IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechu L.)
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechuL.)
(Skripsi)
Oleh KARTIKA SARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(2)
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF ORGANIC CORROSION INHIBITOR OF METHANOL EXTRACT OF ARECA FRUIT(Areca catechu L.)
By
KARTIKA SARI
This research has been done to identify areca fruit exctracts as mild steel corrosion inhibitors in brine solution saturated by CO2gas. Areca fruit was macerated using methanol solvent the result of maceration was partitioned using chloroform and ethyl acetate solvent. Each filtrate was analyzed it’s components by thin-layer chromatography assay (TLC) and IR spectroscopy methods. Whereas for the inhibition assays ware used gravimetric and potentiodynamic methods. The results showed that the inhibitor component of isolate extract from areca contains tannin which effective to reduce corrosion rate. It’s protection percentage value 82.40% and 51.73% for the weight loss and for the potentiodynamic polarization methods respectively.
(3)
ABSTRAK
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechuL.)
Oleh
KARTIKA SARI
Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi ekstrak buah pinang sebagai inhibitor korosi baja lunak dalam air laut buatan yang jenuh dengan gas CO2. Buah pinang dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak kasar metanol (fasa M) selanjutnya diekstraksi dengan pelarut kloroform dan etilasetat, Hasil ekstrak dengan pelarut kloroform (fasa M1) dan etil asetat (fasa M2) masing-masing dianalisis komposisinya dengan metode Kromatografi lapis tipis (KLT), diidentifikasi menggunakan spektroskopi infra merah, dan daya inhibisinya menggunakan metode gravimetri dan potensiodinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor hasil isolat buah pinang mengandung senyawa tanin yang dapat menurunkan laju korosi. Persen proteksinya masing-masing menggunakan metode kehilangan berat dan polarisasi potensiodinamik adalah 82,40% dan 51,73%.
(4)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Korosi merupakan salah satu permasalahan yang sangat diperhitungkan di dunia industri,
khususnya industri penghasil minyak bumi dan gas yang banyak menggunakan pipa dan
logam. Industri ini sangat rentan terhadap korosi karena lingkungannya yang bersifat korosif.
Korosi pada logam merupakan reaksi antara logam dengan lingkungannya yang terjadi secara
elektrokimia dan menyebabkan penurunan mutu logam. Proses korosi merupakan fenomena
alam yang tidak dapat dihentikan, namun dapat dicegah dengan
banyak cara yaitu pelapisan pada permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan
inhibitor korosi dan lain-lain. Sejauh ini, penambahan inhibitor merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mencegah korosi karena dalam penggunaannya memerlukan biaya
relatif murah dan prosesnya sederhana (Ilim dan Hermawan, 2008).
Inhibitor korosi merupakan suatu zat yang dapat menghambat proses terjadinya korosi pada
logam. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik.
Penggunaan inhibitor dari senyawa organik seperti nitrit (NO2
-), kromat (CrO4
-), fospat
(PO4
-) telah banyak digunakan. Tetapi penggunaan inhibitor tersebut tidak ramah lingkungan
(Ameeret al., 2000), sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan
(5)
Penggunaan inhibitor alami merupakan salah satu alternatif inhibitor yang ramah lingkungan
karena inhibitor ini umumnya berasal dari ekstrak tumbuhan khususnya senyawa yang
mengandung atom N, O, P, S dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas yang
dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam (Ilim
dan Hermawan, 2008).
Beberapa ekstrak tumbuhan mengandung senyawa organik seperti tanin, alkaloid, saponin ,
protein dan lain-lain.yang memiliki kemampuan mengurangi laju korosi (Oguzieet al.,
2007). Lestari (2011) melaporkan bahwa tanin dari ekstrak air kayu akasia efektif
menurunkan laju korosi dengan metode potensiodinamik dengan persen proteksi sebesar
36,1% pada konsentrasi 80 mg/L, sedangkan uji pendahuluan yang telah dilakukan
Hermawan (2007), menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun tembakau, daun lada, daun
pepaya, daun teh dan buah pinang dapat efektif menurunkan laju korosi baja lunak dengan
metode gravimetri dalam medium air laut buatan yang jenuh CO2dari kelima ektrak metanol tumbuhan tersebut, ekstrak metanol buah pinang paling efektif menurunkan laju korosi,
dengan nilai laju korosi sebesar 0,1542 mmpy dan persen proteksi sebesar 85,28 %. Namun
pada penelitian itu belum diketahui senyawa aktif yang dapat menghambat laju korosi
tersebut.
Berdasarkan paparan di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi senyawa
aktif ekstrak buah pinang dan diuji aktivitasnya sebagai inhibitor korosi dengan metode
(6)
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi senyawa inhibitor dari ekstrak metanol buah pinang.
2. Melakukan uji aktivitas senyawa inhibitor sebagai inhibitor korosi baja lunak.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang peran ektrak
(7)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Korosi
Korosi merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas suatu logam akibat
beraksi dengan lingkunannya yang terjadi secara elektrokimia. Kondisi lingkungan yang
sering menyebabkan terjadinya korosi pada logam adalah udara dan air (Fontana dan Greene,
1986).
Menurut Trethewey dan Chamberlin (1991), ada beberapa faktor penyebab terjadinya korosi
antara lain adalah udara, air, tanah dan zat-zat kimia.
1. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan bumi dan komposisi campuran
gas tersebut tidak selalu konsistan. Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat
bersentuhan dengan permukaan logam yang lembab sehingga kemungkinan terjadinya korosi
lebih besar.
2. Air
Air dapat dibedakan atas air laut dan air tawar. Air laut merupakan larutan yang
mengandung berbagai macam garam yang bersifat korosif. Jumlah garam dapat dinyatakan
(8)
karena banyaknya bahan-bahan padat yang terdapat dalam air laut maka akan mempengaruhi
laju korosi suatu bahan logam (Kirk dan Othmer,1965).
Tabel 1. Komposisi kimia air laut
Senyawa Persen % NaCl MgCl2 MgSO4 CaSO4 KCl NaBr H2O
2,88 0,32 0,22 0,12 0,07 0,008 96,582
Sumber:Kirk dan Othmer(1965)
Air laut sangat mempengaruhi laju korosi dari logam yang dilaluinya atau yang kontak
langsung dengannya, hal ini dikarenakan air laut mempunyai konduktivitas yang tinggi dan
memiliki ion klorida yang dapat menembus permukaan logam (Kirk dan Othmer,1965).
Air tawar seperti air sungai, air danau atau air tanah dapat mengandung berbagai macam
garam alami, asam, oksigen dan zat-zat kimia lain yang berasal dari susunan geologi dan
mineral dari daerah yang bersangkutan. Biasanya zat terlarut yang membentuk asam,
misalnya belerang dioksida, karbon dioksida dan sebagainya akan mempercepat laju korosi
(Sulaiman, 1978).
(9)
Korosi di dalam tanah selain terjadi pada pipa-pipa dan kabel-kabel juga terjadi pada
pondasi-pondasi logam yang terendam di dalamnya. Tiang- tiang baja yang dikubur jauh di
dalam tanah yang sudah lama tidak digali terkena korosi karena kurangnya oksigen dalam
tanah. Pada pemasangan pipa-pipa dalam tanah, tanah yang digali dan kemudian ditutup lagi
memungkinkan adanya oksigen terkurung di dalam tanah dapat menyebabkan korosi. Korosi
elektrokimia dapat terjadi dalam tanah akibat adanya arus listrik yang disebabkan oleh
kebocoran arus listrik dari kabel-kabel jalan rel kereta api atau sumber-sumber lain
(Trethewey dan Chamberlin, 1991). Tanah harus dianalisis terlebih dahulu sebelum
logam-logam dimasukkan ke dalamnya, karena tanah dapat mengandung berbagai macam zat-zat
kimia dan mineral-mineral yang korosif. Setelah dianalisis, kita dapat menentukan usaha
perlindungan yang tepat terhadap logam-logam tersebut dari serangan korosi di dalam tanah
(Trethewey dan Chamberlin, 1991).
4. Zat-zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan korosi antara lain adalah asam, basa dan garam baik
dalam bentuk cair, padat maupun gas. Pada umumnya korosi oleh zat-zat kimia pada suatu
material dapat terjadi bila material mengalami kontak langsung dengan zat-zat kimia tersebut.
B. Material Baja
Baja mempunyai kandungan unsur utama yaitu besi. Besi merupakan jenis logam yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tabel periodik unsur besi mempunyai
simbol Fe yang termasuk dalam golongan VIII B dan periode 4 dengan nomor atom 26.
(10)
karbon dibedakan antara baja karbon rendah, baja karbon menengah dan baja karbon tinggi,
sedangkan baja paduan merupakan paduan besi dengan kandungan kromium minimal 10,5%.
Salah satu jenis baja karbon rendah adalah baja lunak (mild steel) yang merupakan paduan
logam yang terdiri dari besi, karbon, mangan, silikon dan lain-lain. Baja lunak memiliki
ketahanan korosi yang baik dalam larutan basa, beberapa senyawa organik, asam
pengoksidasi kuat,dan memiliki sifat mekanik yang baik serta mudah dibuat, tetapi baja lunak
sangat mudah terkorosi dalam larutan nitrat, hidroksida, dan amonia (Roberge, 2000).
Tabel 2. Komposisi baja lunak (mild steel)
Unsur Persen %
Fe C Si Mn P S 94,47 00,16 00,19 04,80 00,16 00,22
Sumber : Roberge (2000).
C. Bentuk-Bentuk Korosi
Menurut Fontana dan Greene (1986), korosi dapat dibagi menjadi enam jenis berdasarkan
bentuknya yaitu : korosi batas butir, korosi merata, korosi sumur, korosi celah, korosi
galvanik dan korosi erosi.
(11)
Korosi batas butir merupakan serangan korosi yang terjadi pada batas butir logam atau daerah
sekitarnya tanpa serangan yang cukup besar terhadap butirnya sendiri. Seperti yang diketahui
bahwa logam merupakan susunan butiran-butiran kristal seperti butiran pasir yang menyusun
batu pasir. Butiran-butiran tersebut saling terikat yang kemudian membentuk mikrostruktur.
Adanya serangan korosi batas butir menyebabkan butiran menjadi lemah terutama di batas
butir sehingga logam kehilangan kekuatan. Dalam hal ini timbul keretakan pada logam
akibat korosi melalui batas butir. Retak yang ditimbulkan korosi jenis ini disebutstress
corrosion cracking(SCC) yang terdiri atas retakinterglanulardan retaktransgranular.
Retakintergranularberjalan sepanjang batas butir, sedangkan retak transganularberjalan
tanpa menyusuri batas butir tersebut (Fontana dan Greene, 1986).
2. Korosi merata
Korosi merata merupakan bentuk korosi yang sering terjadi dan banyak dijumpai pada besi
yang terendam dalam larutan asam. Jenis korosi ini terlihat secara merata pada permukaan
logam dengan intensitas yang sama, yang akan menjadi tipis secara merata pada
permukaannya dengan kecepatan yang hampir sama, sehingga daerah-daerah anoda dan
katoda tersebar pada seluruh permukaan. Contohnya sebatang besi (Fe) atau seng (Zn)
direndam dalam larutan H2SO4,keduanya akan larut dengan laju yang merata pada permukaan logam (Fontana dan Greene, 1986).
(12)
Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi pada daerah tertentu. Bentuk korosi ini umumnya
disebabkan oleh klorida. Korosi jenis ini terjadi karena komposisi material yang tidak
homogen, rusaknya lapisan pelindung, adanya endapan dipermukaan material, serta adanya
kerusakan pada bagian material (Fontana dan Greene, 1986).
4. Korosi celah
Korosi celah merupakan korosi yang terkonsentrasi pada daerah tertentu. Korosi ini terjadi
pada suatu logam di daerah yang berhubungan langsung dengan bahan lain yang bukan
logam (Fontana dan Greene, 1986).
5. Korosi galvanik
Korosi galvanik terjadi karena perbedaan potensial antara dua logam yang tidak sama. Bila
kedua logam ini bersinggungan akan menghasilkan aliran elektron diantara kedua logam
tersebut. Logam yang lebih mulia bersifat katodik dan akan diserang korosi lebih kecil,
sedangkan logam yang kurang mulia bersifat anodik dan akan lebih mudah diserang korosi
(Fontana dan Greene, 1986).
6. Korosi erosi
Korosi erosi disebabkan oleh gabungan dari kerusakan elektrokimia dan kecepatan fluida
yang tinggi pada permukaan logam. Korosi ini dicirikan oleh adanya gelombang, lembah
(13)
D. Inhibitor Korosi
Inhibitor korosi adalah suatu senyawa organik atau anorganik yang apabila ditambahkan
dalam jumlah relatif sedikit ke dalam sistem logam akan menurunkan laju korosi logam.
Menurut Hermawan (2007), suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke
dalam lingkungan yang korosif dapat secara efektif mengurangi laju korosi. Syarat umum
suatu senyawa yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi adalah senyawa-senyawa yang
mampu membentuk kompleks atau memiliki gugus fungsi yang mempu membentuk ikatan
kovalen koordinasi (Dalimunthe, 2004).
Dililat dari jenisnya inhibitor korosi terbagi menjadi dua, yaitu inhibitor anorganik dan
inhibitor organik. Kedua jenis ini merupakan jenis inhibitor bedasarkan materialnya. Berikut
adalah dua jenis inhibitor korosi :
1. Inhibitor anorganik
Inhibitor anorganik dapat menginhibisi material logam baik secara anodik atau katodik
karena memiliki gugus aktif (Wiston, 2000). Inhibitor ini terdiri dari beberapa senyawa
anorganik antara lain : fosfat, kromat, dikromat, silikat, borat, molibdat dan arsenat.
Senyawa-senyawa tersebut sangat berguna dalam aplikasi pelapisan korosi, namun inhibitor
ini memiliki kelemahan yaitu bersifat toksik (Ameer,et al., 2000).
(14)
Inhibitor ini berperan sebagai inhibitor anodik dan katodik karena dapat menginhibisi reaksi
anodik dan katodik, sehingga akan terjadi penurunan laju korosi yang ditandai dengan
melambatnya reaksi anodik, reaksi katodik atau bahkan kedua reaksi tersebut (Agrawal,et
al., 2004). Senyawa yang digunakan sebagai inhibitor organik adalah senyawa heterosiklik
yang mengandung atom nitrogen, sulfur atau oksigen yang mempunyai elektron bebas
(Stupnisek-Lisac,et al., 2002).
Inhibitor organik dapat mempengaruhi seluruh permukaan dari suatu logam yang terkorosi
apabila digunakan dalam konsentrasi yang cukup. Efektifitas dari inhibitor ini bergantung
pada komposisi kimia, struktur molekul terhadap permukaan logam. Inhibitor organik
diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu sintetik dan alami. Inhibitor organik sintetik dapat
menghambat laju korosi logam, namun inhibitor ini sangat berbahaya terhadap manusia dan
lingkungan karena inhibitor sintetik ini bersifat toksik. Sedangkan untuk inhibitor organik
alami bersifat non-toksik dan ramah lingkungan karena berasal dari senyawa bahan alam
seperti tumbuh–tumbuhan (Oguzie,et al., 2007) dan hewan (Cheng,et al., 2007) yang
mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas yang
dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam (Ilim
dan Hermawan, 2008)
Inhibitor organik alami dari hewan telah diteliti, Utami (2007) melaporkan bahwa kitosan
dari kulit udang efektif menurunkan laju korosi baja lunak dalam medium air laut buatan
yang jenuh gas CO2dengan metode gravimetri dan diperoleh persen proteksi sebesar 43,59 %. Inhibitor organik alami dari ekstrak tumbuhan telah banyak dilakukan, Lestari dkk (2011)
(15)
korosi, pada percobaan ini diperoleh persen proteksi sebesar 36,1% pada konsentrasi 80 mg/L
dengan metode yang polarisasi potensiodinamik.
Stiadi dkk (1999) melaporkan bahwa tanin murni dapat menghambat laju korosi dalam air
laut buatan sebesar 49,31 % pada konsentrasi 2000 mg/L dengan metode gravimetri.
Ridwanulloh (2009) melaporkan bahwa tanin murni dapat menginhibisi korosi pada baja
dalam larutan NaCl yang jenuh gas CO2dengan metode gravimetri, pada penelitian ini diperoleh kondisi optimum 100 mg/L dengan nilai persen proteksi sebesar 84,30 %.
Hermawan (2007) melakukan penelitian tentang laju korosi baja lunak dari beberapa ekstrak
metanol tumbuhan daun tembakau, daun lada, daun pepaya, daun teh dan buah pinang yang
efektif menurunkan laju korosi baja lunak dengan metode gravimetri dalam medium air laut
buatan yang jenuh gas CO2, dari kelima ektrak metanol tumbuhan yang digunakan tersebut, ekstrak metanol buah pinang paling efektif menurunkan laju korosi, dengan nilai laju korosi
sebesar 0,1542 mmpy dan persen proteksi sebesar 85,28 %.
E. Tanaman Pinang (Areca catechu L.)
Pinang merupakan tumbuhan tropika yang ditanam untuk mendapatkan buahnya dan karena
keindahannya sebagai hiasan taman. Tingginya antara 10 hingga 30 m dan meruncing di
bagian pucuk, ukuran melintang batang pokok 15 cm hingga 20 cm. Pinang adalah sejenis
palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur (Syamsuhidayat dan
(16)
Gambar 1. Tumbuhan pinang (Areca catechuL.) (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) Tabel 3. Kadar komponen kimia buah pinang
Sumber (Departemen Pertanian LIPTAN, 1992).
1.1 Senyawa tanin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa fenolik. Pada
tumbuh- tumbuhan, senyawa tanin terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan
buah-buahan. Beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain: tanaman
pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin ini disebut juga asam tanat,
galotanin atau asam galotanat (Harbone, 1984). Struktur tanin dapat dilihat pada Gambar 2. Komponen Kadar (%)
Tannin 26,60-22,71 Alkaloid 0,15-0,51 Lemak Nitrogen Fosfor Magnesium Kalsium Kadar air Kadar abu 13,90 0,76 0,02 0,26 0,12 13,64 1,64 Takson
Kingdom :Plan
Devisi :Magno
Kelas :Lilliop
Ordo :Arec
Family :Arec
Genus :Arec
(17)
Dilihat dari struktur kimianya, tanin memiliki rumus empiris C14H14O11dengan berat molekul antara 500-2000. Berdasarkan jenisnya tanin terbagi menjadi 2 bagian yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis (Harborne, 1984). Kedua jenis tanin menunjukkan
reaksi yang berbeda jika direaksikan dengan pereaksi FeCl3. Tanin terkondensasi menghasilkan warna hijau kehitaman sedangkan tanin terhidrolisis memberikan biru
kehitaman (Etherington, 2002).
Gambar 2. Struktur inti Tanin (Robinson, 1995)
Senyawa tanin jika dianalisis dengan spektrofotometri infra merah (IM) akan
mempunyai serapan yang spesifik, yaitu serapan di daerah frekuensi 3150-3050
cm-1dengan intensitas tajam akibat rentangan C-H aromatik, serapan lebar antara
3500-3200 cm-1akibat rentangan O-H, C=O keton pada 1725-1705 cm-1dan C-O
eter pada 1300-1000 cm-1(Sastrohamidjojo, 1991). Salah satu contoh spektrum IM senyawa
(18)
Gambar 3. Spektra infra merah ekstrak tanin (Hayati dkk, 2010) F. Isolasi Senyawa Inhibitor
Metode pemisahan merupakan cara untuk memisahkan senyawa-senyawa yang memiliki
perbedaan fasa dan kepolaran. Dalam hal ini, banyak metode yang dapat digunakan dalam
kimia organik untuk memisahkan senyawa-senyawa tersebut diantaranya:
1. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen/zat aktif suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur (Khopar, 2002).
Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan bentuk fasa yang diekstraksi
yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair-padat. Untuk ekstraksi cair-cair dapat
menggunakan corong pisah, sedangkan ekstraksi cair-padat terdiri dari beberapa cara yaitu
maserasi, perkolasi dan sokletasi (Harborne, 1984).
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada suhu ruang. Proses ini sangat menguntungkan dalam proses isolasi senyawa
(19)
membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder
yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik serta struktur senyawa tidak
akan mudah rusak (Harborne, 1984).
2. Kromatografi
Kromatografi merupakan pemisahan suatu senyawa yang didasarkan atas perbedaan laju
perpindahan dari komponen-komponen dalam campuran. Pemisahan dengan metode
kromatografi dilakukan dengan cara memanfaatkan sifat-sifat fisik dari sampel, seperti
kelarutan, adsorbsi, keatsirian dan kepolaran. Kelarutan merupakan kecenderungan molekul
untuk melarut dalam cairan. Adsorpsi penyerapan adalah kecenderungan molekul untuk
melekat pada permukaan serbuk halus (Johnson dan Stevenson, 1991). Berdasarkan jenis
fasa diam dan fasa gerak yang dipartisi, kromatografi dapat digolongkan menjadi beberapa
golongan (Tabel
3).
Tabel 4. Penggolongan kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa gerak.
Sumber: Johnson dan Stevenson (1991).
Pada penelitian ini digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis
tipis (KLT) adalah salah satu metode yang melibatkan pendistribusian campuran dua atau Fasa diam Fasa gerak Sistem kromatografi
Padat Cair Cair–adsorpsi
Padat Gas Gas–adsorpsi
Cair Cair Cair–partisi
(20)
lebih senyawa antara fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa lapisan tipis dari
penyerapan pada plat, dan pada fasa gerak adalah cairan pengembang yang bergerak naik
pada fasa diam membawa komponen-komponen sampel (Gritter dkk, 1991).
Komponen-komponen senyawa yang dianalisis dapat dipisahkan dan dibedakan berdasar
harga Rf(Retention Factor/ Faktor retensi). Faktor retensi didefinisikan sebagai
perbandingan jarak perjalanan suatu senyawa dengan jarak perjalanan suatu pelarut (eluen)
pada suatu waktu yang sama.
Nilai Rfuntuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf = Jarak perjalanan suatu senyawa Jarak perjalanan suatu eluen
Harga Rf ini bergantung pada beberapa parameter yaitu sistem pelarut, adsorben (ukuran butir, kandungan air, ketebalan), jumlah bahan yang ditotolkan pada plat dan suhu (Khopkar,
2002).
Keuntungan kromatografi lapis tipis adalah dapat memisahkan senyawa yang sangat berbeda
seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintesis, kompleks organik dan anorganik
serta ion anorganik dalam waktu singkat menggunakan alat yang tidak terlalu mahal. Metode
ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah cuplikan beberapa mikrogram. Kelebihan
metode ini jika dibandingkan dengan kromatografi kertas adalah dapat digunakan pereaksi
asam sulfat pekat yang bersifat korosif, kelemahannya adalah harga Rfyang tidak tetap (Hostettman dkk, 1995).
(21)
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menganalisis spektrum suatu
senyawa dan interaksi antara radiasi elektromagnetik. Teknik spektroskopi adalah
berdasarkan absorpsi dari suatu senyawa organik dapat digunakan untuk menentukan struktur
dari senyawa organik tersebut (Fessenden dan Fessenden, 1999). Metode spektroskopi yang
dipakai pada penelitian ini adalah spektroskopi IM.
Pada spektroskopi IM, senyawa organik akan menyerap berbagai frekuensi radiasi
elektromagnetik infra merah. Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan
intensitas IM terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan
dibandingkan dengan signal standar. Sampel untuk metode ini harus dalam bentuk murni
agar tidak terganggu dari gugus fungsi kontaminan yang akan mengganggu signal kurva yang
diperoleh.
Penggunaan spektrum IM dalam menentukan struktur senyawa organik berada antara
650-4000 cm-1. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1dinamakan daerah infra merah jauh dan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1dinamakan infra merah dekat (Sudjadi, 1983). Daerah antara 1400-4000 cm-1merupakan daerah khusus yang berguna untuk identifikasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah
antara 1400-700 cm-1(daerah sidik jari) seringkali sangat rumit karena menunjukkan
absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan (Fessenden dan Fessenden, 1999).
(22)
Metode pengukuran korosi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menghitung laju
korosi. Metode pengukuran korosi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kehilangan berat (gravimetri) dan polarisasi potensiodinamik.
1. Metode kehilangan berat (Gravimetri)
Metode gravimetri merupakan suatu analisis kuantitatif yang bergantung pada proses
penimbangan. Metode ini menunjukkan plot antara laju korosi terhadap waktu perendaman
merupakan persentasi inhibisi inhibitor yang dapat disusun berdasarkan indikasi dari
hambatan polarisasinya yang dapat disusun berdasarkan indikasi dari hambatan polarisasinya
serta urutan kemampuan masing-masing inhibitor ketika terserang pada permukaan logam
(Waard dan Milliams, 1999). Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung
kehilangan berat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Cr(mmpy)=10 x(Wt/A)(I/D)(365/t)………...(1) Dimana :
Cr = laju korosi (mmpy)
Wt = berat sampel(gram) yaitu antara berat awal dikurang dengan berat akhir A = luas sampel (cm2)
D = kerapatan (gram/cm2)
Untuk menghitung persentase inhibisi dari inhibitor yang digunakan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
% = %.……….(2)
Dimana :
= laju korosi tanpa inhibitor = laju korosi dengan inhibitor.
(23)
1. Metode polarisasi potensiodinamik
Metode polarisasi potensiodinamik adalah suatu metode untuk menentukan perilaku korosi
logam berdasarkan hubungan potensial dan arus anodik atau katodik. Jika logam berada
kontak dengan larutan yang bersifat korosif. Maka pada permukaan logam dapat terjadi
reaksi reduksi dan reaksi oksidasi secara bersamaan disebabkan pada permukaan logam
terbentuk banyak mikrosel (mikroanoda dan mikrokatoda). Korosi logam terjadi jika terdapat
arus anodik yang besarnya sama dengan arus katodik, walaupun tidak ada arus yang
diberikan dari luar sistem. Hal ini disebabkan ada perbedaan potensial antara logam dan
larutan sebagai lingkungannya. Beda potensial ini dinamakan sebagai potensial korosi,Ekorr
(Sunarya,2008).
Jika kedalam sistem sel elektrokimia diberikan arus searah dari luar (sumber DC) atau
ditambahkan zat yang dapat mempengaruhi potensial sel, maka potensial logam akan lebih
positif atau lebih negatif dibanding potensial korosinya, menghasilkan arus anodik atau
katodik. Perubahan potensial dinamakan polarisasi atau potensial-lebih (over potensial).
Karakteristik polarisasi logam ditentukan berdasarkan kurva polarisasi potensiodinamik yang
menyatakan aluran respon arus atau log arus sebagai fungsi potensial yang dibangkitkan.
Polarisasi atau potensial-lebih, adalah perubahan potensial elektroda setengah sel dari posisi
kesetimbangan dengan lingkungannya pada suatu proses elekterodik. Hubungan
potensial-lebih dan arus dapat digunakan untuk mengungkapkan laju korosi. Untuk menghitung
persentase inhibisi pada metode ini digunakan persamaan berikut :
(24)
Dimana
: arus sebelum ditambahkan inhibitor : arus sesudah ditambahkan inhibitor.
(25)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika
FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas yang biasa digunakan dalam
laboratorium, timbangan analitikWIGGER HAUSER, botol minuman berukuran 250 mL, alat
pengguncang orbital (orbital shaker)WIGGER HAUSER OS-150, penguap putar vakum
(rotary evaporator)Buchi Rotavapor R-210, lampu UVKohler SN402006, seperangkat
alat-alat kromatografi lapis tipis (KLT), spektroskopi FTIR (FourierTransform Infrared)Varian
2000 FT-IR Scimilar Seriesdan alat pengukuran potensiodinamikEA160 Potentiostat.
Bahan yang digunakan adalah buah pinang yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh
dari Kelurahan Rejosari, Kabupaten Kotabumi Lampung Utara. Baja lunak tipe BJTP 24
dengan tebal 0,1 cm, kertas abrasif dengan grit 240,400, 600, dan 800. Sedangkan bahan
kimia yang dipakai meliputi etil asetat, metanol, aseton , akuades, kloroform, NaCl, gas CO2, HCl, dan NaHCO3.
(26)
1. Penyiapan sampel
Sampel buah pinang sebanyak 1,5 kg dibersihkan dari kulitnya kemudian dipotong kecil-kecil
dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari untuk menghilangkan kadar
air dan untuk mencegah terjadinya perubahan kimia. Sampel yang telah kering dihaluskan
untuk mempermudah dan memaksimalkan proses ekstraksi.
2. Ekstraksi buah pinang
2.1 Maserasi
Satu kilogram sampel buah pinang dimaserasi dengan pelarut metanol sambil diaduk
menggunakan alat pengguncang orbital (iorbitalshaker) selama dua hari. Ekstrak metanol
yang diperoleh disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap putar vakum
(rotary evavorator) pada suhu 45-50˚C. Ekstrak kasar metanol (fasa M) yang diperoleh
sebagian dibuat larutan inhibitor (proses dapar dilihat pada sub bab 6) dan sebagian lagi
diekstraksi menggunakan pelarut kloroform dan etil asetat.
2.2 Ekstraksi
Fasa M diekstraksi dengan pelarut kloroform dan etil asetat menggunakan corong pisah.
Pada penambahan kloroform didapat dua lapisan yaitu lapisan atas (fasa M1) dan lapisan bawah (fasa C). Fasa M1diekstraksi kembali dengan etil asetat yang terbentuk dua lapisan
(27)
yaitu lapisan bawah (fasa M2) dan lapisan atas (fasa E). Fasa M1dan M2masing-masing diuji daya inhibisinya dan dianalisis komponennya dengan metode KLT.
3. Analisis fasa M1dan M2dengan metode kromatrografi lapis tipis (KLT)
Langkah pertama yang dilakukan pada metode ini adalah mencari eluen terbaik untuk
melakukan analisis selanjutnya yang digunakan untuk mengetahui komponen pada fasa M1 dan M.2. Komponen tersebut divisualisasi dengan pereaksi Dragendorff, ninhidrin, AlCl3, iodin dan FeCl3.
Pereaksi Dragendorff untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid yang mengandung gugus
fungsi amina sekunder dan tersier yang ditandai dengan timbulnya noda berwarna merah
jingga. Pereaksi ninhidrin untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid yang mengandung
gugus fungsi amina primer yang ditandai dengan timbulnya noda berwarna ungu. Pereaksi
AlCl3untuk mengetahui adanya senyawa flavonoid yang ditandai dengan timbulnya noda berwarna kuning dibawah lampu UV pada panjang gelombang (λ) 360 nm. Sedangkan untuk
uji tanin digunakan pereaksi iodin yang ditandai dengan timbulnya noda coklat dan pereaksi
FeCl3yang ditandai dengan perubahan warna hijau kehitaman atau biru kehitaman.
1. Identifikasi fasa M1dan M2menggunakan spektroskopi IM
Senyawa inhibitor diidentifikasi menggunakan spektroskopi IM. Tujuannya adalah untuk
(28)
2. Larutan inhibitor korosi ekstrak buah pinang
Fasa M dibuat larutan induk inhibitor sebesar 1000 mg/L dengan melarutkan 500 mg fasa M
dalam 50 mL pelarut, pelarut 10 % metanol ( 5 mL metanol dan 45 mL akuades). Cara yang
sama dilakukan untuk membuat inhibitor dari fasa M1dan M2.
3. Pembuatan medium korosif
Medium korosif adalah larutan yang dapat mengakibatkan terjadinya korosi. Medium korosif
pada penelitian ini adalah air laut buatan (brine solution) yang dibuat dengan cara
mencampurkan 30 g NaCl dengan 100 mg NaHCO3yang ditambah akuades sampai volumenya 1 L.
4. Penyiapan baja lunak
Baja lunak tipe BJTP 24 dipotong dengan ukuran (2x1) cm dan diamplas dengan kertas
abrasif mulai dari grit 240, 400, 600 sampai dengan grit 800. Setelah permukaan baja lunak
rata atau homogen selanjutnya dibersihkan dengan akuades, larutan HCl encer dan aseton
secara berturut-turut. Baja lunak tersebut diukur luas permukaannya lalu ditimbang
massanya, dan disimpan dalam desikator sampai waktu digunakan.
5. Pengujian sampel
(29)
Seratus mililiter larutan medium korosi dimasukkan ke dalam botol-botol berukuran 250 ml
dan setiap botol-botol tersebut dijenuhkan dengan gas CO2. Larutan inhibitor yang telah dibuat ditambahkan ke dalam larutan medium dengan variasi konsentrasi 50, 100, 150, 200,
dan 250 mg/L. Kemudian sampel baja lunak yang telah ditimbang massanya dimasukkan ke
dalam larutan medium tanpa atau dengan inhibitor yang telah jenuh dengan gas CO2, kemudian botol-botol ditutup dan diguncang dengan penguncang orbital (orbital shaker)
selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah 24 jam baja dikeluarkan dari botol-botol,
dibersihkan dan ditimbang kembali. Laju korosi dapat diketahui dari selisih berat awal
dengan akhir yang didapatkan dari percobaan menggunakan persamaan 1 (hlm 21).
8.2. Metode polarisasi potensiodinamik
Alat potensiostat yang digunakan terdiri dari tiga elektroda, yaitu elektroda pembanding
AgCl, elektroda bantu platina (Pt), dan elektroda kerja baja lunak. Elektroda-elektroda
tersebut dibilas dengan akuades sebelum digunakan. Setelah itu di rangkai dan celupkan
kedalam larutan medium korosif sebagai elektrolitnya dan dihubungkan dengan alat
potensiostat.
Langkah pertama dilakukan pengukuran laju tanpa inhibitor, ketiga elektroda tersebut
dibiarkan selama 10 menit di dalam elektrolit. Potensial diatur dengan laju pemindaian 0,5
mV/s. Perubahan arus yang terjadi, dicatat kemudian data yang didapatkan diolah untuk
menentukan grafik potensiodinamik (ηterhadap ln |j|) dan di peroleh data densitas arus korosi
(Ikorr) dan potensial korosi (Ekorr). Langkah selanjutnya adalah pengukuran laju dengan penambahan inhibitor M, M1dan M2dengan variasi masing-masing konsentrasi larutan
(30)
inhibitor 50,100,150,200 mg/L, dari data yang diperoleh dapat dihitung nilai persen
(31)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1. Senyawa inhibitor hasil isolat ekstrak buah pinang mengandung senyawa tanin.
2. Spektrum infra merah dari senyawa inhibitor menunjukkan senyawa tanin yang
mengandung gugus–OH, gugus C=O, gugus C-O dan adanya ikatan rangkap C=C
aromatik.
3. Selain senyawa tanin, isolat menunjukkan senyawa alkaloid.
4. Pada metode kehilangan berat dan potensiodinamik, inhibitor hasil isolat ekstrak buah
pinang mempunyai persen proteksi yaitu ; 82,4 % dan 51,73%.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk melakukan pemurnian lebih lanjut terhadap senyawa inhibitor yang
(32)
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechuL.)
(Skripsi)
Oleh KARTIKA SARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(33)
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechuL.)
Oleh
KARTIKA SARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(34)
Judul : IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI
ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechu L.)
Nama : Kartika Sari
NPM : 0717011043
Jurusan : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Ilim, M.S Dra. Nurul Utami
NIP. 196505251990032002 NIP. 196204121989032002
2. Ketua Jurusan Kimia
Andi Setiawan, Ph.D NIP. 195809221988111001
(35)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Pembimbing I : Dra. Ilim, M.S ………
Pembimbing II : Dra. NurulUtami ………
Penguji
BukanPembimbing : Prof.Suharso, Ph.D ………
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof.Suharso, Ph.D.
NIP 196905301995121001
(36)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 14 Juli 1988, sebagai anak
ketiga dari empat bersaudara, putri dari H. Syarifudin Hifni dan Hj. Umiyati Ayub.
Pendidikan Taman kanak-kanan (TK) ASIA di Kotabumi diselesaikan tahun 1994, Sekolah
Dasar (SD) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2000,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Kemala Bhayangkari diselesaikan pada tahun
2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kotabumi Lampung Utara pada tahun
2006.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
aktif dalam Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2007 - 2008 sebagai anggota
BUM (Bina Usaha Mandiri). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Fisik 2010–
2011 untuk Jurusan Kimia S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
dan Jurusan Tehnik kimia Unila Bandar Lampung.
Pada bulan Maret 2010 penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium
Kimia Organik dengan judul ”Ekstraksi Biji dan Daun Pinang Menggunakan Pelarut
(37)
SANWACANA
Alhamdulillahi robbil’alamin,Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul "Identifikasi Senyawa Inhibitor Korosi Organik Dari Ekstrak Metanol Buah Pinang (Areca catechu L.)" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.
Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun
itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan
semangat dari orang-orang yang hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Ayah dan Ibundaku tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,
pengorbanan, serta do’a yang tiada henti-hentinya demi kelancaran penulis dalam
menuntut ilmu.
2. Ibu Dra.Ilim, M.S., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat, kritik dan saran kepada
penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nurul Utami, M.Sc., selaku pembahas kedua yang telah memberikan semangat,
kritik, saran, arahan dan diskusi-diskusinya yang diberikan kepada penulis sehingga
(38)
4. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung dan pembahas yang telah memberikan semangat, kritik,
saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Wasinton Simanjuntak P.hd., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya
utuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat dan informasi yang bermanfaat kepada
penulis.
6. Seluruh dosen FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.
7. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila.
8. Keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa untuk
keberhasilanku dan untuk ketiga keponakanku kalian adalah malaikat kecilku.
9. Dedi Kurniawan Am.D yang memberikan dukungan, motivasi kepada penulis.
10. Teman-teman Kimia angkatan 2007 dan semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, 12 oktober 2012
Penulis
(1)
IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechuL.)
Oleh
KARTIKA SARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(2)
Judul : IDENTIFIKASI SENYAWA INHIBITOR KOROSI
ORGANIK DARI EKSTRAK METANOL BUAH PINANG (Areca catechu L.)
Nama : Kartika Sari
NPM : 0717011043
Jurusan : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Ilim, M.S Dra. Nurul Utami
NIP. 196505251990032002 NIP. 196204121989032002
2. Ketua Jurusan Kimia
Andi Setiawan, Ph.D NIP. 195809221988111001
(3)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Pembimbing I : Dra. Ilim, M.S ………
Pembimbing II : Dra. NurulUtami ………
Penguji
BukanPembimbing : Prof.Suharso, Ph.D ………
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof.Suharso, Ph.D.
NIP 196905301995121001
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 14 Juli 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, putri dari H. Syarifudin Hifni dan Hj. Umiyati Ayub.
Pendidikan Taman kanak-kanan (TK) ASIA di Kotabumi diselesaikan tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Kemala Bhayangkari diselesaikan pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kotabumi Lampung Utara pada tahun 2006.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2007 - 2008 sebagai anggota BUM (Bina Usaha Mandiri). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Fisik 2010– 2011 untuk Jurusan Kimia S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Jurusan Tehnik kimia Unila Bandar Lampung.
Pada bulan Maret 2010 penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Kimia Organik dengan judul ”Ekstraksi Biji dan Daun Pinang Menggunakan Pelarut Methanol Sebagai Alternatif Inhibitor Korosi”.
(5)
SANWACANA
Alhamdulillahi robbil’alamin,Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul "Identifikasi Senyawa Inhibitor Korosi Organik Dari Ekstrak Metanol Buah Pinang (Areca catechu L.)" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Ayah dan Ibundaku tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, pengorbanan, serta do’a yang tiada henti-hentinya demi kelancaran penulis dalam menuntut ilmu.
2. Ibu Dra.Ilim, M.S., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan, dukungan, semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Nurul Utami, M.Sc., selaku pembahas kedua yang telah memberikan semangat, kritik, saran, arahan dan diskusi-diskusinya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
(6)
4. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dan pembahas yang telah memberikan semangat, kritik, saran dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Wasinton Simanjuntak P.hd., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya utuk memberikan bimbingan, bantuan, nasehat dan informasi yang bermanfaat kepada penulis.
6. Seluruh dosen FMIPA Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama kuliah.
7. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila.
8. Keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa untuk keberhasilanku dan untuk ketiga keponakanku kalian adalah malaikat kecilku.
9. Dedi Kurniawan Am.D yang memberikan dukungan, motivasi kepada penulis. 10. Teman-teman Kimia angkatan 2007 dan semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 12 oktober 2012
Penulis