selanjutnya dalam peran serta membina dan memilihara kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan.
Soerojo Wigyodipoero, SH mengatakan bahwa perkawinan adalah : suatu perkawinan  yang sangat  penting dalam kehidupan masyarakat  sebab manusia itu
tidak  saja  mencakup  pria  dan  wanita  bakal  mempelai  saja  tetapi  juga  orang  tua kedua belah pihak dan keluarga masing-masing.
A.Van  Gennep,  perkawinan  adalah  suatu  proses  perubahan  status kemandirian  seoarang  laki-laki  dan  seoarang  wanita  yang  tadinya  hidup  terpisah
setelah  melalui  upacara  atau  proses  beralih  dan  hidup  bersama  dalam  suatu kehidupan  bersama  sebagai  suami  dan  istri.  Pendapat  ini  mensyaratkan  bahwa
perestiwa perkawinan itu berlaku ganda, artinya bahwa disamping mempertemukan pria dan wanita sebagai suami istri juga mengikat keluarga kedua belah pihak.
b.  Tujuan Perkawinan Adat
Tujuan perkawinan dalam hukum adat bagi masyarakat adat yang bersifat kekerabatan  adalah  untuk  mempertahankan  dan  meneruskan  keturunan  menurut
garis kebapakan atau keibu-bapakan, untuk kebahagian rumah tangga keluarga atau kerabatan,  untuk  memperoleh  nilai-nilai  adat  budaya,  kedamaian  dan  untuk
mempertahankan kewarisan. Oleh karena sistem keturuna dan kekerabatan  antara suku  bangsa  Indonesia  yang  satu  dengan  yang  lain  berbeda-beda  termasuk
lingkungan  hidup  dan  agama  yang  dianut  berbeda-beda,  maka  tujuan  dari perkawinan adat bagi masyarakat adat berbeda-beda diantara suku bangsa yang satu
dengan  suku  bangsa  yang  lain,  daerah  yang  satu  dan  daerah  yang    lain  berbeda, serta akibat hukum dan upacara perkawinannya berbeda-beda.
Pada  masyarakat  kekerabatan  adat  yang  patrilinial,  perkawinan  bertujuan mempertahankan  garis  keturunan  bapak,  sehingga  anak  laki-laki  tertua,  harus
melaksanakan  bentuk  perkawinan  ambil  istri  dengan  pembayaran  uang  jujur, dimana setelah terjadi perkawinan istrei ikut masuk dalam kekerabatan suami dan
melepaskan kedudukan adatnya dalam susunan kekerabatan bapaknya. Sebaliknya pada  masyarakat  kekerabatan  adat  yang  matrilineal,  perkawinan  bertujuan
mempertahankan  garis  keturunan  ibu,  sehingga  anak  wanita  tertua  tertua  harus melaksanakan  bentuk  perkawinan  ambil  suami    semanda.  Dimana  setelah
terjadinya suami ikut masuk dalam kekerabatan istri dan melepaskan kedudukan adatnya dalam susunan kekerabatan orang tuanya.
c.  Bentuk  Perkawinan Menurut Hukum Adat
Menurut hukum adat cara terjadinya perkawinan pada umumnya di Indonesia adalah sebagai berikut:
  Perkawinan Pinang Meminang, Melamar
1
Perkawinan  pinang  dimaksud  bahwa  pihak  ke  satu  laki-laki  mengajak pihak lainnya perempuan untuk menjalin ikatan perkawinan. Peminangan ini
dilakukan oleh seorang utusan atau seorang wakil, biasanya diungkapkan dengan bahasa yang indah dan berkias. Utusan yang meminang biasanya seorang kerabat
atau orang tuanya dengan persetujuan kelompok kerabat dan orang tua.
1
Te. Her. Asas – Asas dan susunan Hukum Adat, terjemahan Soebakti poesponoto Jakarta : Pradnya Paramitha
Hal. 188 - 199
  Perkawinan Bawa Lari
2
Perkawinan bawa lari adalah bentuk perkawinan dimana seorang laki- laki
melarikan seorang wanita yang sudah tunangan atau sudah dikawinkan dengan laki-laki  lain.  Dan  juga  melarikan  seorang  wanita  secara  paksa.  Maksud  dari
pada  perkawinan  bawa  lari  atau  sama-sama  melarikan  diri  adalah  untuk menghindarkan  diri  dari  berbagai  keharusan  sebagai  akibat  dari  perkawinan
pinang, pihak orang tua dan saudara-saudara atau keluarga.
  Kawin Lari Berlarian untuk kawin
Kawin  lari  adalah  perkawinan  yang  dilakukan  oleh  pasangan  muda-mudi tidak  atas  persetujuan  keluarga  yang  terpaksa  dilakukan  dikarenakan  untuk
menghidari  persyaratan  adat.  Pada  umumnya  perbuatan  kawin  lari  adalah perbuatan  yang  melanggar  hukum  adat,  melanggar  kekuasaaan  orang  tua  dan
kerabat  pihak  gadis.  Namun  demikian  dikarenakan  masyarakat  adat  itu berpegang teguh pada azas kerukunan dan kedamaian, maka perbuatan berlarian
itu  dapat  dimaafkan  dengan  penyelesaian  perundingan  kerabat  kedua  belah pihak.
  Perkawinan Mengabdi
Perkawinan  jenis  ini  mengandung  maksud  bahwa  suatu  perkawinan  yang pembayarannya  ditunda,  atau  suatu  perkawinan  dimana  suami  dan  istri  sudah
mulai hidup bekumpul tetapi pembayaran mas kawinnya belum lunas maka si
2
Op. Cit, Hal. 193
suami  bekerja  mengabdi  kepada  kerabat  mertuannya  sampai  mas  kawinnya terbayar lunas.
d.  Sah Menurut Hukum Adat