8
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pemberi kerja terhadap perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja
Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali ? 2. Faktor apa saja yang menghambat efektifitas perlindungan jaminan
keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan Diklat Provinsi Bali ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Guna menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok bahasan materi diatas, maka ruang lingkup masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Efektifitas perlindungan terhadap pekerja apabila dalam menjalankan
pekerjaan terjadi kecelakaan kerja kepada pekerja Outsourcing dengan melihat dari peraturan perundang-undangan, penegak hukumnya, dan
pemegang peran pemberi kerja. 2.
Membahas mengenai faktor-faktor yang menghambat efektifitas peraturan perundang-undangan perlindungan pekerja pada Badan Diklat Provinsi Bali
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan efektifitas tersebut.
9
1.4 Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum
a. Untuk mengetahui efektifitas peraturan perlindungan terhadap pekerja
Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali. b.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat efektifitas perlindungan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan Diklat
Provinsi Bali.
2. Tujuan khusus
a. Untuk lebih memahami efektifitas peraturan perlindungan terhadap pekerja
Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali. b.
Untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat efektifitas perlindungan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan Diklat
Provinsi Bali.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat penting sebagai
berikut: 1.
Manfaat teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat dalam
perkembangan hukum, khususnya dibidang hukum ketenagakerjaan mengenai pelaksanaan perlindungan dan jaminan kesehatan bagi pekerja
Outsourcing sehingga masyarakat memahami suatu hukum dibidang
10
ketenagakerjaan dengan mengacu pada hasil penelitian ini sebagai landasan teoritis.
b. Sebagai sumbangan pada perpustakaan agar dapat dibaca untuk menambah
wawasan berfikir bagi mahasiswa. c.
Serta memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan terutama untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum ketenagakerjaan
mengenai perlindungan serta jaminan kesehatan pekerja.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai pedoman baik oleh perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis
baik oleh perusahaan pemakai, perusahaan pemberi dan intansi.
1.6 Landasan Teoritis
Teori Efektifitas Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan
masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat mejaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaannya. Demikian pula perlu di
usahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam
menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin.
4
Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua
4
Zainal Asikin, 2010, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Rajawali pers, Jakarta, h. 95.
11
kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang usahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.
Namun permasalahn yang kerap kali terjadi di masyarakat pada saat ini adalah adanya kesenjangan terhadap nilai-nilai, perkembangan teknologi maupun
terhadap keberlakuan atas norma-norma tentang keselamatan kerja tersebut. Acapkali kecelakaan kerja terjadi dikarenakan yang manjadi korban itu sendiri,
seperti kurang berhati-hati dan kurang keahlian. Perubahan atas perkembangan teknologi perlu di perhatikan karena merupakan factor yang signifikan dapat
menimbulkan bahaya pada saat bekerja, dikarenakan pemahaman masyarakat atas perkembangan teknologi dan ketaatan masih kurang.
Ketaatan hukum jelas merupakan suatu unsure penting dari fungsinya tata hukum. Ketaatan hukum ini meliputi berbagai metode disiplin yang mencangkupi
ekonomi, psikologi, atau sosiologi, hingga filosofi ataupun morall.
5
Seseorang menaati hukum atau tidak melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut
setelah menyaksikan atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang diganjarkan terhadap dirinya jika tidak menaati hukum, maka bias saja seseorang
menaati hukum, karena adanya tekanan individu lain atau tekanan kelompok dan dapat pula karena alas an moral dan sebaliknya.
Suatu aturan hukum atau perundang-undangan dianggap tidak efektif berlakunya apabila sebagian besar warga masyarakat tidak menaatinya, menaati
karena takut terkena saksi Complience dan hanya menaati karena takut
5
Achmad Ali, 2012, Menguak Teori Hukum dan Teori Pengadilan, Kencana, Jakarta, h. 345
12
hubungan baiknya rusak dengan pihak lain Identification. Dengan kata lain, walaupun sebagian besar warga masyarakat terlihat manaati aturan hukum
ataupun peraturan perundang-undangan. Tuntutan efektifitas mendorong orang untuk mencurahkan perhatian secara lebih seksama terhadap obyek-obyek yang
menjadi sasaran peraturan perundang-undangan, sehingga pemikiran yang bersifat abstrak, generalisasi-generalisasi, tidak lagi dikehendaki.
6
Hukum perburuhan adalah sebagaian dari hukum yang berlaku segala peraturan-peraturan yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara
buruh pekerja dengan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.
Menurut Prof. Imam Soepomo berpendapat bahwa Perburuhan adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah
7
, sedangkan Mr. Molenaar menyatakan bahwa hukum perburuhan adalah hukum yang
berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergantung dengan pekerjaan itu.
8
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 diatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pada
Pasal 86 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 87, Pasal 86 ayat 1 berbunyi : Setiap pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
6
Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan Perubahan Sosial, Genta Publishing, Yogyakarta, h. 140
7
Imam Soepomo,1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet IV, Djambatan, Jakarta, h. 21
8
Mr. Mok, 1987, Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Cet. I, Bina Aksara, Jakarta, h. 2
13
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral kesusilaan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama. Pasal 86 ayat 2 berbunyi : Untuk melindungi keselamatan pekerjaburuh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Diberlakukan Undang-Undang RI Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dikarenakan Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan tidak sesuai lagi
dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pada Pasal 2 ayat 1 yang ruang lingkupnya meliputi segala tempat kerja, baik di barat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air, maupun
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hokum Republik Indonesia.
9
Menurut Zaeni Asyhadie secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu :
1. Perlindungan sosial, perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerjaburuh
mengeyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat
dan anggota keluarga. Perlindungan sosial ini disebut juga dengan kesehatan pekerja.
2. Perlindungan teknis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usha-usaha untuk menjaga pekerjaburuh terhindar dari bahaya
9
Zaeni Asyhadie, 2008, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, edisi revisi2, PT Rajagrafika Persada, Jakarta, h. 106.
14
kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat atau bahan-bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini disebut sebagai keselamatan kerja.
3. Perlindungan ekoNomormis, yaitu pelindungan yang berkiatan dengan usaha-usaha
untuk memberikan
kepada pekerjaburuh
suatu pengahsilan yang cukup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari baginya
dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerjaburuh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.
Perlindungan jenis ini disebut perlindungan sosial
10
Hubungan hukum tersebut dilakukan antara subyek hukum, baik manusia naturlijke person, badan hukum Recht Persoon maupun jabatan ambt
merupakan bentuk dari perbuatan hukum, yang mana masing-masing subyek hukum merupakan pemikul hak dan kewajiban dalam melakukan tindakan hukum
berdasarkan atas kemampuan dan kewenangan. Hubungan hukum yang terjadi akibat interaksi antar subyek hukum tersebut secara langsung maupun tidak
langsung menimbulkan adanya relevansi serta adanya akibat-akibat hukum. Sehingga nantinya agar suatu hubungan hukum tersebut dapat berjalan dengan
seimbang serta adil dalam arti setiap subyek hukum mendapatkan apa yang menjadi haknya serta dapat menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya,
maka hukum tampil sebagai aturan main yang mengatur, melindungi serta menjaga hubungan tersebut.
11
Pelaksanaan keselamatan kerja diperusahaan saat ini memang tidak mudah karena hal ini memerlukan berbagai macam pendukung, paling tidak dengan
penerapan program-program keselamatan kerja. Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa pengendalian sosial dapat bersifat preventif maupun represif
atau bahkan kedua-duanya.
12
Penegakan hukum preventif artinya pengawasan
10
Ibid, h. 86.
11
Imam Supomo, op.cit, h. 25
12
Seerjono Soekanto, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, h. 179.
15
aktif yang dilakukan terhadap kepatuhan atas peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut kejadian konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan-
peraturan hukum telah dilanggar, upaya ini dilakukan dengan cara penyuluhan, pemantauan dan penggunaan kewenangan yang bersifat pengawasan.
13
Menurut Philipus M. Hadjon, dimana dikemukakan bahwa perlindungan hukum di dalam kepustakaan hukum bahasa Belanda dikenal dengan sebutan
“rechtbescheming van de burgers”.
14
Jadi pendapat tersebut menunjukan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yakni
“rechtbescherming”. Kata perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah
dilakukan. Dalam hukum ketenagakerjaan bentuk perlindungan hukum yang diberikan
berupa perlindungan hukum dibidang keamanan kerja dimana baik dalam waktu yang relatif singkat atau lama akan aman dan ada jaminan keselamatan bagi
pekerja. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap pekerja, negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi
pekerja. Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja ketika melaksanakan kewajibannya dalam pekerjaan, maka
13
Ibid, h. 179.
14
Philipus M.Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu Surabaya, Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon I, h. 1.
16
pengusaha akan menanggung beban yang timbul secara materiil dengan memberikan penggantian dari biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja.
15
Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlindungan kerja
ini akan mencangkup : 1. Norma keselamatan kerja yang meliputi keselamatan kerja, keadaan
tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. 2. Norma kesehatan kerja dan heigiene kesehatan perusahaan yang meliputi
pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, perawatan pekerja yang sakit.
3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap pekerja yang berkaitan dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti.
4. Kepada pekerja yang mendapat kecelakaan akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan.
16
Kemudian Hadjon membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum, menurutnya perlindungan hukum mempunyai makna
sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum.
17
Namun permasalahan yang kerap terjadi di masyarakat pada saat ini adalah adanya
15
Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h. 53.
16
Zainal Asikin, op. cit, h. 96.
17
Philipus M.Hadjon, 2008, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon II,
h.373.
17
kesenjangan terhadap nilai-nilai dan perkembangan terhadap keberlangsungan norma-norma tentang keselamatan kerja tersebut. Acap kali kecelakaan terjadi
dikarenakan orang yang menjadi korban itu sendiri tanpa adanya jaminan yang diberikan dari perusahaan pemberi kerja kepada yang yang mengalami kecelakaan
kerja tersebut. Ketaatan hukum jelas merupakan suatu unsur yang sangat penting dari
berfungsinya tata hukum. Ketaatan hukum ini meliputi berbagai metode disiplin yang mencangkupi ekonomi, psikologi atau sosiologi hingga filosofi ataupun
moral.
18
Suatu aturan hukum atau perundang-undangan dianggap tidak efektif berlakunya apabila sebagian besar warga masyarakat tidak menaatinya dan
apabila kataatan sebagian besar warga masyarakat hanya ketaatan yang bersifat compliance yang artinya jika seseorang menaati suatu aturan, hanya karena ia
takut terkena sanksi atau bersifat identification yang artinya jika seseorang yang menaati suatu aturan, hanya kerena ia takut hubungan baiknya dengan pihak lain
menjadi rusak. Dengan kata lain walaupun sebagian besar warga masyarakat terlihat menaati aturan hukum ataupun perundang-undangan tetapi sebenarnya
hanya karena adanya sifat compliance atau identification saja. Tuntutan efektifitas mendorong orang untuk mencurahkan perhatian secara lebih seksama terhadap
objek-objek yang menjadi sasaran peraturan perundang-undangan, sehingga pemikiran
yang bersifat
abstrak, generalisasi-generalisasi,
tidak lagi
dikehendaki.
19
18
Achmad Ali, loc.cit.
19
Satjipto Rahardjo, loc.cit.
18
1.7 Metode Penelitian