. Iklim sekolah di SMP Negeri 1 Sukoharjo belum baik;

8. Pemanfaatan perpustakaan oleh siswa sebagai salah satu sumber informasi belum optimal;

9. Kualitas soal tes yang digunakan pada saat tes masuk sekolah belum baik;

10.Pengawasan terhadap peserta tes pada saat tes masuk sekolah berlangsung kurang ketat;

11.Nilai tes masuk sekolah SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 sangat bervariasi;


(24)

12.Kesadaran siswa dalam membuat jadwal belajar dan pelaksanaannya rendah; 13.Minat baca siswa pada materi pembelajaran IPS Terpadu rendah;

14.Konsentrasi siswa dalam memelajari materi yang disampaikan oleh guru mata pelajaran IPS Terpadu rendah;

15.Semangat siswa dalam mengerjakan tugas dan ujian pada mata pelajaran IPS Terpadu rendah;

16.Cara belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 belum tepat; dan

17.Hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang ada sangat banyak oleh karena itu, dibutuhkan pembatasan masalah agar agar terdapat kejelasan mengenai masalah yang diteliti serta

menghindari timbulnya kesalahpahaman. Berdasarkan identifikasi, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada Hubungan antara Nilai Tes Masuk Sekolah ( X1 ), Cara Belajar (X2), dan Hasil Belajar IPS Terpadu (Y).


(25)

D. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada hubungan positif antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah ada hubungan positif antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012?

3. Apakah ada hubungan positif antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui hubungan positif antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui hubungan positif antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran


(26)

3. Untuk mengetahui hubungan positif antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang

hubungan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi guru, siswa, dan sekolah dalam usaha peningkatan hasil belajar IPS Terpadu.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Objek penelitian adalah nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu.

2. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 1 Sukoharjo. 4. Waktu penelitian adalah Tahun Pelajaran 2011/2012.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Nilai Tes Masuk Sekolah

Penelusuran kemampuan-kemampuan yang yang dimiliki calon siswa ialah dengan melakukan tes. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk

mengungkap kemampuan siswa, tetapi tes merupakan alat evaluasi yang paling sering digunakan pada saat penerimaan siswa baru. Sebelum membahas

mengenai tes masuk sekolah, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai tes secara keseluruhan. Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam Bahasa Prancis Kuno yang berarti piring yang digunakan untuk menyisihkan logam-logam mulia. (Suharsimi Arikunto, 2007:52) Pengertian tes sebelum adanya Ejaan yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan test, adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang ditentukan. (Suharsimi Arikunto, 2007:53) Anne Anastasi dalam bukunya Psychologis Testing 1976 dalam Saifudin Azwar 2007: 3 mengatakan bahwa tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku. Sedangkan menurut Frederick G. Brown 1976 dalam Saifudin Azwar 2007:3 mengatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis guna


(28)

mengukur sampel perilaku seseorang. Lee J. Cronbach dalam bukunya Essential of Psychological Testing 1970 dalam Saifudin Azwar 2007: 3 yaitu

“... a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it

with the aid of numerical scale or a category system”.

Menurut Saifudin Azwar ( 2007: 3) tes dapat disimpulkan, antara lain:

1. Tes adalah prosedur yang sistematik. maksudnya (a) aitem-aitem dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat aitem-aitem yang sama dalam kondisi yang sebanding;

2. Tes berisis sampel perilaku. artinya (a) betapapun panjangnya suatu tes, aitem yang ada di dalamnya tidak akan dapat mencakup seuruh isi materi yang mungkin ditanyakan, dan (b) kelayakan suatu tes tergantung pada sejauhmana aitem-aitem dalam tes itu mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur;

3. Tes mengukur perilaku. artinya aitem-aitem dalam tes menghendaki agar subjek menunjukkan apa yang dikehendaki atau apa yang telah dipelajari subjek dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.

Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (istitusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya (Suharsimi Arikunto, 2007: 4). Oleh karena itu, sekolah melakukan tes masuk sekolah untuk melihat kemampuan dasar siswa yang akan diterima sebagai siswa baru.Menurut Endang Milyatiningsih (2006:17) beberapa alasan yang dipertimbangkanu untuk mendukung sistem penerimaan Siswa Baru menggunakan alat seleksi adalah sebagai berikut.


(29)

l. Sekolah mengharapkan input siswa yang diterima cukup baik sesuai dengan keinginan dan kondisi sekolah.

2. Daya tampung sekolah kurang memadai untuk menerima semua siswa lulusan.

3. Sekolah membutuhkan perasyaratan belajar (entry behaviour) yang harus dipenuhi siswa untuk dapat mengikuti pendidikan agar kurikilum yang dibebankank e Sekolah dapat dicapai.

4. Sekolah perlu mengetahui kondisi input siswa untuk menetapkan program keberlanjutan layanan pendidikan yang sesuai terutama bagi siswa yang belum memenuhi prasyarat belajar.

Tes mempunyai berbagai fungsi yang memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berikut ini adalah fungsi tes menurut Suharsimi Arikunto 2007: 152 yang dapat ditinjau dari tiga hal:

1) fungsi untuk kelas: mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa, mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian, menaikkan tingkat prestasi, mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok, merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangn, menentukan siswa mana yang memerlukan

bimbingan khusus, menentukan tingkat pencapaian untuk setiap siswa; 2) fungsi untuk bimbingan: menentukan arah pembicaraan dengan orang tua

tentang anak-anak mereka, membantu siswa dalam menentukan pilihan, memebantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan, memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak;

3) fungsi untuk administrasi: memberikan petunjuk dalam mengelompokkan siswa,penempatan siswa baru, memebantu siswa memilih kelompok, menilai kurikulim, memerluas hubungan masyarakat (public relation), menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah. Tes yang dilakukan untuk menyeleksi calon siswa dibagi menjadi dua macam yaitu tes tertulis dan tes lisan. Namaun tidak semua sekolah melakukan kedua tes tersebut.

Menurut sukardi 2008: 93 suatu bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes tertulis dan tes lisan.

1) Tes tertulis merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang direncanakan oleh guru maupun evaluator secara sistematis, guna memeroleh informasi tentang siswa.


(30)

2) Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya tanpa melalui media tulis.

Tes yang baik mempunyai komponen lengkap sehingga pelaksanaan tes

berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana. Suharsimi Arikunto (2007:158) mengungkapkan bahwa, komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas: a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus

dikerjakan oleh siswa;

b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes;

c. Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki; d. Pedoman penilaian.

2. Cara Belajar

Cara belajar dilihat dari sisi orang yang belajar merupakan upaya belajar yang efektif sehingga dapat menyerap semua materi pelajaran. Banyak siswa yang belum mencapai hasil belajar yang optimal dalam kegiatan belajar. Selain itu, tidak sedikit pula siswa yang mengalami kejenuhan dalam berpikir terutama dalam menghadapi bagian-bagian yang sulit dalam pelajaran. Hal ini terjadi karena siswa belum mengetahui cara-cara belajar yang baik.

Menurut Hamalik dalam Nurbayanti (2008: 23), cara belajar adalah kegiatan belajar yang dilakukan dalam mempelajari sesuatu. Artinya kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam situasi belajar tertentu. Menurut Slameto (2010: 82) “Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk


(31)

dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan memengaruhi belajar itu sendiri.” Djamarah dan Zain (2006: 44) mengatakan sebagai berikut.

”Cara belajar adalah cara yang dilakukan dalam kegiatan belajar, atau cara yang digunakan dalam memberikan pelajaran (mengajar) kepada orang yang

mempelajarinya (belajar). Penentuan cara belajar memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh relevansi penggunaan suatu cara atau metode yang tepat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, cara belajar adalah suatu metode atau cara yang dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan keterampilan dan

kemampuan dalam pelajaran dan diharapkan memeroleh hasil yang optimal. Beberapa cara belajar efektif yang digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada pendapat Slameto (2010: 82-87), yaitu:

1. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya

Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, seorang anak didik perlu mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur/disiplin.

Menurut Djamarah (2008: 24), cara membuat jadwal pelajaran yang baik adalah sebagai berikut.

a. Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olahraga, dan lain-lain.


(32)

c. Merencanakan penggunaan belajar dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajaran dan urutan-urutan yang seharusnya dipelajari.

d. Menyelidiki waktu-waktu yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan hasil tebaik. Sebaliknya, pelajarilah mata pelajaran yang dianggap sulit pada malam hari atau pagi hari. Sedangkan yang dianggap mudah, dipelajari pada jam pelajaran yang lain, misalnya di sore hari.

e. Berhematlah dengan waktu dan jangan ragu-ragu untuk memulai pekerjaan, temasuk belajar.

Sedangkan menurut Slameto (2003: 83), cara lain untuk membuat jadwal adalah sebagai berikut.

“Setiap hari ada 24 jam, 24 jam ini digunakan untuk:

a. Tidur : ± 8 jam

b. Makan, mandi, dan olahraga : ± 3 jam c. Urusan pribadi dan lain-lain : ± 2 jam d. Sisanya untuk belajar : ± 11 jam

Waktu 11 jam ini digunakan untuk belajar di sekolah selama kurang lebih 7 jam, sedangkan sisanya yang 5 jam digunakan untuk belajar di rumah atau di perpustakaan. Kemudian macam-macam mata pelajaran yang dipelajari untuk tiap-tiap harinya diatur/dutentukan, sehingga setiaphari terenru (misalnya tiap Rabu) mempelajari mata pelajaran yang sama secara sungguh-sungguh. Hari minggu digunakan untuk ibadah dan rekreasi demi kesegaran badan yang sudah 6 hari belajar. Supaya berhasil dalam belajar, jadwal yang sudah dibuat harus dilaksanakan secara teratur, disiplin, dan efisien.”

2. Membaca dan membuat catatan

Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar siswa dapat belajar dengan efisien perlulah memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu menurut The Liang Gie dalam Slameto (2010: 88) adalah sebagai berikut: memperhatikan kesehatan membaca, ada jadwal, membuat tanda-tanda/ catatan-catatan, memanfaatkan perpustakaan, membaca


(33)

sungguh-sungguh semua buku-buku yang perlu untuk semua mata pelajaran sampai menguasai isinya, dan membaca dengan konsentrasi penuh. Sebelum membaca perlu meninjau/menyelidiki dulu tentang gambaran/garis besar dari bab/buku yang akan dibaca, sesudah itu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi bab atau buku yang akan dibaca, dengan harapan itu akan terjawab sesudah membaca, sesudah itu barulah membaca. Sesudah membaca selesai, dilanjutkan menghafalkan (dengan bermakna) pokok-pokok yang penting, terus mencatat pokok-pokok-pokok-pokok itu untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari, atau menulis jawaban-jawaban pertanyaan, baik yang dibuat sendiri atau yang ada dalam buku. Kegiatan terakhir adalah mengulang atau mengingat kembali tentang bahan yang sudah dipelajari.

Hal halyang menjadi saran-saran untuk memertinggi efisiensi membaca yang dikemukakan oleh Slameto (2010:81) ialah:

1) baca suatu pelajarn seluruhnya dengan cepat untuk mengetahui garis-garis besarnya;

2) baca lebih lambat untuk kedua kalinya untuk membahas bagian-bagian serta menyelidiki hubungannya dengan keseluruhannya. perhatikan (catat, beri garis) hal-hal yang pokok. Membaca harus selalu dengan pensil; 3) ulangi dan camkan apa yang dibaca (activeresall); dan

4) buat rangkuman.

Kesehatan membaca penting artinya bagi keberlangsungan membaca. Kesehatan membaca meliputi: memejamkan mata atau memandang jauh


(34)

sewaktu-waktu membaca, buku yang dibaca kelihatan jelas dengan sinar yang terang, tidak silau/ ada bayangan pada buku, jarak mata dengan buku ± 25- 30 cm, membaca pada meja belajar, dan sesudah membaca istirahat ± 1 sampai 2 jam. Selain kebiasaan membaca yang baik, ada juga kebiasaan membaca yang buruk, kebiasaan itu antara lain: membaca sambil bersuara, dengan

menunjuk kata yang dibaca, mengulang-ulang, melihat satu kata demi satu kata, sambil tiduran, sambil mengobrol, dan sambil melamun. Kebiasaan-kebiasaan itu perlu ditinggalkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik.

Membuat catatan mempunyai pengaruh dalam kemampuan membaca. Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam belajar, khususnya dalam membaca, karena tidak terjadi kebosanan membaca. Seperti yang diungkapkan oleh Irfan: 2010,

“Cara belajar yang baik yaitu dengan membuat catatan intisari dari bahan pelajaran. Dengan meringkas materi dari setiap bahan pelajaran ke dalam sebuah catatan kecil, maka akan sangat membantu mengingat bahan pelajaran itu. Pada saat menulis, pasti membaca materinya lagi. Hal Itu akan membuat cepat menghafal materi. Sebaiknya catatan itu ditulis kedalam buku kecil atau kertas yang bisa dibawa kemana-mana, sehingga bisa dibaca kapan dan dimanapun”.

Dalam membuat catatan sebaiknya tidak semua yang dikatakan oleh guru itu ditulis, tetapi diambil intisarinya saja. Tulisan harus jelas dan teratur agar

mudah dipelajari. Perlu ditulis juga tanggal dan hari mencatatnya, pelajaran apa, gurunya siapa, bab atau pokok yang dibicarakan, dan buku pegangan wajib atau pelengkap. Catatan yang tidak jelas dan tidak teratur antara materi yang satu


(35)

dengan materi lainnya akan menimbulkan rasa bosan dalam membaca, selanjutnya belajar jadi kacau.

3. Mengulangi bahan pelajaran

Adanya pengulangan bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting, adalah mempelajari

kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, kemudian untuk mengulangi bahan pelajaran cukup belajar dari ringkasan ataupun juga dapat dari mempelajari soal jawab yang sudah pernah dibuat. Djamarah (2008: 64) menyatakan sebagai berikut.

“Mengulangi bahan pelajaran bisa dilakukan pada malam, pagi, atau sore hari. Pada malam hari, waktu yang baik adalah selesai sholat Magrib atau sekitar pukul 19.10 hingga pukul 22.00. Pada pagi hari, waktu yang disarankan adalah sekitar 04.30 hingga 06.00. Pada sore hari, waktu yang baik adalah sekitar pukul 16.10 sampai pukul 18.00. Tetapi jangan lupa sepulang dari sekolah, istirahat sebentar, lalu ulangi bahan pelajaran dengan membacanya. Setelah itu dapat dilakukan istirahat atau melakukan apa saja yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.”

Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (2010:85) yang menyatakan

“Mengulangi bahan pelajaran besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review) bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting, adalah memelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari”. Mengulangi bahan pelajaran dapat berjalan dengan baik maka perlu disediakan waktu untuk mengulang dan


(36)

menggunakan waktu sebaik-baiknya, untuk menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh. Agar dapat menghafal bahan dengan baik hendaklah diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar;

2. Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal; 3. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal; dan 4. Menghafal secara teratur sesuai kondisi badan, yang sebaik-baiknya

serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal.

4. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata pelajaran dengan

menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal atau pelajaran itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar atau kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan orang tersebut, lingkungan dan pengalaman. Pemusatan pikiran merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan bakat. Pemusatan pikiran dapat dicapai dengan mengabaikan atau tidak memikirkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya, jadi hanya memikirkan suatu hal yang dihadapi atau dipelajari serta yang ada hubungannya saja.


(37)

Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya membuang tenaga, waktu dan biaya. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran. Jadi kebiasaan untuk memusatkan pikiran ini mutlak perlu dimiliki oleh setiap anak didik yang belajar. Dalam kenyataan seseorang sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, hal ini disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan yang tidak mendukung, cuaca buruk dan lain-lain), pikiran kacau dengan banyak urusan/ masalah-masalah kesehatan jiwa dan raga) yang terganggu (badan lemah) dan bosan terhadap pelajaran atau sekolah. Berkonsentrasi dengan baik perlulah diusahakan hal-hal sebagai berikut: siswa hendaknya berminat atau mempunyai motivasi tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan

5. Mengerjakan tugas dan ujian

Mengejakan tugas dapat berupa pengerjaan tes/ ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/ mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Sesuai prinsip di muka, jelas mengerjakan tugas itu mempengaruhi hasil belajar. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlu mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.


(38)

Menghadapi tugas/ ujian perlu dilaksanakan cara-cara belajar yang baik, seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 89) adalah sebagai berikut.

a. Hindarilah belajar terlalu banyak pada saat-saat terakhir menjelang tes (semua bahan hendaknya sudah siap jauh-jauh sebelumnya).

b. Pelajarilah kembali bahan yang sudah pernah didapat secara teratur sehari atau dua hari sebelumnya.

c. Buatlah suatu ringkasan atau garis besar tentang bahan yang sedang dipelajari kembali itu.

d. Pelajarilah juga latihan soal dan hasil tugas yang sudah pernah dikerjakan.

e. Peliharalah kondisi kesehatan.

f. Konsentrasikan seluruh pehatian terhadap tugas yang akan ditempuh. g. Siapkanlah segala alat/ perlengkapan-pelengkapan yang diperlukan dan

jika diperlukan syarat-syarat tertentu , bereskan seawal mungkin.

3. Hasil Belajar a. Belajar 1)Pengertian

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Belajar adalah


(39)

proses perubahan yang melibatkan faktor interaksi antara subyek dengan lingkungan.Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Aspek-aspek tahap perkembangan kognitif (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational Peserta didik hendaknya diberi

kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. • Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.


(40)

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Ahmadi, 2001: 279). Hal ini juga dinyatakan Slameto (2003:2) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati (2006:9) menyatakan belajar adalah “ suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


(41)

a) Faktor Intern

Faktor Intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan

b) Faktor Eksternal a. Faktor keluarga

b. Fator sekolah (Slameto, 2003:60-61).

Muhibin Syah (2005:42), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni, keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni, kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor eksternal siswa adalah lingkungan social. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak buruk.

3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mmempelajari materi-materi pelajaran.

b.Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemempuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Asep Jihad - Abul Haris, 2009:14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan

pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.


(42)

Berikut ini beberapa definisi hasil belajar yang diungkapkan oleh beberapa ahli, yaitu:

1. Benjamin S.

Bloom tiga ranah hasil belajar yaitu kogniti, afektif,dan psikomotorik. 2. Juliah

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

3. Hamalik

Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apresiasi dan abilitas.

4. Sudjana

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

(Asep jihad dan Abdul Haris, 2009:14-15)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotiris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar juga merupakan perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah

dilakuakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Untuk memeperoleh hesil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukurtingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan denikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik iti menyangkut

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Oemar Hamalik (2001: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek


(43)

tersebut adalah: pengetahuan; pengertian; kebiasaan; keterampilan; apresiasi; emosional; hubungan sosial; jasmani; etis atau budi pekerti; dan sikap

Seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik dalam Asep jihad dan Abdul Haris, 2009:15). Hasil belajar atau achievement

merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007:102-103).

Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini sering diberi sebutan prestasi kerja, yang merupakan sesuatu

achievement juga. Sedangkan menurut Dimyati dan Muljiono (2006:3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tingkat mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik


(44)

dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga katagori, yaitu:

1. Domain kognitif

a) Pengetahuan (Knowledge). b) Pemahaman (Comprehension). c) Analisa.

d) Sintesa. e) Evaluasi.

2. Domain kemampuan sikap (Affective) 5. Menerima atau memperhatikan. 6. Merespon.

7. Penghargaan. 8. Mengorganisasikan. 9. Mempribadi (mewatak).

(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009:16)

Usman, Syaiful Bahri Djamarah (2006: 105) juga berpendapat bahwa hasil belajar erat kaitannya dengan tujuan instruksional khusus. Menurutnya suatu proses belajar mengajar tentang suatu proses pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat tercapai. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdassarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut.

1. Tes formatif; penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.


(45)

2. Tes subsumatif; tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa.

3. Tes sumatif; tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu.

4. Hubungan Nilai Tes Masuk dan Cara Belajar dengan Hasil Belajar

Pendidikan merupakan usaha untuk menciptakan generasi berkualitas. Tes masuk sekolah merupakan salah satu cara untuk menghasilkan kualitas pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2007: 44) yakni sebagai berikut.

1. Menentukan apakah bahan prasyarat telah dipenuhi atau belum

2. Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari 3. Mamisah-misahkan, (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan

dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari. 4. Menentukan kesulitan0kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan

cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat diartikan bahwa tes masuk dapat membantu memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil siswa yakni dapat


(46)

Hal lain yang memiliki peran dalam peningkatan hasil belajar ialah cara belajar. Beberapa cara belajar efektif yang digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada pendapat Slameto (2010: 82-87), yaitu: pembuatan jadwal dan

pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, serta mengerjakan tugas dan ujian. Melalui bimbingan guru siswa diarahkan untuk menemukan cara-cara belajar yang tepat bagi dirinya dengan menyampaikan berbagai cara belajar yang efektif. Dengan demikian siswa dapat menerapkan cara belajar yang tepat sehingga memeroleh pemahaman mengenai materi pelajaran dan akan bertahan lama di ingatan siswa tersebut serta pada akhirnya hasil belajar siswa menjadi optimal.

B. Penelitian yang Relevan

1. ” Hubungan antara Penguasaan Persamaan Dasar Akuntansi dan Cara Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Mengelola Buku Jurnal Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 oleh Ruguntina

Simanjuntak, mengemukakan dalam penelitiaannya cara belajar mempunyai hubungan yang positif dengan hasil belajar Mengelola Buku Jurnal yang mereka pelajari. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,353 > 0,316 (r tabel pada dk = n – 2 dan α = 0,05) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, atau dengan melihat probabilitas signifikansi (sig.) 0,02 > 0,05 maka H1 diterima.

2. ”Hubungan antara Nilai Tes Masuk Sekolah dan Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil SMA Negeri 1 Kotaagung


(47)

Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2008/2009 oleh Resvia Anggraini menyatakan ada hubungan antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar . ditunjukkan dengan thitung =4,298>ttabel=1.978 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,349 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 12,20% sisanya 87,80% dipengaruhi faktor lain.

C. Kerangka Pikir

Peningkatan keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan tergantung dari bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut. Begitu juga dengan kegiatan belajar dan pembelajaran, tingkat keberhasilannya tergantung dari bagaiman proses belajar dan pembelajaran itu terjadi. Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar dan pembelajaran. Makin tinggi prestasi belajar yang diperoleh menunjukkan makin tinggi tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan guru dalam mengajar, begitu pula sebaliknya.

Hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya adalah penguasaan materi pelajaran, motivasi belajar, cara belajar kebiasaan belajar, kemampuan dan usaha serta kemampuan intelektual. Tetapi disini penulis hanya akan sedikit memaparkan tentang dua faktor yang

mempengaruhi hasil belajar tersebut dari banyak faktor yang mempengaruhinya.

Faktor pertama yang di duga terkait dengan hasil belajar adalah nilai tes masuk sekolah. Nilai tes masuk sekolah memberikan gambaran kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Faktor lain yang diduga berhubungan dengan hasil belajar


(48)

siswa adalah cara belajar siswa. Cara belajar siswa akan berhubungan dalam penentuan hasil yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mhibin (2005:67), yang mengemukakan bahwa faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk malakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Sehingga hal ini memungkinkan hasil belajar meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa hasil belajar IPS Terpadu (Y) berhubungan nilai tes masuk sekolah (X1) dan cara belajar (X2). Dengan

demikian, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Hubungan Antara Nilai Tes Masuk Sekolah dan Cara Belajar Dengan Hasil Belajar IPS Terpadu

r1 R

r2 Hasil Belajar IPS Terpadu

(Y)

Cara Belajar (X2) Nilai Tes Masuk Sekolah


(49)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitia ini adalah sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif asosiatif dengan

pendekatan ex post facto. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (siswa, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, 2003:63). Menurut Sugiyono (2002:11) ”Penelitian asosiatif adalah merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui antara dua variabel atau lebih”. Sedangkan metode ex post facto ialah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa tang terjadi merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kejadian tersebut. (Sugiyono, 2005:7).

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif asosiatif adalah metode yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang berbeda sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Penggunaan Metode deskriptif asosiatif dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara nilai


(51)

tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo yang berjumlah 298 siswa yang tersebar di delapan kelas sebagaimana yang tertera pada Tabel 3 berikut.

Tabel 4. Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII A 36 siswa

2 VII B 35 siswa

3 VII C 35 siswa

4 VII D 38 siswa

5 VII E 37 siswa

6 VII F 39 siswa

7 VII G 39 siswa

8 VII H 39 siswa

Jumlah 298 siswa Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 1 Sukoharjo

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa, siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 berjumlah 298 Siswa yang tersebar di delapan kelas yaitu: kelas VII A berjumlah 36 siswa, kelas VII B berjumlah 35 siswa, kelas VII C berjumlah 35 siswa, kelas VII D berjumlah 38 siswa, kelas VII E berjumlah 37 siswa, kelas VII F berjumlah 39 siswa, kelas VII G berjumlah 39 siswa,dan kelas VII H berjumlah 39 siswa.


(52)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2010:118). Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) sehingga hal-hal yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, digunakan suatu rumus untuk menghitungnya. Dalam penelitian ini jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut.

1 2  

Nd N n

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi yang diketahui d = Presisi yang ditetapkan

(http://www.scribd.com/doc/50678650/Rumus-menurut-Taro-Yamane)

Maka perhitungan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

n = �

, 2+ = , + = , + = ,

n = 170,773 (dibulatkan menjadi 171)


(53)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Probability Simple Sampling dengan menggunakan Proporsional Random Sampling yaitu pengambilan sampel dengan memerhatikan proporsi jumlah sub-sub populasi. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,2010: 120).

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional. Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nazir,2000: 82).

Jumlah sampel tiap kelas = �� �ℎ �� �

� �ℎ � �� X Jumlah siswa tiap kelas

Tabel 5. Perhitungan Jumlah Sampel untuk Masing-Masing Kelas No Kelas Jumlah Siswa Perhitungan Sampel

1 VII A 36 siswa 36/298×171=22,379 22 2 VII B 35 siswa 35/298×171=20,083 20 3 VII C 35 siswa 35/298×171=20,083 20 4 VII D 38 siswa 38/298×171=21,805 22 5 VII E 37 siswa 37/298×171=21,231 21 6 VII F 39 siswa 39/298×171=22,379 22 7 VII G 39 siswa 39/298×171=22,379 22 8 VII H 39 siswa 39/298×171=22,379 22 Jumlah Siswa 298 siswa Jumlah Sampel 171


(54)

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan mempunyai variasi nilai. Menurut Sugiyono (2010:60) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (Independent) dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Tes Masuk Sekolah (X1) dan Cara Belajar (X2).

2. Variabel terikat (Dependent) dilambangkan dengan Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya sangat

bergantung pada variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah Hasil Belajar IPS Terpadu (Y).

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel a. Definisi Konseptual Variabel

1. Nilai tes masuk sekolah (X1)

Tes, sebelum adanya Ejaan yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan test, adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan


(55)

untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang ditentukan. (Suharsimi Arikunto, 2007:53)

Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (istitusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya (Suharsimi Arikunto, 2007: 4)

2. Cara belajar (X2)

Marupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan.

3. Hasil belajar IPS Terpadu (Y)

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007:102-103).

b. Definisi Operasional Variabel 1. Nilai tes masuk sekolah (X1)

Nilai yang diperoleh calon siswa pada saat seleksi penerimaan siswa baru SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Cara belajar (X2)

Beberapa cara belajar efektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(56)

b) membaca dan membuat catatan; c) mengulangi bahan pelajaran; d) konsentrasi; dan

e) mengerjakan tugas

3. Hasil belajar IPS Terpadu (Y)

Besarnya angka atau nilai IPS Terpadu yang diperoleh siswa pada saat ujian akhir semester (UAS).

Berikut ini disajikan tabel yang berisi tentang indikator dan subindikator masing-masing variabel penelitian.

Tabel 6. Indikator dan Subindikator Variabel

No Variabel Indikator Sub Indikator Skala

1 Nilai tes masuk sekolah

(X1)

Nilai tes Nilai tes masuk sekolah tahun pelajaran 2011/2012

Interval

2 Cara belajar (X2)

Pembuatan jadwal belajar

Cara membaca dan membuat catatan

Cara mengulangi pelajaran

1. mencatat jadwal pelajaran

2. membuat jadwal belajar 3. disiplin melaksanakan

jadwal tersebut

1. memperhatikan kesehatan membaca 2. membuat tanda-tanda/

catatan-catatan 3. memanfaatkan

perpustakaan

1.membaca kembali materi yang sudah


(57)

Konsentrasi belajar

Mengerjakan tugas dan ujian

dipelajari di sekolah 1. usaha yang dilakukan

untuk memusatkan perhatian

1. usaha yang dilakukan saat menyelesaikan tugas

2. Persiapan sebelum ujian 3.Saat ujian

4.Setelah ujian 3 Hasil Belajar

IPS Terpadu (Y)

Nilai yang diperoleh siswa

Nilai ujian semester (UAS)

Interval

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berupa data sekunder. Data ini berupa nilai tes masuk sekolah, nilai ujian semester ganjil, susunan organisasi sekolah, dan keadaan SMP Negeri 1 Sukoharjo.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi: 1986 dalam Sugiyono 2010).


(58)

Metode ini dilakukan pada saat melakukan penelitian pendahuluan.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpilan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Teknik kuesioner (angket) digunakan untuk memperoleh data mengenai cara belajar siswa kelas VII dalam mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negari 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012.

G. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2007: 65).

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus Korelasi Product Moment dengan rumus: r = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N          xy


(59)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor butir soal

Y = Skor total n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid.

Berikut disajikan tabel hasil uji validitas angket pada 20 responden dengan 19 item pernyataan.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X2 Item

Pernyataan

rhitung rtabel Kesimpulan

1 0,548 0,444 Valid

2 0.748 0,444 Valid

3 0,594 0,444 Valid

4 0,591 0,444 Valid

5 0,627 0,444 Valid

6 0,542 0,444 Valid

7 0,645 0,444 Valid

8 0,591 0,444 Valid

9 0,611 0,444 Valid

10 0,400 0,444 Tidak Valid

11 0,683 0,444 Valid

12 0,584 0,444 Valid

13 0,611 0,444 Valid

14 0,594 0,444 Valid

15 0,645 0,444 Valid

16 0,539 0,444 Valid

17 0,679 0,444 Valid

18 0,584 0,444 Valid

19 0,611 0,444 Valid

20 0,746 0,444 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data 2012 xy 05 , 0  


(60)

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 20 item pernyataan yang di berikan kepada 20 responden, 19 item pernyataan memiliki koefisien korelasi > 0,444 dan dapat dinyatakan 19 item pernyataan tersebut valid. Satu item memiliki koefisien korelasinya < 0,444 yakni item pernyataan nomor sepuluh dan item pernyataan nomor sepuluh tersebut dihapus dari daftar pernyataan pada angket cara belajar (X2). Dengan demikian, 19 item soal tersebut dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data cara belajar (X2)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diujikan berkali-kali (Arikunto, 2007: 60). Sebelum angket diujikan kepada responden, angket diujikan terlebih dahulu kepada populasi diluar sampel untuk mengatahui tingkat

reliabilitasnya dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut.

              

22

11 1 ) 1 ( t i n n r   Keterangan:

= Reliabilitas instrumen 2

i

 = Skor tiap-tiap item n = Banyaknya butir soal t2 = Varians total

11


(61)

Dengan kriteria uji, rhitung > rtabel maka pengukuran tersebut reliabel dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka pengukuran tersebut tidak reliabel.

Berikut disajikan tabel hasil uji reliabilitas angket pada 20 responden dengan 20 item pernyataan.

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2 Cronbach's Alpha N of Items

0,907 20

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa koefisien alpha hitung untuk variabel X2 > 0,444 maka dapat disimpulkan bahwa angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian semua pernyataan dapat

digunakan untuk memeroleh data mengenai cara belajar (X2) kecuali item nomor 10 karena item tersebut tidak valid.

H. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data)

a. Uji Normalitas

Menurut Gunawan Sudarmanto (2005: 104-123), untuk menggunakan alat analisis parametrik diperlukan dua persyaratan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data berdistribusi normala atau tidak. Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan ststistik Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan uji K-S.


(62)

Untuk menguji normalitas distribusi data populasi diajukan hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditetapkan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), tidak maka kriteria pengujian yaitu.

1. Tolak Ho apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 berarti sampel normal. 2. Terima Ho apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti distribusi

sampel adalah normal (Sudarmanto, 2005 : 105-108).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi diperlukan hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data populasi bervarians homogen Ha : Data populasi tidak bervarians homogen


(63)

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai significancy. Apabila menggunakan ukuran ini harus

dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditentukan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), maka kriterianya yaitu.

1. Terima Ho apabila nilai significancy > 0,05

2. Tolak Ho apabila nilai significancy < 0,05 (Sudarmanto, 2005 : 123).

I. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan statistik t melalui model Korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

r = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( . 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N           keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y ∑X = jumlah skor butir soal

∑Y = jumlah skor total

n = jumlah sampel (Arikunto, 2007: 72)

Setelah diproses besarnya r, maka untuk menguji signifikansi koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan uji t. Rumus untuk uji t yaitu sebagai berikut.

� =r √n − 1

√1 − r

Keriteria pengujian hipotesis tolak � jika t hitung < t tabel, untuk dk distribusi t

diambil n-2 dengan =0,05 (Sudjana, 2005:380). xy


(64)

Penghitungan hipotesis ketiga menggunakan model Korelasi Ganda (Multiple) dengan rumus:

 

2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 . . . 2 x rx x rx y rx y rx y rx y rx RX X Y

    keterangan: Y X X

R 1 2 = koefisien korelasi antara Y,X1, dan X2

Y X

r 1 = koefisien korelasi antara Y dan X1

Y X

r 2 = koefisien korelasi antara Y dan X2

2 1X X

r = koefisien korelasi antara X1 dan X2

Uji hipotesis dalam skripsi ini diolah dengan program SPSS 15.0

Pengujian signifikansi koefisiensi korelasi ganda (multiple) dihitung dengan statistik F dengan rumus sebagai berikut.

�ℎ= R

/ k

1 − R � − � − 1

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = jumlah varians independent n = jumlah sampel

Keriteria pengujian hipotesis tolak � jika F hitung > F tabel, terima � ,

F hitung < Ftabel dimana distribusi Ftabel untuk dk pembilang k dan dk penyebut


(65)

Tabel 9. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000

0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 -0,199

Sangat Kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah ( Sugiyono, 2004: 183)


(66)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan nilai tes masuk sekolah dan cara belajar siswa dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis menyarankan:


(1)

Penghitungan hipotesis ketiga menggunakan model Korelasi Ganda (Multiple) dengan rumus:

 

2

2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 . . . 2 x rx x rx y rx y rx y rx y rx RX X Y

    keterangan: Y X X

R 1 2 = koefisien korelasi antara Y,X1, dan X2

Y X

r 1 = koefisien korelasi antara Y dan X1

Y X

r 2 = koefisien korelasi antara Y dan X2

2 1X X

r = koefisien korelasi antara X1 dan X2

Uji hipotesis dalam skripsi ini diolah dengan program SPSS 15.0

Pengujian signifikansi koefisiensi korelasi ganda (multiple) dihitung dengan statistik F dengan rumus sebagai berikut.

�ℎ= R

/ k

1 − R � − � − 1 Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = jumlah varians independent n = jumlah sampel

Keriteria pengujian hipotesis tolak � jika F hitung > F tabel, terima � ,

F hitung < Ftabel dimana distribusi Ftabel untuk dk pembilang k dan dk penyebut


(2)

50

Tabel 9. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 -0,199

Sangat Kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah ( Sugiyono, 2004: 183)


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tes masuk sekolah dan cara belajar dengan hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan nilai tes masuk sekolah dan cara belajar siswa dengan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis menyarankan:


(4)

81

1. Nilai tes masuk sekolah pada Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, sangat bervariasi. Setelah penulis melakukan pengujian hipotesis penelitian, ternyata nilai tes masuk sekolah memunyai hubungan positif dengan hasil belajar IPS Terpadu. Maka penulis menyarankan kepada sekolah agar seleksi penerimaan siswa baru memiliki keriteria dan syarat-syarat yang baik sehingga diperoleh siswa dengan kemampuan yang baik dan pada akhirnya hasil belajar, khususnya matapelajaran IPS Terpadu, menjadi optimal.

2. Cara belajar siswa kurang optimal, diduga hal ini yang menyebabkan hasil belajar IPS Terpadu kurang optimal juga. Setelah penulis melakukan pengujian hipotesis penelitian, ternyata cara belajar siswa mempunyai hubungan positif dengan hasil belajar IPS Terpadu. Maka penulis menyarankan agar siswa menerapkan cara belajar yang baik agar mencapai hasil belajar dengan memuaskan. Cara-cara yang dapat ditempuh sebagai berikut.

a. Membuat jadwal belajar di rumah dan melaksanakannya.

b. Membaca dan membuat catatan atau tanda pada materi yang dipelajari. c. Mengulangi kembali materi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. d. Konsentrasi saat menerima materi pelajaran dan pada saat belajar di

rumah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Azwar,Saifudin. Tes Prestasi Siswa. 2007. Pustaka Pelajar. yogyakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Rineka Cipata. Jakarta. http://beritatersebar.wordpress.com/2011/03/05/cara-belajar-efektif/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/23/pedoman-penerimaan-siswa-baru-psb-ta-20112012/

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

http://www.irfan3.info/2010/01/tips-cara-belajar-yang-baik-bagian-1.html http://www.scribd.com/doc/50678650/Rumus-menurut-Taro-Yamane

http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html Inrayuni, Eti. 2011. Pengaruh Cara Belajar dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS MAN 1 Metro Tahun Pelajaran 2010/2011. UNILA.


(6)

Nuddin, Burhan. 2011. Pengaruh Kreativitas Guru dalam Proses Pembelajaran dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2010/2011. UNILA.

Purgiyanti, Ika Yuliana. 2009. Pengaruh Nilai Tes Masuk Dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS MAN 2 Banjarnegara Tahun Ajaran 2009 / 2010. Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Simanjuntak, Ruguntina. 2009. Hubungan antara Penguasaan Persamaan Dasar Akuntansi dan Cara Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Mengelola Buku Jurnal Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. UNILA.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta Timur.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA NILAI TES MASUK SEKOLAH DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 69

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP SWASTA NUSANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 107

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 46

PENGARUH CARA BELAJAR DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 69

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 80

PENGARUH CARA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 84

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 83

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 52 99

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 74

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GETASAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20172018

0 5 16