24
dan pengamat dalam situasi atau masalah nyata dan keinginan untuk mengatasinya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Metode Role Playing bermain peran adalah metode pembelajaran yang terencana
dirancang untuk mengembangkan imajinasi dan penghayaran anak didik guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara spesifik.
2. Tujuan Metode Role Playing
Menurut Roestiyah N. K. 2001: 90 guru menggunakan Role Playing dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami
perasaan orang lain. Selain itu, tujuan yang diharapkan dari penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran menurut Nana Sudjana 2004: 84
adalah sebagai berikut. a. Siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b. Siswa dapat belajar bagaimana membagi tanggungjawab. c. Siswa dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok secara spontan. d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Tujuan bermain peran menurut Taniredja dkk. 2012: 41 sesuai dengan jenis belajar menurut Hamalik yaitu:
a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan
kenyataan yang
sesungguhnya. Tujuannya
untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilan-
ketrampilan reaktif.
25
b. Belajar melalui peniruan imitasi. Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku aktor dan tingkah laku mereka.
c. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari menanggapi perilaku pemainpemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya
untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku ketrampilan yang telah dimain perankan.
d. Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para siswa selanjutnya dapat memperbaiki berbagai ketrampilan
mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. Pengajar melibatkan peserta didik dalam bermain peran role playing karena
berbagai alasan yang mendukung Zaini,2008: 102. Berbagai alasan yang mendukung tersebut yaitu:
a. Membandingkan dan mengkontraskan posisi-posisi yang diambil dalam pokok permasalahan.
b. Penerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah. c. Menjadikan problem yang abstrak menjadi konkret.
d. Melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang langsung dan eksperiensial.
e. Mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dalam cara yang dinamik.
f. Mengembangkan pemahaman yang empatik. Selanjutnya Land Maier, 2002: 58 mengemukakan:
Role playing seems to be an educational tool favored by students and instructors alike. Students or trainees welcome role playing
26
because this activity brings variations, movement, and most likely, simulated life experience into the classroom or training session.
Teachers, trainers or supervisors favor role playing as a handy means of enlivening the learning content; in particular, this model
brings forth detailed and concrete study materials which are more difficult to pinpoint by the way of lecture and discussion.
Dengan demikian guru menggunakan metode Role Playing bermain peran dalam proses belajar memiliki tujuan agar siswa dapat menghayati
peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa juga bisa belajar dari watak orang lain,
cara bergaul dari orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi seperti itu mereka bisa memecahkan masalahnya,
sehingga siswa
dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi
interpersonalnya dengan baik.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing