PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DIKELAS VIIIB SMPN I SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(1)

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

DI KELAS VIII B SMPN 1 SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh DESILAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

DIKELAS VIIIB SMPN I SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh DESILAWATI

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada mata pelajara Pkn Siswa kelas VIII B SMPN I Sekampung Udik.

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari empat rangkaian kegiatan dalam setiap siklusnya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Pada Siklus 1 peningkatan prestasi belajar 64%, Siklus 2 67% dan Siklus 3 72%. Aktivitas siswa pada Siklus 1 59%, Siklus 2 79% dan Siklus 3 83% .


(3)

PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

DI KELAS VIII B SMPN 1 SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh DESILAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMPN 1

SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

:

DESILAWATI

Nomor Pokok Mahasiswa

: 1013132002

Program Studi

: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr.Irawan Suntoro,M.S

Hermi Yanzi,S.Pd,M.Pd

NIP.19560323 198403 1 003

NIP.19820727 200604 1 002

2.

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan

Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan PKn

Drs.Hi.Buchori Asyik, M.Si

Drs. Holilluloh,M.Si


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Dr. Irawan Suntoro,M.S ...

Sekertaris : Hermi Yanzi,S.Pd.,M.Pd ...

Penguji bukan pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi Bujang Rahman, M.Si NIP: 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

Nama : Desilawati

N P M : 1013132002

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / FKIP UNILA

Alamat : Pugung Raharjo, Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2013

Desilawati


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Desilawati, dilahirkan di Prabumulih Sumatra Selatan, pada 19 Desember 1965 dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Remasan Achmad dan Saodah Thaib. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. SDN 8 Tanjung Karang, yang diselesaikan pada tahun 1977

2. SMPN 2 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 1981 3. SPGN 2 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 1984

4. Diploma 1 / Akta 1 PMP &KN UNILA pada tahun 1985

Pada Tahun 1986 penulis diangkat sebagai PNS dan ditugaskan pada SMPN 1 Pugung Raharjo yang kini menjadi SMPN 1 Sekampung Udik sampai dengan sekarang.

Tahun 2010 penulis, terdaftar sebagai mahasiswa S1 Kependidikan Guru Dalam Jabatan pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan hati yang bersyukur, rasa haru dan bahagia

Kupersembahkan karya tulis ini untuk :

Suami

Sainudin

Dan anak

anak tercinta

Dewi Putri Sandi

Ade Gunawati Sandi

Rizki Afrizal Sandi

Diki Rahmad Sandi

Orang Tua Dan Saudara - Saudara Tercinta

Program Studi PPKn

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

Keluarga Besar SMP N

1

Sekampung Udik

Lampung Timur

Teman-Teman Seangkatan S

1

Jabatan PPKn

Universitas Lampung

2011

/

2012


(9)

MOTTO

“ Dusta Tak Selamanya Merugikan Orang Lain Tetapai Merugikan Diri Sendiri “

“ Baik Menurut Manusia Belum Tentu Baik Menurut Allah”

“ Katakan Kebenaran Meskipun MenyakitKan “


(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung.


(11)

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Pembahas.

7. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku Pembimbing 1, terimakasih atas pengarahan Dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembimbing II, terimakasih atas pengarahan Dan bimbingan kepada penulis.

9. Ibu Yunischa Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan Saran dan kritikannya kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

11. Bapak dan Ibu staf Administrasi Program Studi PPKn Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

12. Bapak Drs. Sunyoto, M.M , selaku Kepala SMPN 1 Sekampung Udik beserta Dewan Guru dan staf Tata Usaha.

13. Ibu Sri Astuti, S.Pd dan Ibu Dalimah, S.Pd, Sebagai Observer

14. Seluruh Rekan-rekan mahasiswa S1 dalam Jabatan Progran Studi PPKn Fakultas keguruan dan Ilmu Pendikan Universitas Lampung.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ... viii

SANWACANA... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Pengertian Belajar ... 12

B. Pengertian Proses Pembelajaran ... 15

C. Pengertian Cooperative Learning ... 16

D. Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw ... 18

E. Prestasi Belajar... 23

F. Pengertian Aktivitas ... 27

G. Pendidikan Kewarganegaraan ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Objek Penelitian ... 36

D. Data Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisa Data ... 38

G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 38

H. Kriteria Keberhasilan ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A.Langkah-langkah penelitian ... 41

Siklus 1 ... 44

Siklus 2 ... 52


(13)

B. Pembahasan Dari Setiap Siklus ... 70

Siklus 1 ... 70

Siklus 2 ... 71

Siklus 3 ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Hasil Ulangan Harian Di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik

Tabel 2

: Lembar Pengamatan Guru Siklus 1

Tabel 3

: Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIB Siklus 1

Tabel 4

: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1

Tabel 5

: Lembar Pengamatan Guru Siklus 2

Tabel 6

: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2

Tabel 7

: Hasil Prestasi Belajar Siswa KelasVIIIB Siklus 2

Tabel 8

: Lembar Pengamatan Guru Siklus 3

Tabel 9

: Hasil Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Siklus 3

Tabel 10 : Hasil Prestasi Belajar Siswa KelasVIIIB Siklus 3

Tabel 11 : Rangkuman Hasil Prestasi Belajar Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3

Tabel 12 : Rangkuman Hasil Penelitian Aktivitas Belajar


(15)

DAFTAR GAMBAR

SIKLUS I

Guru sedang memberikan kartu pesan

Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli

Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli SIKLUS II

Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli

Menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok ahli pada kelompok asal Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli di depan kelas SIKLUS III

Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok ahli

Siswa sedang meringkas hasil diskusi dan menjelaskan pada kelompok asal Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli di depan kelas


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang unsur penting untuk membentuk pola pikir, ahlak, dan prilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada. Sedangkan Pkn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan standar isi tahun 2006 tujuan mata pelajaran Pkn agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan karakter Indonesia agar masyarakat dapat hidup bersama dengan bangsa -bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa– bangsa lainya dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetisi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.


(17)

2 Secara lebih terperinci, materi pengetahuan pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan mata pelajaran Pkn, guru harus bekerja keras, karena pelajaran Pkn cenderung dianggap pelajaran yang tidak penting banyak hafalan dan tidak menarik. Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, metode belajar mengajar dengan tepat.

Pembelajaran Pkn diselenggarakan melalui intrakurikuler dan kokurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah pembelajaran yang diselenggarakan secara berstuktur dan berjadwal dalam bentuk kegiatan tatap muka dikelas. Sedangkan

kokurikuler dilaksanakan dengan atau tanpa bimbingan langsung dari guru. Secara konseptual pembelajaran yang berlangsung dalam kegiatan intrakurikuler dengan memperhatikan komponen–konponen pengajaran dirancang agar menimbulkan dampak intruksional dan dampak pengiring. Dampak intruksional meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaraan (civic knowledge,civic skil,dan civic dispositions ) yang secara langsung diproleh dari hasil proses pembelajaran yang terencana. Sedangkan dampak pengiring dapat diproleh dari praktik - praktik penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Strategi untuk mencapai tujuan yang termuat dalam standar isi adalah dengan cara


(18)

3 mengaktifkan siswa untuk belajar yang bertumpu pada 2 hal yakni:

1 . Optimalisasi interaksi antar semua komponen pembelajaran. 2 . Optimalisasi keikut sertaan seluruh siswa.

Optimalisasi dalam pembelajaran dapat dicapai dengan penerapan dan pemaduan berbagai metode yang tepat, karena kreativitas guru Pkn untuk menerapkan

metode dalam setiap penyajian sangat diperlukan. Pemilihan metode yang tepat disesuaikan dengan bahan kajian dan keadaan yang cocok .

Fakta di lapangan menunjukan kurangnya minat belajar siswa dalam pelajaran Pkn disebabkan oleh metode yang tidak sesuai dan media yang tidak mendukung. Hal ini yang menyebabkan kurangnya aktifitas siswa dalam pembelajaran Pkn. Pelajaran Pkn biasa disampaikan secara monoton dan itu – itu saja tanpa ada variasi ( kreatifitas guru ).

Secara umum nilai rata–rata pada pelajaran Pkn sering rendah bila dibanding mata pelajaran lain. Oleh karena itu guru Pkn perlu merubah metode yang biasa digunakan serta mengasah keterampilan mengajarnya. Untuk meningkatkan hasil belajar Pkn, dalam penyampaiannya harus menarik sehingga siswa termotivasi dan aktivitas belajar pun jadi menyenangkan.

Diperlukan metode pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar. Guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara intergrative dan komprehensip pada aspek kognitif, afektive dan

psikomotor sehingga tercapai hasil belajar yang maksimal. Agar hasil belajar Pkn meningkat diperlukan situasi, cara dan metode pembelajaran yang tepat untuk


(19)

4 melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pandangan, penglihatan dan psikomotor

Proses pembelajaran hendaknya merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, yang mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sitimatis dengan memanfaatkan sesuatunya guna kepentingan pengajarannya.

Harapan yang selalu diinginkan oleh guru adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didiknya secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada 3 aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu intelektual , psikologis , dan biologis.

Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Akibat salah menetukan metode pengajaran tujuanpun sukar untuk dicapai.

Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam menyampaikan bahan ajarnya. Pemilihan metode yang tepat akan menimbulkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan Pemilihan metode sangat diperlukan, karena tidak semua bahan ajar cocok dengan


(20)

5 hanya menggunakan metode itu–itu saja, bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk satu metode tapi belum tentu untuk bahan ajar yang lain. Maka adalah penting mengenal suatu bahan untuk kepentingan metode, pendekatan dan alat bantu pelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik ditemukan masalah:

1. Hasil belajar siswa rendah (banyak yang tidak tuntas ).

2. Pada perjalanan guru memasuki ruang kelas ada saja siswa yang keluar kelas dengan berbagai alasan ( ke kamar kecil, pinjam buku di kelas sebelah ). 3. Setiap ada pertanyaan dari guru mengenai pelajaran tidak satupun siswa yang menjawab.

4. Sebaliknya bila diberi kesempatan bertanya hanya siswa itu – itu saja yang mengajukan pertanyaan dan pertanyaannyapun tidak berbobot.

5. Pada Proses belajar aktivitas siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan guru.

6. Bila diberi tugas siswa selalu menunda menyelesaikannya.

7. Bila ada tugas kelompok hanya sebagian siswa yang ikut bekerja sebagian lainnya hanya jadi pendengar.

8. Guru biasanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah. 9. Siswa memiliki aktivitas rendah.

Selain aktivitas siswa yang pasif menyebabkan proses pembelajaran tidak kondusif, juga berpengaruh pada prestasi belajar yang rendah. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran Pkn.


(21)

6 Rendahnya prestasi belajar di kelas VIII B dapat dilihat dari hasil ulangan hariannya.

Dibawah ini adalah Daftar nilai siswa, hasil test pada tanggal 10 Oktober 2011 dengan KKM (Kriteria ketuntasan minimal) 65.

Tabel 1: Hasil Ulangan Harian di Kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik

No Nama siswa NH %

Ketercapaian Keterangan

1 Abdul R 65 65% Tuntas

2 Aisah 60 60% Tidak Tuntas

3 Aldi Riski K 75 75% Tuntas

4 Andreal Ega S 60 60% Tidak Tuntas

5 Anisa Kinanti 65 65% Tuntas

6 Ari Wahyudi 55 55% Tidak Tuntas

7 Ayu Novita S 50 50% Tidak Tuntas

8 Cahya Aprita 55 55% Tidak Tuntas

9 Chaerul 75 75% Tuntas

10 Diky Afryzal 40 40% Tidak Tuntas

11 Dwi Ari S 40 40% Tidak Tuntas

12 Eka Robi H 55 55% Tidak Tuntas

13 Ela Fitriana 55 55% Tidak Tuntas

14 Elan Monica S 45 45% Tidak Tuntas

15 Estri Nur I S 50 50% Tidak Tuntas

16 Firza Zunaidi 75 75% Tuntas

17 Fitra Rahma D 40 40% Tidak Tuntas

18 Gemma M J 35 35% Tidak Tuntas

19 Handra 50 50% Tidak Tuntas

20 Jamilah 70 70% Tuntas

21 Linda H 75 75% Tuntas

22 Maliki 45 45% Tidak Tuntas

23 Marfiroh 35 35% Tidak Tuntas

24 Maryani 55 55% Tidak Tuntas

25 Musa 55 55% Tidak Tuntas

26 Nur Dwi Astuti 40 40% Tidak Tuntas

27 Piut Johan 50 50% Tidak Tuntas

28 Retno Pujiati 55 55% Tidak Tuntas

29 Rika Adellia 40 40% Tidak Tuntas

30 Septi H 75 75% Tuntas

31 Siti Aminah 85 85% Tuntas

32 Siti M 40 40% Tidak Tuntas

33 Solehatin 40 40% Tidak Tuntas


(22)

7

35 Usman J 70 70% Tuntas

36 Riki Kurnia S 25 25% Tidak Tuntas

Data di atas menunjukan hasil prestasi belajar siswa atau ketuntasan belajar hanya mencapai 30,6% (11 orang siswa dari 36 orang siswa). Hal ini peneliti menduga disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak kondusif dan aktivitas belajar yang rendah.

Melihat dari data di atas dapat diperkirakan masalah tersebut muncul oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Efektifitas penerapan metode pembelajaran PKn juga perlu dipertanyakan. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa kelas VIII B SMPN 1 Sekampung udik lampung timur.

Alasan peneliti memilih model pembelajaran jigsaw karena model jigsaw memiliki kelebihan sebagai berikut:

Kelebihan Model jigsaw

1. Mempermudah Pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih Singkat.

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.


(23)

8 Dengan mengetahui kelebihan model jigsaw tersebut diduga dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa.

Untuk itu peneliti mencoba merumuskan masalah tersebut dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang diberi judul:

Penggunaan Model Jigsaw dalam meningkatkan Prestasi dan Aktivitas siswa pada Mata pelajaran PKn di Kelas VIII B SMPN 1 Sekanpung Udik Tahun Pelajaran 2011-2012

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasimasalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar rendah banyak siswa yang tidak tuntas. 2. Aktivitas belajar siswa hanya mendengar ceramah guru.

3. Latar belakang siswa yang berbeda membuat guru kesulitan dalam menentukan metode mengajar.

4. Siswa sering melakukan aktivitas yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran.

5. Kurangnya keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

6. Kebiasaan guru menggunakan metode konvensional seperti ceramah saja. C. Pembatasan Masalah


(24)

9 1. Model pembelajaran jigsaw.

2. Prestasi belajar. 3. Aktivitas siswa. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Pkn dengan menggunakan model jigsaw.

2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pkn menggunakan model jigsaw.

3. Bagaimana penggunaan model jigsaw dalam pembelajaran Pkn.

4. Apakah Model jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran Pkn kelas VIII B SMPN 1 Sekampung Udik tahun pelajaran 2011/2012.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian tindakan kelas ini untuk:

1. Memberi gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran Pkn menggunakan model jigsaw.

2. Memberi gambaran prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pkn menggunakan model jigsaw.


(25)

10 3. Memberikan gambaran tentang penerapan model jigsaw dalam pembelajaran Pkn.

4. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Guru:

Dengan dilaksanakan penelitian ini, guru dapat lebih trampil menggunakan Model Jigsaw dan guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi proses belajar mengajar.

b. Bagi Siswa:

Siswa yang bermasalah di kelas akan berusaha meningkatkan aktivitas belajarnya sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik lagi.

c. Bagi Sekolah:

Penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kualitas sekolah. F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilingkup Ilmu Pendidikan Sosial khususnya wilayah kajian PKn yang membahas model pembelajaran jigsaw dengan objek penelitian prestasi dan aktivitas. Subjek penelitian siswa di SMPN 1 Sekampung Udik


(26)

11 pelaksanaannya dilakukan pada bulan januari sampai dengan maret tahun pelajaran 2011/2012.


(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian ( purwadaminta,1983 :22 ).

Dari pengertian di atas disimpulkan belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Robert M.Gagne (Syaiful bahri zamarah,2001:12) membedakan pola–pola belajar siswa ke dalam delapan tipe.

a. Tipe Signal Learning ( Belajar isarat )

Belajar tipe ini merupakan tahap belajar paling dasar. Jadi tidak menuntut peryaratan, namun merupakan hierarki yang harus dilalui untuk tipe belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola

dasar perilaku bersifat involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).


(28)

13 Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini, adalah diberikan stimulus(signal) secara serempak, perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali.

b. Tipe Stimulus – Respons Learning (Belajar Stimulus Respons)

Tipe ini digolongkan dalam jenis classical condition, maka tipe ini termasuk

ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error ( mencoba – coba ).

c. Tipe Chaining ( Rantai atau Rangkaian )

Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S–R ( Stimulus–Respons ) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S–R, baik psikomotorik maupun verbal. Prinsip kesinambungan dan

pengulangan tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.

d. Tipe Verbal Association ( Asosiasi Verbal )

Tipe Chaining maupun tipe Verbal association, kedua tipe ini setaraf, yaitu

belajar menghubungkan satuan ikatan S–R yang satu dengan yang lain. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera

mengikuti yang satu lagi ( contiguity ).

e. Tipe Discrimination Learning ( Belajar Diskriminasi )


(29)

14 Pada tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan penguji diantara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kodisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini

adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan

association. Contoh anak dapat mengenal merk mobil walau tanpak mobil itu banyak bersamaan.

f. Tipe Concept Learning ( Belajar Konsep )

Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep. Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara beragsur-angsur.

g. Tipe Rule Learning ( Belajar aturan )

Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah–kaidah logika formal ( induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, difernsia, sintesis, asosiasi, difernsia, komparasi dan kausalitas ). Sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjudnya dapat dipandang sebagai “rule”: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya. Belajar aturan adalah tipe belajar yang banyak terdapat di sekolah.

h. Tipe Problem Solving ( Pemecahan Masalah )


(30)

15 Pada tingkat ini para anak didik belajar merumuskan masalah, memberi respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Dengan proses pengidentifikasian pola – pola belajar, guru akan dapat mengidentifikasi pada tahap belajar atau tipe belajar apa yang telah dijalaninya. Atas dasar itu guru dapat memlih alternatif strategi pengorganisasian bahan, metode, alat di dalam kegiatan belajar mengajarnya.

B. Pengertian Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Usman dan Setiaji ( Andrian, 2006 : 14 ) dikutip dari www.carapedia.com

Kegiatan pembelajaran merupakan pola interaksi peserta didik dengan keseluruhan lingkungan belajar yang sengaja dirancang dan dilaksanakan oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran merupakan upaya memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik, oleh karenanya kegiatan pembelajaran harus menunjukan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003 : 54 - 72) dikutip dari www.carapedia.com.

Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar adalah :


(31)

16 - Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan) - Kelelahan

2. Faktor-faktorEksternal

- Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan)

- Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)

- Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat) oleh Slameto ( 2003 : 54 - 72) dikutip dari yogoz.wordpress.com

Mengacu dari pendapat tersebut pembelajaran mencakup proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran hendaknya dengan sengaja diorganisasikan secara baik, agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik, sehingga pada akhir proses akan menghasilkan hasil belajar yang optimal. Proses belajar dan hasil belajar hendaknya menjadi pusat perhatian dalam menentukan metode pembelajaran. C. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperative learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok


(32)

17

yang terstruktur. yang termasuk di dalam struktur ini ada lima unsur pokok

(Johnson & Johnson, 1993) dikutip dari blog.elearning.unesa.ac.id, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran

gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Cooperative Learning dikutip dari akmadsudrajat.wordprees.comadalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif (Anonim. 2011. Coperatif Learniang. http://unhalu.ac.id)

adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar

kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan


(33)

18

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning(Anonim.

2011. Coperatif Learniang. http://unhalu.ac.id) Untuk itu harus diterapkan lima

unsur model pembelajaran gotong royong yaitu:

1. Saling ketergantungan positif .

2. Tanggung jawab perseorangan .

3. Tatap muka .

4. Komunikasi antar anggota .

5. Evaluasi proses kelompok

D. Pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw

Jigsaw (www.carapedia.com) adalah sebuah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pembelajaran.

Model pembelajaran jigsaw memiliki tujuan untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian(www.carapedia.com).

Model cooperative learning dapat digunakan pada mata pelajaran PKn. Dalam

model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam


(34)

19 suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997) dikutip dari

www.carapedia.com

Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997) dikutip dari www.carapedia.com

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain menurut Anita Lie (2005) dikutip dari blog akmadsudrajad.wordpres.com. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2005) dikutip dari blog akmadsudrajad.wordpres.com

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim


(35)

20 /kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997): (www.carapedia.com).

Gambar1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajara jigsaw adalah sebagai berikut:


(36)

21 1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda (kelompok ini disebut kelompok asal).

Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). 2. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

3. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, Selanjutnya dilakukan presentasi.

4. Guru memberikan test untuk siswa secara individual.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning diantaranya adalah sebagai berikut:


(37)

22

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran

cooperative learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan perhatian guru

terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

cooperative learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang

dapat mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran cooperative learning dapat berjalan dengan baik,

maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran

cooperative learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan

kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

cooperative learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

Berikut ini beberapa kelebihan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw:


(38)

23 ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. 3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Selain itu pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kelemahan

sebagai berikut:

Siswa yang memiliki kemampuan akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti. Dikutip dari weblogask.blogspot.com

E. Prestasi Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002 : 895), prestasi belajar

didefinisikan sebagai penguasaan pengetahuan/ keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan guru. Hasil belajar dan prestasi belajar merupakan akibat dari proses belajar mengajar. Namun kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar.


(39)

24 yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual yang diukur dalam prestasi belajar, sikap siswa, dan keterampilan siswa. Bloom (Munaf, 2001: 67) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com

mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.

diharapkan, yang dihasilkannya ditunjukkan oleh skor/angka. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat menjadi indikator sedikit banyaknya pengetahuan dan penguasaan materi fisika yang dimiliki siswa.

Winkel (1996: 162) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com, mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam bidang pendidikan, terutama dalam pembelajaran, prestasi belajar

mempunyai kedudukan yang penting. Menurut Wingkel (1980: 13) dikutip dari akmadsudrajad.wordpress.com, fungsi prestasi belajar diantaranya :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah diketahui anak didik.


(40)

25 c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari situasi institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik.

Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Pusat Pengujian Balitbang Depdikbud menyatakan bahwa : “Prestasi belajar tidak hanya meliput aspek pengetahuan dan ketrampilan, namun meliputi pula aspek pembentukan watak seorang siswa”. Dari pendapat-pendapat tersebut, pengertian Prestasi belajar adalah (a) sesuatu yang didapat atau dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar yang dinyatakan dengan berubahnya pengetahuan, tingkah laku, dan ketrampilan, (b) Prestasi belajar yang dicapai oleh tiap-tiap anak setelah belajar atau usaha yang diandalkan oleh guru berupa angka-angka atau skala (c) Prestasi yang diperoleh murid berupa pengetahuan, ketrampilan, normatif watak murid yang dikembangkan di sekolah melalui sejumlah mata pelajaran.


(41)

26 Jenis-jenis Prestasi Belajar

E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (http://hipni.blogspot.com/2011/10/html)

menyatakan bahwa: Prestasi belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Prestasi belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku yaitu aspek motorik, aspek kognitif sikap, kebiasaan, ketrampilan maupun pengetahuannya. Ditandai dengan hafalnya seseorang kepada sesuatu materi yang dipelajarinya yang dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk : (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan (skill), (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etika atau budi pekerti, dan (10) sikap (attitude). Selanjutnya Abin Syamsudin(http://hipni.blogspot.com/2011/10/html)) secara garis besar membagi Prestasi belajar menjadi tiga golongan, yaitu (1) aspek kognitif meliputi pengetahuan hafalan, pengamatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, (2) aspek efektif meliputi penerimaan, sambutan, penghargaan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi, (3) aspek psikomotor meliputi keterampilan bergerak dan ketrampilan verbal dan non verbal.

Prestasi belajar merupakan tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar dibidang pendidikan merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses bembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes baik tes tertulis maupun tidak tertulis. Ketercapaian prestasi belajar dalam


(42)

27 penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang diukur dengan menggunakan test tertulis yang ditujukan dengan angka dengan pencapaian KKM. F. Pengertian Aktivitas

Aktivitas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang.

Pendidikan tradisional dengan “sekolah dengar” tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses pembelajarannya. Para siswa mendengarkan hal- hal yang dipompakan oleh guru. Pada waktu itu cara mengajar yang populer adalah metode imposisi. Para siswa hanya menelan saja hal-hal yang direncanakan dan disampaikan oleh guru(Oemar hamalik,2001:170) dalam buku proses Belajar Mengajar

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru tidak ada masalah atau kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari buku lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif .

Adanya temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang menyebabkan pandangan tersebut harus berubah. Dari penelitian para ahli ternyata siswa adalah suatu organisme yang hidup. Didalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan

yang diharapkan. Berson menemukan suatu konsep atau teori yang disebut Elan


(43)

28 menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu. Seorang yang memiliki elan vital yang besar/kuat memiliki kemampuan berbuat lebih banyak dan luas, begitu juga

sebaliknya (Oemar hamalik, 2001 : 170. Dalam Proses Belajar Mengajar).

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Pengajaran tradisional aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas semu. Pengajaran modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memproleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya serta mengmbangkan keterampilan yang bermakna. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini

aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity. Sehingga

kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.

Berdasarkan beberapa referensi yang peneliti temukan aktivitas memiliki beberapa jenis, seperti pendapat Paul D Dierich.

Paul D.Dierich membagi aktivitas belajar kedalam 8 kelompok kegiatan–kegiatan visual: Kegiatan – kegiatan lisan, kegiatan– kegiatan mendengarkan, kegiatan – kegiatan menulis, kegiatan – kegiatan menggambar, kegiatan – kegiatan metric, kegiatan – kegiatan mental, kegiatan – kegiatan emosional (Oemar

hamalik, 2001 : 172. Dalam Proses Belajar Mengajar).

J .Dewey dengan sekolah kerjanya menggunakan asas aktivitas dalam proyek

kerja dan metode problem solving (Oemar hamalik, 2001 : 176. Dalam Proses


(44)

29 Dalam penelitian ini asas aktivitas akan digunakan dengan menggunakan teknik jigsaw. Karena peneliti melihat nilai aktivitas bagi siswa sangat bermanfaat. Nilai – nilai aktivitas itu adalah :

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral .

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa . 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri .

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan antara orang

tua dengan guru .

7. Pengajaran diselenggarakan secara realitas konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas .

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

G. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan dalam bahasa latin disebutkan “civis”, selanjutnya

dari kata “civis” ini dalam bahasa Inggris timbul kata ”civic” artinya mengenai

warga negara atau kewarganegaraan. Dari kata “civic” lahir kata “civics”, ilmu

kewarganegaraan dan civic education( pendidikan kewarganegaraan).


(45)

30 rangka “mengamerikakan bangsa Amerika” atau yang terkenal dengan nama “Theor of Americanization”(http://andriezll1980.blogspot.).

Pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli memiliki pengertian:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan konstitusi lembaga-lembaga demokrasi rule of law, HAM, hak dan kewajiban warganegara serta proses demokrasi pengertian menurut Azzumardi Azra. ”(http://andriezll1980.blogspot).

Sedangkan menurut Zamroni : “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis” ”(http://andriezll1980.blogspot).

Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Konsep pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegara

Hakikat pendidikan kewarganegaraan (Standar isi, 2006. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan) adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam belanegara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar belanegara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan


(46)

31 mengembangkan jati diri dan bangsa dalam perikehidupan bangsa ( Standar isi,2006. departemen pendidikan dan kebudayaan).

Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan: 1.Nilai-nilai cinta tanah air; 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;3. Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara; 4.Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara,

serta 6. Kemampuan awal belanegara ( BNSP, Model Silabus dan

RPP, 2006.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi. Visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa dan pemberdayaan warga negara. Adapun Misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945 ((BNSP, Model Silabus dan RPP, 2006. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU nomor 2 tahun 1989) “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusi Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Maka pelajaran Pkn idealnya komunikatif, ada interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa. Dan peneliti


(47)

32 mencoba menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw untuk mencapai pembelajaran yang ideal.


(48)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penilitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom action research), model Kurt Lewin. Konsep inti PTK model Kurt Lewin adalah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:

a) Perencanaan(planing) b) Aksi atau tindakan (acting), c) Observasi (observing), d) Refleksi (reflecting) .

Peneliti berkolaborasi dengan partisipan (teman sejawat atau dari praktisi lain) mencari informasi untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal dari permasalahan yang akan dicari solusinya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menelaah kekuatan atau kelemahan dari suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan baik dari aspek diri sendiri, siswa, sarana belajar atau

sumber/lingkungan belajar. Berdasarkan temuan - temuan awal, penelitian difokuskan pada identifikasi masalah yang nyata, jelas dan mendesak untuk dicari solusinya.

Khususnya masalah alur pembelajaran yang sudah dilakukan, sarana yang diperlukan, alokasi waktu, atau pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang


(49)

34 diperlukan siswa.

Kemudian peneliti memasuki tahap perencanaan. Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Apabila peneliti telah yakin terhadap kebenaran rumusan masalah, maka selanjutnya adalah menyusun rencana tindakan.

Setelah tahap perencanaan dilakukan maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan tindakan. Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rencana, yaitu melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang telah direncanakan pada tahap perancangan. Skenario tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Dalam waktu yang sama peneliti melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap jalannya pelaksanaan tindakan itu.

Tahap berikutnya yang dilakukan peneliti adalah Observasi, Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dan seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Setelah melakukan Observasi tahap selanjudnya refleksi dan evaluasi.

Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan suatu kriteria, Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran.

Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai (gambar.2)


(50)

35 Prosedur pelaksanaan PTK digambarkan dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Model Penelitian Kurt Lewin (Arikunto,2006:16)

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS III Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan ?


(51)

36

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMPN 1 sekampung Udik Tahun Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 36 siswa. Kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa pada kelas ini merupakan kelas yang paling bermasalah dalam proses pembelajaran dengan prestasi belajar paling rendah.

C. Objek Penelitian

1. Aktivitas belajar yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

2. Prestas belajar yaitu: perubahan yang ditandai pencapaian aspek pengetahuan, ketrampilan dan aspek pembentukan watak seorang siswa 3. Model pembelajaran jigsaw yaitu: model pembelajaran yang anggotanya herogen terdiri dari 4-6 orang yang mempunyai kelompok asal dan kelompok ahli.

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

Aktivitas dan Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Pkn yang dilihat dari hasil ulangan harian dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan mitra (kolabulator ).

D. Data Penelitian

1. Kuantitatif yaitu prestasi belajar.

2. Kualitatif yaitu aktivitas belajar siswa dengan penerpan model jigsaw. Data penelitian ini adalah sebagai berikut:


(52)

37 Data kuantitatif, merupakan data hasil observasi yang terjadi di dalam kelas pada siklus I,II,III terdiri dari data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa dimunculkan dari nilai tes siswa yang relevan yang diberikan setiap akhir siklus I , II dan III dengan sebelumnya dilakukan dengan model pembelajaran jigsaw. Data kualitatif aktivitas siswa yang diamati oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Oservasi / Pengamatan

Observasi adalah metode atau cara-cara untuk menganalisa dan

melakukan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan

melihat, mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan tentang aktivitas belajar siswa dan penerapan model pembelajaran jigsaw oleh guru.

2. Tes

Tes hasil belajar siswa, teknik ini digunakan dalam penelitian untuk memproleh hasil prestasi belajar siswa,tes disusun oleh penulis

sesuai dengan kopetensi dasar yang disajikan. Tes ini dilakukan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran jigsaw. Nilai diambil dari hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.


(53)

38 3. Dokumentasi

Tehnik dokumentasi ini untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa dengan keadaan sekolah tempat peneliti.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diproleh dari data aktivitas siswa , aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw diamati dengan menggunakan lembar pengamatan oleh peneliti. 2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diproleh dari data prestasi hasil belajar siswa yang dikumpulkan dari hasil tes tertulis selama proses penelitian setelah diterapkan model Pembelajaran jigsaw.

G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini akan dilakukan dalam 3 siklus: yaitu siklus1, siklus2, dan siklus3. Tahap-tahap tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Tahap Pra Penelitian ( Persiapan Penelitian )

1. Memberikan tes awal yang skornya dijadikan skor awal dan selanjutnya akan digunakan untuk poin peningkatan individu.

2. Skor yang diperoleh dari tes awal diurutkan kemudian dilakukan pembentukan

kelompok dengan pengaturan sehingga terbentuk kelompok hetrogen.

3. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran jigsaw.


(54)

39

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan model yang

dikembangkan oleh Kemis & Tanggart ( As ari,2003: 7 ) yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Tahap-tahap tersebut akan membentuk siklus.

Tahap-tahap dari tiap siklus diuraikan sebagaiberikut: 1. Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan ini:

a. Mendiskusikan dan menerapkan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas Sebagai tindakan dalam siklus 1.

b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

c. Menyusun materi yang akan diberikan kepada siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli.

d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk memantau aktivitas siswa.

e. Mempersiapkan perangkat penilaian untuk mengukur prestasi belajar siswa. 2. Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah 1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda (kelompok ini disebut kelompok asal).


(55)

40 maupun kelompok asal.

3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi.

4) Guru memberikan test untuk siswa secara individual. 3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mendekontasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang dipersiapkan peneliti.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis,memahami dan membuat berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan mengamati hasil tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

H. Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: 1. Minimal 75% siswa aktif dalam pembelajaran. 2. Siswa yang memproleh nilai ≥ 65 mencapai 70%.


(1)

Prosedur pelaksanaan PTK digambarkan dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Model Penelitian Kurt Lewin (Arikunto,2006:16) Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS III Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan


(2)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMPN 1 sekampung Udik Tahun Pelajaran 2011/2012, yang terdiri dari 36 siswa. Kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa pada kelas ini merupakan kelas yang paling bermasalah dalam proses pembelajaran dengan prestasi belajar paling rendah.

C. Objek Penelitian

1. Aktivitas belajar yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

2. Prestas belajar yaitu: perubahan yang ditandai pencapaian aspek pengetahuan, ketrampilan dan aspek pembentukan watak seorang siswa 3. Model pembelajaran jigsaw yaitu: model pembelajaran yang anggotanya herogen terdiri dari 4-6 orang yang mempunyai kelompok asal dan kelompok ahli.

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

Aktivitas dan Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Pkn yang dilihat dari hasil ulangan harian dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan mitra (kolabulator ).

D. Data Penelitian

1. Kuantitatif yaitu prestasi belajar.

2. Kualitatif yaitu aktivitas belajar siswa dengan penerpan model jigsaw. Data penelitian ini adalah sebagai berikut:


(3)

Data kuantitatif, merupakan data hasil observasi yang terjadi di dalam kelas pada siklus I,II,III terdiri dari data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa dimunculkan dari nilai tes siswa yang relevan yang diberikan setiap akhir siklus I , II dan III dengan sebelumnya dilakukan dengan model pembelajaran jigsaw. Data kualitatif aktivitas siswa yang diamati oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Oservasi / Pengamatan

Observasi adalah metode atau cara-cara untuk menganalisa dan

melakukan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan

melihat, mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan tentang aktivitas belajar siswa dan penerapan model pembelajaran jigsaw oleh guru.

2. Tes

Tes hasil belajar siswa, teknik ini digunakan dalam penelitian untuk memproleh hasil prestasi belajar siswa,tes disusun oleh penulis

sesuai dengan kopetensi dasar yang disajikan. Tes ini dilakukan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran jigsaw. Nilai diambil dari hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.


(4)

3. Dokumentasi

Tehnik dokumentasi ini untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa dengan keadaan sekolah tempat peneliti.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Data kualitatif diproleh dari data aktivitas siswa , aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw diamati dengan menggunakan lembar pengamatan oleh peneliti. 2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diproleh dari data prestasi hasil belajar siswa yang dikumpulkan dari hasil tes tertulis selama proses penelitian setelah diterapkan model Pembelajaran jigsaw.

G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini akan dilakukan dalam 3 siklus: yaitu siklus1, siklus2, dan siklus3. Tahap-tahap tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Tahap Pra Penelitian ( Persiapan Penelitian )

1. Memberikan tes awal yang skornya dijadikan skor awal dan selanjutnya akan digunakan untuk poin peningkatan individu.

2. Skor yang diperoleh dari tes awal diurutkan kemudian dilakukan pembentukan

kelompok dengan pengaturan sehingga terbentuk kelompok hetrogen.

3. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran jigsaw.


(5)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan model yang

dikembangkan oleh Kemis & Tanggart ( As ari,2003: 7 ) yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Tahap-tahap tersebut akan membentuk siklus.

Tahap-tahap dari tiap siklus diuraikan sebagaiberikut: 1. Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan ini:

a. Mendiskusikan dan menerapkan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas Sebagai tindakan dalam siklus 1.

b. Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

c. Menyusun materi yang akan diberikan kepada siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli.

d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk memantau aktivitas siswa.

e. Mempersiapkan perangkat penilaian untuk mengukur prestasi belajar siswa. 2. Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah

1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda (kelompok ini disebut kelompok asal).


(6)

maupun kelompok asal.

3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi.

4) Guru memberikan test untuk siswa secara individual. 3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mendekontasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang dipersiapkan peneliti.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis,memahami dan membuat berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan mengamati hasil tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

H. Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: 1. Minimal 75% siswa aktif dalam pembelajaran. 2. Siswa yang memproleh nilai ≥ 65 mencapai 70%.


Dokumen yang terkait

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PRAKTIKUM MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI BANJAR AGUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

9 79 56

PENGGUNAAN MODEL COOVERATIVE LEARNING TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII C SMP NEGERI 2 MARGA SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 78

ENGGUNAAN MODEL JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DIKELAS VIIIB SMPN I SEKAMPUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 7 60

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 57

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN PKn Penerapan Strategi Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dalam Pembelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Bangsri Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 4 17

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII SMPN 2 SUMBUL TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 2 18

PERAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS X MAN LIMA PULUH TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 1 23