PUSAT KEGIATAN MUSIK
II-21 b.
Sistem Pengeras Suara Pada umumnya terdapat beberapa jenis pengeras suara, namun tidak
semua system tersebut dapat sesuai di setiap gedung. Untuk gedung pementasan umumnya digunakan system penguat suara gabungan dari
beberapa system tersebut, yaitu : o
Menggunakan system sentral dimana semua bunyi berasal dari depan, hal ini lebih menguntungkan karena sumber suara asli
datang dari arah yang sama. o
System steriofonik terdifusi, dimana system ini menggunakan sekelompok pengeras suara yang diletakkan di bagian samping
atau di atas gedung pementasan, sehingga akan memberi efek yang dinamis terutama untuk efek stereo dari pementas. Pengeras suara
system yang didistribusikan harus sekitar 20 sampai 45ft 6 sampai 13.5m di atas ketinggian lantai.
Gabungan dari sistem di atas menghasilkan sebuah sistem pengeras suara yang lazim disebut sebagai
surround sound
dimana bunyi seolah- olah berada tepat di tengah-tengah sumber bunyi sehingga efek musik dan
kenikmatan memahamimusik akan lebih terasa.
5. Pengendalian Bising
Pengendalian bising bukan berarti meniadakan bunyi atau menciptakan ruang yang tidak tembus suara. Akan tetapi menyediakan lingkungan akustik
yang dapat diterima di dalam maupun di luar ruang sehingga intensitas dan sifat semua bunyi di dalam atau sekitar bangunan akan cocok dengan
keinginan penggunanya. Dalam upaya untuk mengendalikan bising maka perlu diperhatikan letak dan perilaku bunyi :
o Pada sumber bunyi
o Pada jalan bunyi
o Pada benda atau ruangan yang mendapat gangguan bunyi
Pengedalian bising bertujuan untuk mengurangi atau menaikkan tingkat bunyi dari sumber bunyi hingga nyaman di telinga manusia. Perubahan
PUSAT KEGIATAN MUSIK
II-22 tingkat bunyi baru akan terasa oleh telinga manusia jika berubah paling
sedikit 3dB.
Perubahan Tingkat Bunyi dB Efek
1 Tidak terasakan
3 Mulai dapat dirasakan
6 Dapat dirasakan dengan jelas
10 Dirasakan dua kali lebih keras atau lebih
lemah dari bunyi awal 20
Dirasakan empat kali lebih keras atau lebih lemah dari bunyi awal
Tabel 2.3 Perubahan Tingkat Bunyi dan Efeknya sumber : Satwiko, Prasasto. 2004
6. Pengkondisian Akustik dalam Studio Pentas
a Prinsip Pengkondisian Akustik o
Batasan terhadap
noise
di luar ruangan Maksud dan tujuannya adalah pemilihan terhadap perhitungan
akustik ruang dalam, jadi bunyi dari luar ruangan tidak dicegah terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi suara di dalam ruangan,
dengan memberi isolasi, seperti pada pemakaian material-material seperti beton, pasangan bata tebal dan lain-lain.
o Pengkondisian akustik ruang
Di dalam pengkondisian akustik ruang, diusahakan tercipta akustik yang baik dan sempurna.
Perencanaan bentuk ruang agar bunyi tersebar merata Pengaturan waktu kerdam yang sesuai tujuan.
b Refleksi dan Absorbsi o
Refleksi Di dalam pemantulan bunyi, yang menjadi sebab utama adalah
bahan yang memantulkan atau koefisien pantul bahan. Pada setiap bahan akustik yang diproduksi, selalu diberi spesifikasi kemampuan
pantul. Pada bunyi ada beberapa macam pantulan, yaitu :
PUSAT KEGIATAN MUSIK
II-23 1.
Pantulan sempurna : bahan keras, licin kaca, kayu, dsb
2. Pantulan sebagian
: bahan lunak, licin karet 3.
Pantulan terbagi rata : bahan lunak dan kasar o
Absorbsi Masing-masing bahan di dalam ruangan mempunyai koefisien
serap berbeda-beda. Bila semua dihitung, dapat diketahui berapa suara yang direduksi atau terserap.
1. Prioritas utama pemantulan adalah pada dinding, maka dipilih
material dengan angka koefisien serap rendah. Kemudian prioritas bagi
ceiling
dan lantai bila ternyata absorbsi masih kurang baik.
2. Absorbsi dari kursi dan
audience
agar tidak dapat gangguan dari publik, maka untuk kursi sebaiknya mempunyai absorbsi
sama dengan absorbsi manusia. Sehingga bila kursi itu kosong, maka absorbsinya sama dengan kurasi yang
ditempati dengan kata lain tidak ada faktor pengarah. 3.
Dalam perhitungan semua komponen bahan absorbsi dalam ruang dianggap sebagai satu kesatuan.
7. Menentukan Kualitas Akustik dengan Waktu Dengung