Penggunaan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan Lipstik

(1)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(

Melastoma malabathricum

L.) SEBAGAI PEWARNA

DALAM SEDIAAN LIPSTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SEPTIA NARTI

NIM 081501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(

Melastoma malabathricum

L.) SEBAGAI PEWARNA

DALAM SEDIAAN LIPSTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SEPTIA NARTI

NIM 081501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI


(3)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(

Melastoma malabathricum

L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM

SEDIAAN LIPSTIK

OLEH: SEPTIA NARTI

081501002

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juni 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP 195404121987012001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 195306251986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Medan, Juni 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Penggunaan Ekstrak Buah

Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan

Lipstik” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayahanda Almarhum Darman, ibunda tercinta Yasni yang menjadi satu-satunya penyemangat bagi penulis, adik tersayang Muhammad Ilham dan kakak tercinta Rahmiati, Risnawati dan Junhendri, terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.


(5)

Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.

4. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis, khususnya teman-teman Farmasi Klinis Komunitas stambuk 2008 yang selalu mendoakan, menyayangi, memberi nasehat dan memotivasi penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Juli 2012

Penulis,

(Septia Narti)


(6)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(

Melastoma malabathricum

L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM

SEDIAAN LIPSTIK

ABSTRAK

Buah senduduk (Melastoma melabathricum L.) memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang menarik. Warna ungu gelap dari buah senduduk disebabkan adanya pigmen antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.

Pada kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi di kulit, sehingga peneliti berkeinginan memformulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna dari ekstrak buah senduduk.

Pembuatan ekstrak dari buah senduduk dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari komponen-komponen seperti cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksitoluen, tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan 22,5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 52oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik yaitu 80-86 g, cukup stabil, mudah dioleskan dengan warna yang merata, pH berkisar antara 3,7-3,9, tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan dan sediaan yang disukai adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5%.

Kata kunci: Buah senduduk (Melastoma malabathricum L.), Lipstik, Komponen Lipstik.


(7)

USING OF FRUIT EXTRACT MELASTOMA

MALABATHRICUM L

.

AS DYES IN LIPSTICK

PREPARATIONS

ABSTRACK

Melastoma malabathricum L. has the potential to be used as an alternative to natural dyes because it has an attractive colour. The dark purple colour of the Melastoma malabathricum L. is caused by anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of the benefit as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in lipstick preparations.

In cosmetic, dye is one cause of skin irritation and allergies, so the researches want to formulate lipstick by using natural dye from of fruit ekstract . Preparation of extracts from fruit senduduk performed by the method of maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid. Lipstick formulation consisting of components as cera alba, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide, butylated hydroxytoluen, tween 80, parrfum and nipagin also added with concentration 12.5%, 15%, 17.5%, 20%, and 22.5% Melastoma malabathricum L. fruit extract. Test of product include physical quality inspection such as homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test, irritation and hedonic test.

The formulation of fruit extract singapore rhododendron in lipstick, showed that the product is homogeneous, melting point is 52oC, the power of lipstick is 80-86 g, the stability of product easily applied with a uniform colour, pH ranging between 3.7-3.9, does not cause irritation so it is safe enaugh to use and the preferred product is fruit extract Melastoma malabathricum L. which concentration are 17.5%, 20% and 22.5%.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan ... 6

2.1.1 Habitat tumbuhan ... 6

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 6

2.1.3 Sistematika tumbuhan ... 7


(9)

2.1.6 Ekstraksi ... 8

2.2 Kulit ... 10

2.3 Bibir ... 11

2.4 Kosmetika ... 11

2.4.1 Penggolongan kosmetik ... 12

2.5 lipstik ... 14

2.5.1 Komposisi lipstik ... 17

2.5.2 Evaluasi lipstik ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Alat dan Bahan ... 26

3.1.1 Alat ... 26

3.1.2 Bahan ... 26

3.2 Penyiapan Sampel ... 27

3.2.1 Pengumpulan sampel ... 27

3.2.2 Determinasi tumbuhan ... 27

3.2.3. Pengolahan sampel ... 27

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Senduduk ... 27

3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Sendu- duk Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi ... 28

3.4.1 Formula ... 28

3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik ... 33

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 34

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 34


(10)

3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 35

3.5.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ... 35

3.5.5 Uji Oles ... 36

3.5.6 Penentuan pH ... 36

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 37

3.6.1 Uji Iritasi ... 37

3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Hasil Ekstraksi ... 40

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 40

4.2.1 Homogenitas Sediaan ... 40

4.2.2 Titik Lebur Lipstik ... 40

4.2.3 Kekuatan Lipstik ... 41

4.2.4 Stabilitas Sediaan ... 43

4.2.5 Uji Oles ... 44

4.2.6 Pemeriksaan pH ... 44

4.3 Hasil Uji Iritasi ... 45

4.4 Hasil Uji Ksukaan (Hedonic Test) ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

4.1 Kesimpulan ... 49

4.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil detrminasi tumbuhan ... 52

2. Gambar tumbuhan senduduk ... 53

3. Gambar buah senduduk ... 54

4. Gambar wadah sediaan lipstick ... 55

5. Gambar sediaan lipstick tanpa ekstrak buah senduduk ... 56

6. Gambar sediaan lipstick dari ekstrak buah senduduk ... 57

7. Gambar hasil uji homogenitas ... 58

8. Hasil pengukuran pH sediaan lipstick ... 59

9. Hasil pengukuran titik lebur sediaan lipstick ... 60

10. Perhitungan bahan sediaan lipstick ... 61

11. Format surat pernyataan uji iritasi ... 66

12. Format formulir uji kesukaan lipstick ... 67

13. Gambar alat uji kesukaan lipstick ... 68


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 3.1 Modifikasi formula sediaan lipstick dari ekstrak buah

denduduk dalam berbagai konsentrasi ... 33

4.1 Data pemeriksaan titik lebur lipstick ... 41

4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstick ... 42

4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan ... 43

4.4 Data pengukuran pH sediaan ... 45

4.5 Data uji iritasi ... 45

4.6 Data uji kesukaan (Hedonic test) ... 47


(13)

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(

Melastoma malabathricum

L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM

SEDIAAN LIPSTIK

ABSTRAK

Buah senduduk (Melastoma melabathricum L.) memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang menarik. Warna ungu gelap dari buah senduduk disebabkan adanya pigmen antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.

Pada kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi di kulit, sehingga peneliti berkeinginan memformulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna dari ekstrak buah senduduk.

Pembuatan ekstrak dari buah senduduk dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari komponen-komponen seperti cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksitoluen, tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan 22,5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 52oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik yaitu 80-86 g, cukup stabil, mudah dioleskan dengan warna yang merata, pH berkisar antara 3,7-3,9, tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan dan sediaan yang disukai adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5%.

Kata kunci: Buah senduduk (Melastoma malabathricum L.), Lipstik, Komponen Lipstik.


(14)

USING OF FRUIT EXTRACT MELASTOMA

MALABATHRICUM L

.

AS DYES IN LIPSTICK

PREPARATIONS

ABSTRACK

Melastoma malabathricum L. has the potential to be used as an alternative to natural dyes because it has an attractive colour. The dark purple colour of the Melastoma malabathricum L. is caused by anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of the benefit as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in lipstick preparations.

In cosmetic, dye is one cause of skin irritation and allergies, so the researches want to formulate lipstick by using natural dye from of fruit ekstract . Preparation of extracts from fruit senduduk performed by the method of maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid. Lipstick formulation consisting of components as cera alba, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide, butylated hydroxytoluen, tween 80, parrfum and nipagin also added with concentration 12.5%, 15%, 17.5%, 20%, and 22.5% Melastoma malabathricum L. fruit extract. Test of product include physical quality inspection such as homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test, irritation and hedonic test.

The formulation of fruit extract singapore rhododendron in lipstick, showed that the product is homogeneous, melting point is 52oC, the power of lipstick is 80-86 g, the stability of product easily applied with a uniform colour, pH ranging between 3.7-3.9, does not cause irritation so it is safe enaugh to use and the preferred product is fruit extract Melastoma malabathricum L. which concentration are 17.5%, 20% and 22.5%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap orang selalu ingin tampil menarik, oleh karena itu bermacam-macam cara dilakukan agar dapat tampil menarik di hadapan orang lain. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan produk-produk kosmetik. Kosmetik telah digunakan dari dahulu hingga sekarang, karena kosmetik telah dipercaya sebagai alat mempercantik, baik kaum laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia. Kosmetik yang digunakan mulai dari kosmetik tradisional hingga kosmetik modern. Jenis-jenis kosmetik modern terus mengalami perkembangan, mulai dari kosmetik untuk badan seperti sabun, parfum dan sebagainya hingga kosmetik untuk wajah seperti bedak, lipstik, eye shadow dan lainnya (Khasanah dan Azhara, 2011).

Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir sampai meninggal dunia. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono dan Latifah, 2007).

Mulai awal abad ke-19, saat terjadi revolusi industri di Eropa atau Amerika, ditemukan berbagai bahan baru yang dibuat secara sintetis untuk membuat kosmetik. Setelah diperkenalkan mesin-mesin produksi baru yang bertenaga listrik yang menghemat waktu dan tenaga, produksi kosmetik secara tradisional mulai ditinggalkan. Kosmetik modern mulai mendominasi pasar pada


(16)

awal abad ke-20, kemudian kosmetik mulai diusahakan kembali ke alam pada akhir abad ke-20 (Wasitaatmadja, 1997).

Usaha kembali ke alam (back to nature) mempengaruhi pula dunia kosmetik dengan adanya usaha untuk mempopulerkan kembali serta menggali kembali kosmetik tradisional yang telah lama terlupakan. Namun berdasarkan pertimbangan teknis ekonomis, sebagian produsen hanya menggunakan sebagian unsur tradisional saja pada kosmetik produksinya (Wasitaatmadja, 1997).

Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (stick) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah semerah delima, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Tetapi kenyataannya warna lain pun mulai digemari orang, sehingga corak warnanya sekarang sangat bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Ditjen POM, 1985). Lipstik termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas sebagian wanita pada zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantaranya wanita merasa kurang tampil percaya diri di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik baru baik dalam negeri maupun maupun dari luar negri yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya (Anonima, 2012).

Saat ini lipstik banyak dikemas dengan pilihan warnanya yang semakin banyak dan menarik. Namun, banyak diantaranya yang menggunakan zat warna sintetis seperti bahan pewarna merah K.10 (Rhodamin B) yang umumnya


(17)

iritasi pada saluran pernapasan dan dapat menyebabkan kanker bila dipakai dalam jangka waktu yang lama (Anonima, 2012).

Antosianin adalah salah satu pigmen yang terdapat dalam tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai pewarna makanan dan dapat menggantikan pewarna sintetis. Tanaman yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami, salah satunya adalah buah senduduk (Melastoma malabathricum L.) Melastoma berasal dari bahasa Yunani yang artinya mulut hitam. Buah senduduk diklasifikasikan sebagai beri, ketika masak buah akan merekah dalam beberapa bagian, berwarna ungu tua, berasa manis dan memiliki biji berwarna jingga. Buahnya dapat dimakan dan apabila dimakan akan meninggalkan warna hitam pada lidah (Violalita, 2010).

Pada penelitian sebelumnya telah dimanfaatkan ekstrak buah senduduk sebagai pewarna pada es krim, jelly dan sirup. Kandungan antosianin buah senduduk stabil dan aman digunakan dalam produk makanan (Violalita, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari buah senduduk untuk digunakan sebagai pewarna pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstraksi zat warna buah senduduk yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak buah senduduk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah ekstrak buah senduduk dapat diformulasi sebagai pewarna


(18)

b. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang dibuat, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan buah senduduk tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Ekstrak buah senduduk dapat diformulasi sebagai pewarna dalam sediaan lipstik.

b. Fomulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang dibuat stabil dalam penyimpananan pada suhu kamar.

c. Formulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang dibuat tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat formula lipstik dengan memakai zat warna yang diekstraksi dari buah senduduk.

b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.


(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk meningkatkan daya guna dari buah senduduk sebagai pewarna alami, seperti penggunaan pewarna dalam sediaan lipstik yang aman digunakan oleh masyarakat.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi habitat tumbuhan, morfologi tumbuhan, sistematika tumbuhan dan kandungan kimianya.

2.1.1 Habitat Tumbuhan

Senduduk dengan nama latin Melastoma malabathricum L. termasuk suku melastomataceae. Senduduk merupakan buah tropis Indonesia yang dapat tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 10 m – 1850 m dari permukaan laut. Biasanya tumbuh liar di ladang atau di rawa (Arisandi dan Andriani, 2000).

Senduduk dapat hidup pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, halaman rumah dan semak-semak (Arisandi dan Andriani, 2000).

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Senduduk memiliki tinggi ± 5 m, batang mempunyai banyak percabangan dan berbulu halus (Anonimb, 2011).

Daun majemuk, menyirip, berbentuk bulat telur terbalik (tepi rata) dan memiliki pangkal daun terbalik. Bunga majemuk, berbentuk tandan, bercabang dengan tangkai yang pendek (0,2 cm), berukuran besar, lebarnya 4-6 cm, terdapat pada ujung ranting pohon (3-12 bunga), memiliki lima kelopak bunga dan


(21)

Batang dan ranting bersegi, berwarna merah tua dan diselaputi oleh sisik serta bulu – bulu halus. Buah senduduk berbentuk oval, kecil – kecil dan mempunyai ukuran kira – kira 6 mm (Arisandi dan Andriani, 2000).

Buah senduduk mula-mula tertutup oleh kulit buah, tetapi ketika buah sudah masak penutupnya akan terbuka dan menampakkan isi yang berwarna ungu gelap. Di dalam isi terdapat biji yang banyak berbentuk butir – butir halus (Anonimc, 2007).

2.1.3 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi di Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara, buah senduduk diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma malabathricum L. Nama Lokal : Senduduk

2.1.4 Kandungan Kimia

Buah senduduk mengandung antosianin yang tinggi dan merupakan bahan yang banyak menghasilkan antioksidan, jenis antosianin yang terdapat pada buah


(22)

senduduk adalah delfinidin (Wibiani, 2010). Sedangkan daun senduduk mengandung tanin dan saponin (Anonimb, 2011).

2.1.5 Antosianin

Pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan; senyawa ini berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah, biru, dan violet banyak terdapat pada buah dan sayuran. Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dalam basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa. Jika bagian gula dihilangkan dengan cara hidrolisis, tersisa aglukon dan disebut antosianidin. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dikenal adalah sianidin yang berwarna merah lembayung (Deman, 1997).

Antosianin yang terdapat dalam beberapa buah dan sayur adalah (Deman, 1997): a. Apel : Sianidin

b. Kol merah : Sianidin

c. Ceri : Sianidin dan peonidin

2.1.6 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan


(23)

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan melarutkan solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang non polar

atau disebut dengan “like dissolve like” (Ketaren, 1986). Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet, digesti, infus, dan dekok (Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Etanol merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o dan mudah terbakar (Ditjen POM, 1979).

Asam sitrat (citroen zuur). Dipasaran, asam sitrat sering disebut garam asam. Senyawa ini berbentuk kristal putih seperti gula pasir. Fungsi utama asam


(24)

sitrat adalah sebagai bahan pengasam. Namun, sebenarnya bahan ini memiliki fungsi sampingan, yaitu sebagai antioksidan yang mencegah terjdinya reaksi browning (pencokelatan produk) akibat proses pemanasan. Asam sitrat juga dapat merangsang bahan pengawet agar bekerja lebih aktif (Suprapti, 2005).

2.2 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan ransangan luar.

Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar. 2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).

Dari sudut kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetika dipakai pada epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai

“mantel asam kulit”. Tingkat keasamannya (pH) umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu:

1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.


(25)

2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan kulit.

3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Bibir

Bibir memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjol stratum germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir (Ditjen POM, 1985).

2.4 Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari


(26)

bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosok, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menembah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja,1997).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang

berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai disiplin ilmu terkait yaitu: teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli kecantikan dan dermatologi (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.1 penggolongan kosmetik

Menurut Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI membagi kosmetik menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

1. Preparat untuk bayi 2. Preparat untuk mandi 3. Preparat untuk mata 4. Preparat wangi-wangian 5. Preparat untuk rambut


(27)

9. Preparat untuk kebersihan badan 10. Preparat untuk kuku

11. Preparat untuk cukur

12. Preparat untuk perawatan kulit

13. Preparat untuk proteksi sinar matahari

Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional.

Kosmetik Dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak lebih menarik (Wasitaatmadja, 1997).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997):


(28)

3. Kosmetika rias rambut 4. Kosmetika rias mata 5. Kosmetika rias kuku

Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain (Wasitaatmadja, 1997): a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya. Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

2.5 Lipstik

Lipstik adalah cat bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (stick), dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin


(29)

merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Tetapi kenyataannya warna lainpun mulai digemari orang, sehingga corak warnanya sekarang sangat bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Ditjen POM, 1985).

Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Melapisi bibir secara mencukupi b. Dapat bertahan (tidak mudah luntur)

c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir e. Melembabkan bibir

f. Memberikan warna yang merata pada bibir

g. Penampilan menarik, baik warna, bau, maupun bentuknya h. Tidak meneteskan minyak dan permukaannya mulus.

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal adalah mendekati suhu bibir yaitu antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu ± 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).


(30)

Kerusakan-Kerusakan Lipstik (Anonimd, 2010).

a. Sweating

Sweating adal kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan keluarnya cairan dari permukaan lipstik yang disebabkan oleh kadar minyak yang tinggi.

b. bleeding

Bleeding adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan berpisahnya zat warna dari bahan dasar lipstik, sehingga distribusi zat warna tidak merata.

c. Blooming

Blooming adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan permukaan lipstik terlihat tumpul.

d. Streaking

Streaking adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan terbentuknya garis tipis atau pita pada permukaan lipstik dengan warna yang berbeda.

e. Seams

Seams adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan terjadinya keretakan lipstik saat digunakan.

f. Laddering

Ladering adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan terbentuknya lapisan ganda pada permukaan lipstik.


(31)

2.5.1 Komposisi Lipstik

Bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Lilin

Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beeswax, candellila wax, spermaceti, ceresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin misalnya minyak castor.

c. Lemak

Misalnya: lanolin, lemak coklat, dan lesitin. e. Zat-zat pewarna (Coloring agent)

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik di dalam eosin adalah castor oil.

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang padat.

g. Bahan pewangi

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan.


(32)

h. Antioksidan i. Bahan pengawet

Komponen Lipstik yang Digunakan: 1. Oleum ricini (Minyak jarak)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas (Ditjen POM, 1979).

2. Cera alba (Malam putih)

Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L. Suhu leburnya yaitu antara 62oC hingga 64oC (Ditjen POM, 1979).

3. Lanolin

Lanolin merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Bovis aries L. yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Suhu leburnya yaitu antara 38oC hingga 44oC (Ditjen POM, 1995).

4. Vaselin alba

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Suhu leburnya antara 38oC hingga 56oC (Ditjen POM, 1979)

5. Setil alkohol

Setil alkohol digunakan dalam formula lipstik karena punya sifat emolien yang baik dan memiliki suhu leburnya yaitu antara 45oC hingga 50oC (Poucher, 1993).


(33)

6. Carnauba wax

Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang sangat keras karena memiliki suhu lebur yang tinggi yaitu 85°C. Biasa digunakan dalam jumlah yang kecil untuk meningkatkan suhu lebur dan kekerasan lipstik. Carnauba wax tidak digunakan sebagai lilin tunggal dalam lipstik karena dapat menyebabkan kekerasan sehingga lipstik menjadi sukar dioleskan pada bibir (Lauffer, 1985).

7. Metil paraben

Metil paraben merupakan pengawet yang larut baik dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol (Ditjen POM, 1995).

8. Parfum 9. Propilen glikol

Propilen glikol sangat luas digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat, Vitamin A dan D, alkaloid (Rowe, et al., 2009).

10.Butil Hidroksitoluen

Pemeriannya hablur padat, putih, bau khas, lemah. Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter (Ditjen POM, 1995).

Butil hidroksitoluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang


(34)

digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075-0,1% (Rowe, et al., 2009).

11. Titanium dioksida

Pigmen titanium dioksida (TiO2) merupakan serbuk putih dengan daya

peng”opak” yang tinggi. Dapat digunakan pada kosmetika, dan pelindung kulit

dari sinar UV (Rowe, et al., 2009). Titanium dioksida sangat aman digunakan. Penambahan titanium dioksida ini untuk memperbaiki corak warna yang dikehendaki pada lipstik (Wasitaatmadja, 1997).

12.Tween 80 / polisorbat 80

Tween 80 atau polisorbat 80 adalah zat berupa cairan kental seperti minyak jernih, kuning, bau asam lemak dan khas. Mudah larut dalam air, etanol, metanol dan sukar larut dalam parafin cair (Ditjen POM, 1979).

Tween 80 digunakan sebagai pembasah yang dapat menurunkan tegangan permukaan (anonime, 2010).

2.5.2 Evaluasi Lipstik

Jenis-jenis evaluasi lipstik adalah sebagai berikut: a. Penetapan Suhu Lebur Lipstik

Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode pipa kapiler adalah 60°C atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah di atas 50°C


(35)

Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan ke luar. Suhu tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lisptik (Lauffer, 1985).

b. Breaking point atau kekuatan lipstik

Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan. Secara otomatis evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik atau sediaan lain (Lauffer, 1985).

Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).

c. Stabilitas Sediaan

Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).

d. Uji Oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita


(36)

menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata (Keithler, 1956).

e. Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen (Ditjen POM, 1985).

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985).

Alergen biasanya adalah zat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama (Ditjen POM, 1985).


(37)

Tanda-tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM, 1985). Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjadi uji tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi kulit positif atau negatif (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.


(38)

Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak.

Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor: - Kadar dan jenis sediaan uji

- Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji - Lamanya waktu pelekatan sediaan uji

- Lokasi lekatan - Umur panel

f. Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis digunakan suatu rumus (BSN, 2006).


(39)

Rumus menghitung interval nilai mutu rata-rata dari setiap panelis sebagai berikut:

Keterangan: n = banyaknya panelis S2 = keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% x = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n; s = simpangan baku

P = tingkat kepercayaan µ = rentang nilai Kriteria panelis (BSN, 2006).

1. Berbadan sehat

2. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap pengujian


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap variasi konsentrasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, blender (Miyako), neraca analitis (Mettler Toledo), rotary evaporator (Buchi), freeze dryer, oven, penangas air, pH meter, spatula, kain kasa, sudip, cawan penguap, pencetak suppositoria, pipet tetes, dan wadah lipstick (roll up).

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah senduduk (Melastoma malabathricum L). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, etanol 96%, asam sitrat, olium ricini, cera alba, vaselin alba, setil alkohol, lanolin, carnauba wax, butil hidroksitoluen (BHT), titanium dioksida (TiO2), tween 80, parfum stroberi dan propilen glikol.


(41)

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah senduduk yang masih segar yang terdapat di Desa Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

3.2.2 Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No. 1 Kampus USU, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Buah senduduk yang masih segar sebanyak 1 kg dikumpulkan kemudian dicuci hingga bersih dan ditiriskan.

2.3 Pembuatan Ekstrak Buah Senduduk

Sebanyak 1 kg buah senduduk dimaserasi dengan 1 liter etanol 96% yang telah dicampurkan dengan 20 gram asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring dengan kain kasa, filtrat ditampung (filtrat pertama). Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan


(42)

etanol 96% sebanyak 1 liter (dicampur dengan asam sitrat 20 gram), saring dengan kain kasa. Hasil yang diperoleh dicampur dengan filtrat pertama lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur ± 50oC sampai tidak meninggalkan pelarut, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak buah senduduk (Hidayat, 2006).

2.4 Pembuatan Lipstik Dengan Ekstrak Buah Senduduk Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi

2.4.1 Formula

Formula dasar lipstik yang dipilih dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1974):

R/ Cera alba 36,0 Lanolin 8,0 Vaselin alba 36,0 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini 8,0 Carnauba wax 5,0

Pewarna secukupnya Parfum secukupnya Pengawet secukupnya

Ekstrak buah senduduk tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut. Konsentrasi propilen glikol yang biasa digunakan dalam formula lipstik adalah 5-15%. Berdasarkan orientasi propilen glikol yang digunakan adalah 5%. Selain itu,


(43)

diperlukan emulgator untuk menyatukan dasar lemak dari lipstik dengan ekstrak buah senduduk. Emulgator yang digunakan adalah tween 80. Berdasarkan orientasi konsentrasi tween 80 yang digunakan adalah 1%.

Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% warna tidak ke luar sehingga warna sediaan tidak dapat menempel saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Pada konsentrasi 12,5%, warna sediaan sudah dapat menempel dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan pada pengolesan dengan warna yang sangat muda.

Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak buah senduduk konsentrasi 15%, 17,5%, 20%, dan 22,5% Pada konsentrasi 25% konsentrasi zat warna sudah terlalu banyak sehingga konsistensi lipstik menjadi kurang bagus. Selain itu warna yang dihasilkan pada sediaan lipstik terlalu tua sehingga dari segi penampilan sediaan menjadi kurang menarik. Maka konsentrasi ekstrak buah senduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12,5%, 15%, 17,5%, 20%, dan 22,5% karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik.

Butil hidroksitoluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan, karena banyaknya lemak dan minyak yang digunakan dalam formula lipstik membuat mudah terjadinya oksidasi. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang digunakan adalah 0,1%.

Titanium dioksida digunakan sebagai pemburam, sehingga warna lipstik tampak lebih bagus. Berdasarkan orientasi konsentrasi titanium dioksida yang digunakan adalah 0,5%. Jadi, dilakukan modifikasi formula dengan perbandingan yang sama sesuai dengan formula dasar.


(44)

Formula modifikasi sebagai berikut:

1. Sediaan dengan tanpa ekstrak buah senduduk R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 0 Basis lipstik ad 20

2. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 12,5% Basis lipstik ad 20


(45)

3. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 15% Basis lipstik ad 20

4. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 17,5% Basis lipstik ad 20


(46)

5. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 20% Basis lipstik ad 20

6. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5% R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 22,5% Basis lipstik ad 20


(47)

Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik dari Ekstrak Buah Senduduk Modifikasi formula sediaan lipstik dari ekstrak buah senduduk dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Komposisi Sediaan (gram)

1 2 3 4 5 6

Cera alba 6,75 5,84 5,66 5,47 5,29 5,11

Lanolin 1,50 1,30 1,26 1,22 1,18 1,14

Vaselin 6,75 5,84 5,66 5,47 5,29 5,11

Setil alkohol 1,12 0.97 0,94 0,91 0,88 0,85

Oleum ricini 1,50 1,30 1,26 1,22 1,18 1,14

Carnauba wax 0,94 0,81 0,78 0,76 0,73 0,71

Ekstrak buah senduduk 0 2,5 3 3,5 4 4,5

TiO2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,5 0,1

Propilen glikol 1 1 1 1 1 1

Tween 80 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Parfum stroberi 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Nipagin 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5% 3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak buah senduduk kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin tersebut, Butil hidroksitoluen yang telah digerus dilarutkan dalam oleum ricini. Kemudian ditambahkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen glikol, lalu ditambahkan titanium dioksida yang telah digerus dan kemudian diaduk hingga homogen (campuran A). Ditimbang cera alba, carnauba wax, lanolin, vaselin alba dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap,


(48)

kemudian dileburkan di atas penangas air (campuran B). Kemudian campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan sambil dipanaskan. Lalu ditambahkan tween 80 dan parfum, aduk hingga homogen. Selagi cair, dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi, dan uji kesukaan (Hedonic Test).

3.5.1 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan suhu di atas 50ºC (Vishwakarma, dkk., 2011).

Lipstik dimasukkan dalam oven dengan suhu awal 50oC selama 15 menit, diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1oC setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.

3.5.2 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik


(49)

beban yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lipstik patah, pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya (Vishwakarma, dkk., 2011).

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Caranya:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam cawan dengan 100 ml air suling di atas penangas air. Setelah dingin kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, dkk., 2011).

Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak, pada perubahan warna


(50)

diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan lipstik atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik masih berbau khas dari parfum yang digunakan atau tidak.

3.5.5 Uji Oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).

3.5.6 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Caranya:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam cawan dengan 100 ml air suling di atas


(51)

tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003)

3.5.7 Pemeriksaan Homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah senduduk diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kulit punggung tangan. Sediaan dikatakan homogen jika warna menempel secara merata pada kulit punggung tangan.

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan yang dibuat.

3.6.1 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah senduduk dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan


(52)

dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut untuk sediaan yang paling tinggi konsentrasi ekstrak buah senduduknya, yaitu konsentrasi 22,5%, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (0). Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.6.2 Uji Kesukaan

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis.

Kriteria panelis (BSN, 2006).

4. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap pengujian

5. Konsisten dalam mengambil keputusan 6. Berbadan sehat


(53)

Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak buah senduduk pada kulit punggung tangannya. Kemudian panelis menuliskan angka 9 bila amat sangat suka, 8 bila sangat suka, 7 bila suka, 6 bila agak suka, 5 bila netral, 4 bila agak tidak suka, 3 bila tidak suka, 2 bila sangat tidak suka, dan 1 bila amat sangat tidak suka (BSN, 2006). Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan lipstik, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Kemudian dihitung nilai kesukaan terhadap masing-masing sediaan. Perhitungan hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 14.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi

Hasil ekstraksi dari buah senduduk diperoleh ekstrak kental sebanyak 390 gram.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk yang digunakan menghasilkan perbedaan warna lipstik. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5% dan 15% berwarna merah muda, konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk 17,5% dan 20% berwarna merah, dan ekstrak buah senduduk 25% berwarna merah maron. Aroma lipstik adalah aroma khas parfum stroberi.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Homogenitas Sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik memiliki pengolesan yang merata pada kulit punggung tangan. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.3.2 Titik lebur lipstik


(55)

di atas 50oC, hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang baik (Vishwakarma, dkk., 2011).

Data pemeriksaan titik lebur dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur

Sediaan Suhu (ºC)

1 52

2 52

3 52

4 52

5 52

6 52

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

4.3.3 Kekuatan lipstik

Uji kepatahan dengan menggunakan alat seberat 4 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan adanya perbedaan kemampuan sediaan lipstik menahan beban. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi ekstrak buah senduduk yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, maka semakin sedikit dasar lipstik yang digunakan. Hal ini menyebabkan lipstik dengan ekstrak senduduk 22,5% lebih mudah patah dibandingkan sediaan lipstik lain yang menggunakan ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi yang lebih rendah.


(56)

Data pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Sediaan Penambahan Berat/gram

1 104

2 93

3 60

4 86

5 86

6 86

7 86

8 80

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk Sediaan 2 : Lipstik pembanding

Sediaan 3 : Lipstik pembanding

Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 15% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 17,5% Sediaan 7 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 20% Sediaan 8 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 22,5%

Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik patah pada penekanan dengan penambahan berat 80-86 gram. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Kesimpulan ini diambil dengan membandingkan berat beban yang digunakan pada pengujian lipstik menggunakan ekstrak buah senduduk dengan dua sediaan lipstik yang beredar di pasaran, dimana lipstik yang beredar dipasaran patah pada penekanan dengan penambahan berat 60 gram dan 93 gram.


(57)

4.3.4 Stabilitas Sediaan

Data pengamatan dari sediaan selama 30 hari dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan

Keterangan: b : baik m : merah

p : putih mm : merah maron md : merah muda bk : bau khas

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk, didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat tidak terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan sampai 30 hari pada penyimpanan suhu

Pengamatan Sediaan

Lama pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30

Bentuk

1 b b b b b b b

2 b b b b b b b

3 b b b b b b b

4 b b b b b b b

5 b b b b b b b

6 b b b b b b b

Warna

1 p p p p p p p

2 md md md md md md md

3 md md md md md md md

4 m m m m m m m

5 m m m m m m m

6 mm mm mm mm mm mm mm

Bau

1 bk bk bk bk bk bk bk

2 bk bk bk bk bk bk bk

3 bk bk bk bk bk bk bk

4 bk bk bk bk bk bk bk

5 bk bk bk bk bk bk bk


(58)

kamar. Bertambahnya konsentrasi ekstrak buah senduduk yang digunakan maka bertambah pekat warna lipstik yang dihasilkan. Lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah sendududk 12,5% dan 15% memberikan warna merah muda, konsentrasi 17,5% dan 20% memberikan warna merah, sedangkan konsentrasi 22,5% memberikan warna merah maron. Bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu parfum stroberi. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.

4.3.5 Uji Oles

Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang memiliki daya oles yang sangat baik adalah sediaan 3, 4 dan 5 yaitu lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20%, 22,5%, hal ini ditandai dengan empat kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan 1 dan 2 dengan konsentrasi 12,5% dan 15% memberikan warna yang intensif dan merata setelah 6 kali pengolesan, karena warna sediaan terlalu muda sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan 1 dan 2 memiliki daya oles yang kurang baik dibandingkan sediaan 3, 4 dan 5.

4.3.6 Pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan 1 tanpa ekstrak buah senduduk adalah 6,5 sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan ekstrak


(59)

fisiologis kulit bibir yaitu ± 4. Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan untuk sediaan lipstik (Balsam, 1972).

Diperoleh pH sediaan lipstik masing-masing konsentrasi dengan tiga kali perlakuan, hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan

Sediaan pH

1 6,5

2 3,9

3 3,8

4 3,8

5 3,8

6 3,7

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

4.4 Hasil Uji Iritasi

Data hasil uji iritasi pada sediaan terhadap 10 orang panelis dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Data uji iritasi

Pengamatan Panelis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kulit kemerahan (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) Kulit gatal-gatal (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) Kulit bengkak (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) Keterangan: (0) : tidak terjadi iritasi

(+) : kulit kemerahan (++) : kulit gatal-gatal


(60)

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik yang dibuat pada kulit lengan bawah bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan (Ditjen POM, 1985).


(61)

4.5 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Data uji kesukaan terhadap 30 orang panelis dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Data Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Panelis Sediaan

1 2 3 4 5

1 5 7 9 6 8

2 6 7 9 8 7

3 3 5 6 7 8

4 7 5 8 7 8

5 7 5 8 6 8

6 3 5 9 9 7

7 6 9 9 9 8

8 7 8 8 8 7

9 4 4 8 5 4

10 2 5 8 5 4

11 9 8 7 8 9

12 6 9 7 8 7

13 5 8 9 9 9

14 9 7 8 9 8

15 9 8 9 9 8

16 9 7 8 3 9

17 9 8 6 9 9

18 5 9 9 9 7

19 7 7 7 8 8

20 7 9 8 8 7

21 5 9 7 8 9

22 7 8 9 8 9

23 8 5 9 9 9

24 3 6 6 8 9

25 8 7 9 8 9

26 7 8 9 9 6

27 7 8 8 9 8

28 6 5 9 9 7

29 5 5 4 9 8

30 8 7 3 9 9

Total 189 208 233 234 233

Keterangan: Amat sangat suka = 9 Tidak suka = 3 Sangat suka = 8 Sangat tidak suka = 2 Suka = 7 Amat sangat tidak suka = 1 Agak suka = 6


(62)

Berdasarkan data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis diperoleh bahwa:

- Sediaan 1 memiliki total nilai 189 - Sediaan 2 memiliki total nilai 208 - Sediaan 3 memiliki total nilai 233 - Sediaan 4 memiliki total nilai 234 - Sediaan 5 memiliki total nilai 233

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% dan 20% dan 22,5% termasuk kategosri suka. Hal ini karena warna mudah ke luar pada saat dioles dan memberikan warna yang merata. Konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% dan 15% termasuk kategori agak suka. Hal ini karena warna yang dihasilkan terlalu muda dan sukar memberikan warna pada saat dioleskan.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak buah senduduk dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan lipstik. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk yang digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan kepekatan warna sediaan lipstik.

Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil dalam penyimpanan selama 30 hari, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau, homogenitasnya baik, titik lebur 52ºC, kekuatan lipstik baik dan pH berkisar antara 3,7-3,9.

Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5% termasuk kategori suka, dan sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%, 15% dan termasuk kategori agak suka.

4.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan pewarna alami ekstrak buah senduduk untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya, seperti eye shadow.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2012). Lipstik Bukan Sekedar Warna. Diakses Tanggal 2 Maret 2012. http: // www.chem-is-try.org/ lipstik-bukan-sekedar-warna.

Anonimb. (2011). Morfologi Tumbuhan Senduduk. Diakses tanggal 13 Juni 2012. http: // www.prosenet org. Florakita.

Anonimc.. (2007). Buah keduduk. Diakses Tanggal 12 Juni 2012.

http:// www.rawatantradisional.blogspot.com/2007_05_01_archive.html Anonimd. (2010). Makalah lipstik. Diakses Tanggal 12 Juni 2012.

http://www.scribd.com/doc/-makalah-lipstik

Anonime. (2010). Tween 80 sebagai humektan. Diakses tanggal 5 juli 2012. http://www.skribd.com/doc/krim.

Arisandi, Y., dan Andriani, Y, (2000). Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Jakarta: Setia Kawan. Halaman 76.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition. London: Jhon Willy and Son Inc. Halaman 64, 367.

BSN. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses tanggal 11 Februari 2012. http://www.scribd.com/doc/65447618/SNI-01-2346-2006.

Deman, J.M. (1997). Kimia Makanan. Bandung: ITB. Halaman 253-254.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 140, 459, 509, 633, 652.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7, 48, 57, 157, 1177.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 83, 85, 195-197.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 5, 10-11.

Hidayat, N. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana. Halaman 6, 35


(65)

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta:UI-Press. Halaman 5.

Khasanah, N dan Azhara. (2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Jogjakarta: Flash Books. Halaman 5-6.

Lauffer, G.I.P. (1985). Lipstick. In: Balsam M.S. Saragin E, Editor. Cosemetic Science and Technology. Vol. I. Edisi Kedua. New-York: Wiley-Interscience. Halaman 209.

Poucher W.A. (1993). Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesembilan. Vol 3. London: Chapman and Hall. Halaman: 203.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London:Bailierre Tindall. Halaman 355.

Suprapti,M.L.(2005),Teknologi Pengolahan Pangan, Yogyakarta. Kanisius. Halaman 8.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Halaman 3. 6-8, 11, 19-20.

Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation and Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Violalita, F. (2010). Ekstraksi Pigmen Antosianin Buah Senduduk (Melastoma

malabathricum L.) dan Aplikasinya Pada Pangan. Tesis. Padang:

Universitas Andalas.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:UI-Press. Halaman 26-30, 122.

Wibiani, S. (2010). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Antosianin Kulit Buah Anggur ( Vitis vinifera var. Prabu Bestari). Skripsi. Malang:Universitas

Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.

Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited. Halaman 86.


(66)

(67)

Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Senduduk


(68)

Lampiran 3. Gambar Buah Senduduk


(69)

Lampiran 4. Gambar Wadah Sediaan Lipstik


(70)

Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Buah Senduduk


(71)

Lampiran 6. Gambar Sediaan Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%


(72)

Lampiran 7. Hasil Gambar Uji Homogenitas

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% dengan 5 kali pengolesan

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% dengan 5 kali pengolesan

Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% dengan 5 kali pengolesan

Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% dengan 5 kali pengolesan

Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5% dengan 5 kali pengolesan

1

2 3

4 5


(1)

Lampiran 12. Format Formulir Uji Kesukaan

Hedonic Test

Pilihlah lipstik mana yang saudara amat sangat suka sampai yang amat sangat tidak suka berdasarkan homogenitas warna, kemudahan pengolesan dan intensitas warnanya.

Nama Umur

Sediaan

12,5% 15% 17,5% 20% 22,5%

Kategori: Amat sangat suka : 9 Agak tidak suka : 4 Sangat suka : 8 Tidak suka : 3 Suka : 7 Sangat tidak suka : 2 Agak suka : 6 Amat sangat tidak suka : 1 Netral : 5


(2)

Lampiran 13. Gambar Alat Uji Kekuatan Lipstik


(3)

Lampiran 14. Perhitungan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji kesukaan (Hedonic Test) adalah:

Keterangan: n = banyaknya panelis S2 = keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% x = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n; s = simpangan baku

P = tingkat kepercayaan µ = rentang nilai

1. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%

x = 189/30 = 6,3

S2 = 3,80

30 114,2 30

) 3 , 6 8 ( ... ) 3 , 6 3 ( ) 3 , 6 6 ( 6,3)

-(3 2 2 2 2

 

   

 


(4)

= 1,94

P(6,3-(1,96.1,94/ )≤ µ ≤ (6,3+(1,96.1,94/ ) P(6,3-0,69)≤ µ ≤ (6,3+0,69)

P(5,61≤ µ ≤ 6,99)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 5,61 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).

2. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%

x = 208/30 = 6,93

S2 = 2,33

30 69,86 30

) 93 , 6 7 ( ... ) 93 , 6 5 ( ) 93 , 6 7 ( 6,93)

-(7 2 2 2 2

 

   

 

s = =1,52

P(6,9-(1,96.1,52/ )≤ µ ≤ (6,9+(1,96.1,52/ ) P(6,9-0,54)≤ µ ≤ (6,9+0,54)

P(6,38 ≤ µ ≤ 7,47)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,38 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).


(5)

3. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%

x = 233/30 = 7,76

S2 = 0,90

30 27,25 30 ) 76 , 7 8 ( ... ) 76 , 7 9 ( ) 76 , 7 7 ( 7,76)

-(7 2   2   2    2

s = =0,94

P(7,76-(1,96.0,94/ )≤ µ ≤ (7,76+(1,96.0,94/ ) P(7,76-0,33)≤ µ ≤ (7,76+0,33)

P(7,43 ≤ µ ≤ 8,09)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,43 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).

4. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%

x = 234/30 = 7,8

S2 = 2,69

30 80,8 30 ) 8 , 7 3 ( ... ) 8 , 7 9 ( ) 8 , 7 8 ( 7,8)

-(8 2 2 2 2

        


(6)

P(7,8-(1,96.1,64/ )≤ µ ≤ (7,8+(1,96.1,64/ ) P(7,8-0,86)≤ µ ≤ (7,8+0,86)

P(6,94≤ µ ≤ 8,66)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,94 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).q

5. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

x = 233/30 = 6,76

S2 = 1,49

30 44,89 30

) 76 , 7 9 ( ... ) 76 , 6 8 ( ) 76 , 6 7 ( 6,76)

-(8 2 2 2 2

 

   

 

s = =1,22

P(7,76-(1,96.1,22/ )≤ µ ≤ (7,76+(1,96.1,22/ ) P(7,76-0,43)≤ µ ≤ (7,76+0,43)

P(7,33 ≤ µ ≤ 8,19)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,33 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).