Analisis Pengaruh Kompetensi Dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung

(1)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Survey Pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung )

ANALYSIS INFLUENCE OF COMPETENCE AND TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT QUALITY

( case Survey of ten public accounting firms in the area of Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

PRAMA JAKA TAMTAMA 21106107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

ii ABSTRACT

In discharging its duties, an auditor has the right to obtain access to needed information, to the senior audit must provide the widest opportunity to interact with junior audit staff or leaders who will in the audit. There are several ways that can be the auditor in obtaining information from audits, among others, observing the work process, seek clarification, ask for demonstrations, review documents, cross checking, looking for evidence and conduct surveys. The purpose of this study is to determine the competence of the external auditor, time budget pressure, to know the quality of audit and to analyze the competence and time budget pressure Effect on the quality of audit.

The method used is descriptive and verification with qualitative and quantitative approaches. The unit of analysis in this research is the competence of the external auditor, external auditor independence and audit quality in ten public accounting firm in the Territory Bandung. Use the same samples in a population of 27 external auditors. To know competence and independence of external auditors audit the impact on the quality of statistical tests performed using correlation analysis, regression analysis, coefficient determination and to test the hypothesis is then used t tests using the tools SPPS 15.0 for Windows.

The results qualitatively show that the external auditor competence and time budget pressure is good enough as well as quality audit, and research results quantitatively show the amount of external auditors analisiskompetensi effect on the quality of audit amounted to 60,7% and the rest by39,3% described other variables beyond the competence and time budget pressure impact on audit quality as independence, the number of clients, level of audit fee, financial health of clients Keywords: competence, time budget pressure, external auditors, audit quality


(3)

III

ABSTRAK

Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan, untuk itu audit senior harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada audit junior dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan yang akan di audit tersebut. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari audit, antara lain, mengamati proses kerja, meminta penjelasan, meminta peragaan, menelaah dokumen, memeriksa silang, mencari bukti-bukti dan melakukan survey. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kompetensi auditor eksternal, tekanan anggaran waktu, untuk mengetahui kualitas audit dan untuk menganalisis kompetensi dan tekanan anggaran waktu Pengaruhnya terhadap kualitas audit.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor eksternal, independensi auditor eksternal dan kualitas audit di sepuluh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Sampel yang di gunakan sama dengan populasi sebesar 27 auditor eksternal. Untuk mengetahui kompetensi dan independensi auditor eksternal pengaruhnya terhadap kualitas audit maka dilakukan pengujian statistik menggunakan analisis korelasi, analisis regresi, koefisien determinasi dan untuk menguji hipotesis maka yang digunakan adalah uji t dengan menggunakan alat bantu SPPS 15.0 for windows.

Hasil penelitian secara kualitatif menunjukan bahwa kompetensi auditor eksternal sudah cukup baik dan tekanan anggaran waktu sudah cukup baik begitu pula dengan kualitas audit, dan hasil penelitian secara kuantitatif menunjukan besarnya analisis kompetensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit sebesar 60,7% dan sisanya sebesar 39,3% dijelaskan variabel lain yaitu indepedensi, jumlah klien,level of audit fee,kesehatan keuangan klien.


(4)

KA

Puji syukur penulis melimpahkan rahmat dan kar dapat menyelesaikan Skrips KOMPETENSI DAN TE

KUALITAS AUDIT” Surve

Wilayah Bandung.

Skripsi ini disusun ol syarat utuk mengikuti ujian Fakultas Ekonomi Universitas

Mengingat keterbatas waktu dari penulis, maka penul dari berbagai kekurangan. Ol yang membangun untuk perba khususnya, dan untuk peneliti

Selama penyusunan skr M.si selaku pembimbing ya bantuan dan dorongan yang sa ingin menyampaikan rasa teri

1. Dr. Ir. Eddy Soery Komputer Indonesia.

KATA PENGANTAR

nulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang t karunia-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya penul kripsi yang berjudul “ANALISIS PENGAR

EKANAN ANGGARAN WAKTU TERHAD

rvey Pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik

un oleh penulis dengan maksud memenuhi salah ian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akunta

tas Komputer Indonesia.

tasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak lupu

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kr perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penul

liti selanjutnya yang membutuhkan pada umumnya. n skripsi ini, penulis terima kasih kepada Surtikanti yang telah banyak memberikan bimbingan, ara sangat berarti. Selain itu, pada kesempatan ini penul erima kasih kepada:

ryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Univers . telah penulis RUH DAP lik di

h satu untansi,

n dan k luput n kritik penulis a. nti SE, rahan, penulis ersitas


(5)

v

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Ony Widilestariningtyas, SE., M. Si, Ak selaku Dosen Wali Ak-3 yang

selama ini telah membimbing kami semua dalam menyelesaikan studi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

6. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayananya selama penulis kuliah.

7. Seluruh Akuntan Senior dan staf pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis pada penelitian ini.

8. Kepada Kedua Orang Tua Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan khususnya materi yang tak sedikit kalian keluarkan, tanpa kalian aku bukan apa-apa.

9. Adik-adikku yang selalu memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

10. Seseorang yang selalu membantu, memberi dukungan, semangat dalam banyak hal, dan selalu setia serta sabar menemani penulis.


(6)

vi

11. Sahabat-sahabat terbaikku, Dani, Rohan, Taufik, Fajar, Robi, Qiki, Imbang, Ondos yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 khususnya Ak-3 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya. 13. Untuk Teman-teman, kerabat dan saudara yang telah memberikan doa dan

dukungan semangatnya kepada penulis.

14. Kepada rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang mungkin telah lulus lebih awal ataupun yang masih berada di UNIKOM, ayo tetap semangat dan terus berjuang.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak yang membaca pada umumnya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Amin ya rabbal’alamin.

Bandung,Juli 2011 Penulis

Prama Jaka Tamtama 211.06.107


(7)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3).

Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat. Pengaruh globalisasi menyebabkan kaburnya batas-batas antar Negara. Dampaknya, semakin jauh jarak pembuat dan pengguna informasi yang akhirnya menyebabkan bisa pada informasi tersebut. Selain itu, terdapat pula perbedaan kepentingan antara pembuat laporan dan pengguna laporan. Untuk itu diperlukan suatu opini dari pihak ketiga yang independen untuk menilai informasi tersebut. Pihak ketiga yang dimaksud dalam hal penilaian informasi yang terkait dengan keuangan tersebut adalah akuntan publik. Disini akuntan publik bertugas memberikan opini terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Opini tersebut nantinya akan digunakan oleh pengguna laporan keuangan seperti pemegang saham, kreditor, atau pemerintah, sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan


(8)

2

demikian, opini yang dibuat akuntan publik akan sangat berpengaruh pada kegiatan perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur Standar umum pemeriksaan akuntan publik,

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan public baik diluar negeri maupun didalam negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan public yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan 2003:82).

Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya.


(9)

3

jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya

Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Russel (2000), menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya.

Kualitas audit yang buruk dapat merugikan bagi pihak yang menggunakan jasa audit, sebagaimana kasus pada perusahaan Kima Farma Tbk. Pada laporan auditnya Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba dimana tahun 2001 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar.PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupaoverstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupaoverstated persediaan barang sebesar Rp


(10)

4

23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Kemampuan untuk menemukan kecurangan dari laporan keuangan ditentukan oleh Kompetensi auditor. Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp. 500 juta kepada PT. Kimia Farma Tbk dan kepada auditornya sebesar Rp. 100 juta (Media Akuntansi, 2003).

Kemudian pada kasus Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada tahun tersebut Bapepam menemukan adanya tiga versi laporan keuangan. Laporan yang berbeda itu, pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan


(11)

5

ke BEJ pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda kepada Bank Lippo sebesar Rp 2,5 miliar, karena pencantuman kata ”diaudit” dan

”opini wajar tanpa pengecualian” di laporan keuangan 30 September 2002 yang dipublikasikan pada 28 Nopember 2002, dan sanksi denda sebesar Rp 3,5 juta kepada Ruchjat Kosasih selaku partner kantor akuntan publik (KAP) Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan penyampaian informasi penting mengenai penurunan agunan yang diambil alih (AYDA) Bank Lippo selama 35 hari. (http://nem-idunggede.blogspot.com/2009/11/skandal-manipulasi-laporan-keuangan-pt.html).

Selain itu, terdapat fenomena khusus yang pernah terjadi pada salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu Kantor Akuntan Publik xxx wilayah Bandung. Salah satu kesalahan yang terjadi yaitu kesalahan mengaudit dan perbedaan persepsi antara auditor dan klien suatu perusahaan. Auditor senior yang bertugas untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan terkadang masih ada yang melakukan kesalahan, penyebab terjadinya kesalahan tersebut yaitu kurangnya kompetensi. kompetensi sangat penting bagi auditor dalam melakukan audit walaupun auditor tersebut memiliki pendidikan formal yang tinggi. Dengan


(12)

6

adanya kesalahan tersebut maka audit yang dihasilkan tidak berkualitas karena kurangnya keahlian auditor yang merupakan bagian dari standar umum. Maka dari itu masih banyak auditor yang melakukan kesalahan mengaudit dan perbedaan persepsi anatara auditor maka audit yang dihasilkan tidak berkualitas (Sumber: Auditor di Kantor Akuntan Publik xxx).

Dampak penurunan kualitas audit dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan public atas hasil-hasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan menimbulkan campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri (Otley dan Pierce 1995).

Berbagai penelitian sehubungan dengan kualitas audit telah dilakukan antara lain oleh Kelly dan Margheim (1990), menyebutkan bahwa penurunan kualitas audit adalah akibat dari tekanan (pressure), system pengendalian (control system) dan gaya pengendalian (supervissory style). Otley dan Pierce (1995), menjelaskan bahwa beberapa perilaku disfungsional auditor seperti Prematur Sign-Off Audit Procedures (menghentikan prosedur audit) Underreportingof Time(keterlambatan atau tidak tepat waktu), Altering Audit Process dan Gathering Unsufficient Evidence (mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit .

De Angelo dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan


(13)

7

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan pembuatan laporan audit, auditor harus mempunyai tekanan anggaran waktu yang baik.

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Sri Lastanti, 2005:88)

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan formal, peningkatan ketrampilan dan jam terbang akuntan tersebut. Hal ini juga tidak lepas dari pengaruh input saat memasuki perguruan tinggi. Dengan kata lain, jika sejak awal input yang dimiliki sudah bagus, kompetensi yang dimiliki akuntan akan cenderung bagus pula. Selain itu, untuk peningkatan kompetensi, akuntan publik juga diwajibkan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan. Secara garis besar, kompetensi profesionsal dibagi menjadi dua fase terpisah:

1. Pencapaian kompetensi profesional

Pencapaian ini diperoleh melalui pendidikan tinggi, kemudian diikuti pendidikan khusus, pelatihan, dan ujian professional dalam subjek-subjek yang relevan, dan pengalaman kerja.

2. Pemeliharaan kompetensi professional

Pemeliharaan kompetensi dilakukan melalui pendidikan yang berkelanjutan, seorang akuntan publik harus memiliki komitmen untuk belajar dan melakukan


(14)

8

peningkatan berkesinambungan dalam kehidupan profesionalnya. (Jurnal SNA X 26-28Juli 2007).

Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu ini dibutuhkan untuk menentukan cost audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor (waggoner dan Cashell 1991).

Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan pekerjaan yang harus dilakukan, akibatnya muncul perilaku-perilaku kontraproduktif yang menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang sangat terbatas ini salah satunya disebabkan oleh tingkat persaingan yang semakin tinggi antar Kantor Akuntan Publik (KAP) (Irene 2007).

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka penulis tertarik meneliti masalah“Analisis Kompetensi dan Tekanan Waktu Audit Terhadap Kualitas Audit”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut :


(15)

9

2. Apakah semua auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik (KAP) mempunyai kompetensi

3. Bagaimana tekanan anggaran waktu auditor dalam melakukan tugas laporan hasil auditnya

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar hubungan Kompetensi Auditor Eksternal dan Tekanan Anggaran Waktu auditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik

2. Seberapa besar pengaruh Kompetensi dan tekanan waktu berpengaruh terhadap kualitas audit secara parsial

3. Seberapa besar pengaruh Kompetensi dan tekanan waktu berpengaruh terhadap kualitas audit secara simultan

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh, mengolah dan menganalisis data mengenai Analisis Kompetensi dan Tekanan Waktu Auditor Esternal serta untuk lebih memahami dan mengerti pelaksanaan kualitas Jasa audit


(16)

10

dan untuk memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan pelaksanaannya di lapangan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kompetensi dan tekanan anggaran waktu auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik

2. Untuk mengetahui besaran tekanan waktu auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik

3. Untuk mengetahui kualitas audit

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Akademis

Penelitian atas analisis pengaruh kompetensi dan tekanan waktu auditor eksternal terhadap kualitas jasa audit di bandung diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan dan disamping itu, penelitian itu dapat memberikan manfaat :

1 Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi analisis kompetensi dan tekanan waktu auditor eksternal pengaruhnya terhadap kualitas jasa audit 2 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama.


(17)

11

3 Bagi Peneliti

Penelitian ini dijadikan sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan terkait dengan kompetensi dan tekanan waktu auditor eksternal dan kualitas jasa audit di kantor akuntan publik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Dapat memberikan informasi tentang bagaimana kompetensi dan tekanan anggaran waktu Auditor eksternal yang dapat di gunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2. Bagi Auditor

Memberikan informasi tentang pemahaman kompetensi dan independensi auditor eksternal dan kualitas jasa audit sehingga dalam prakteknya dapat lebih meningkatkan kompetensi independensi auditor eksternal

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Dalam penelitian ini dilakukan survei terhadap akuntan publik Kantor Akuntan Publik yang dilihat berdasarkan tingkat jabatan, pendidikan dan pengalaman.


(18)

12

Tabel 1.1

Daftar Kantor Akuntan Publik

No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat

1. KAPDRS. Bambang Budi Tresno Pascal Hyper Square. Blok B-61 Lantai 3 Jl. Pasir Kaliki, Bandung

2. Hendrawinata gani & hidaya Kopo plaza Blok A-14 Jln. Peta 3. KAP DRS. SANUSI, SUPARDI

DAN SOEGIHARTO

Jln. Ciakwao No. 40 Bandung

4. KAP. DRS. Gunawan Sudrajat Komplek Taman Golf Arcamanik Endah

Jl. Golf Timur III No. 1 Bandung 40293

5. KAP. DR. La Midjan & Rekan Jl. IR. H. Djuanda No.207 Bandung 40135

6. KAP Roebiandini dan Rekan Jln. Raden Patah No.7

7. DRS. Moch. Zaenuddin Holis Pesona Taman Burung Blok c7 Bandung

8. KAP Mansur Suripto dan Rekan Jln. Turangga No 23 Bandung 9 KAP Prof.Dra.H.TB.Hasanuddin,&

Rekan

Jl. Soekarno Hatta. MTC blok F No. 29 Bandung 40286

10 KAP Suhardjadinata, AK., MM Jl. Venus Raya No.14 Metro

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan juli 2011. Adapun waktu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pada tabel berikut :


(19)

13

Tabel 1.2 Pelaksanaan Penelitian

No Keterangan

Maret April Mei juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Survey Awal

2 Pengajuan Judul Penelitian

3 Penelitian Lapangan

4 Penyususnan dan Bimbingan UP

5 Pelaksanaan Sidang UP

6 Penyusunan dan Bimbingan Skripsi

7 Pelaksanaan Sidang Skripsi


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kompetensi

2.1.1.1 Pengertian Kompetensi

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti, hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan kita teliti.

Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Iskandar Dinata, 2006:36)

Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibandingkan auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktek audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mengcakup aspek teknis maupun pendidikan umum (SPAP, SA Seksi 210,PSA No. 04, 2001)

Menurut Sukrisno Agoes (2004:35) mengatakan bahwa pendidikan formal auditor dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain adalah sebagai berikut :


(21)

✂✄

1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).

2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UnA Profesi.

3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan(Registered Accountant). 4. Telah mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan(continuing professional

education)baik yang diadakan di KAP sendiri, oleh IAI atau seminar dan lokalisasinya.

5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.

Seorang asisten junior, untuk pencapaian kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Seorang auditor harus secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor harus memperlajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi pemerintah dab standar audit yang telah ditetapkan.

Kompetensi t e r b a g i dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan. (SPAP, PSA No.04, 2001)

2.1.1.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan m e n u r u t Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Harhinto, 2004:35)


(22)

☎6

2.1.1.1.2 Pengalaman

Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan (Loeher, 2002)

DidalamSPAP Seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1)yang tercantum dalam standar umum pertama berbunyi :

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.

Standar umum pertama ini menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

Sedangkan Yulius Jogi Cristiawan (2002:83) mengartikan kompetensi sebagai berikut :

“Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor sektor publik dalam bidang auditing dan akuntansi”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpilkan bahwa melaksanakan audit untuk dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit.


(23)

✆✝

2.1.1.1.3 Pendidikan

Auditor eksternal harus selalu memelihara atau mempertahankan kualitas profesionalnya serta kemampuan teknisnya melalui pendidikan secara berkesinambungan. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur dan teknik-teknik audit.

2.1.1.1.4 Pelatihan

Satuan Kerja Audit eksternal harus terdiri dari para auditor yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang relevandengan tugas-tugas audit. Setiap auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam menerapkan berbagai standar, prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip manajemen, serta pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem informasi yang dikomputerisasi. Kesemuanya bisa diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan-pelatihan tersebut

Dari beberapa kutipan diatas, penulis dapat menarik sebuah kesimpulan mengenai hal tersebut bahwa, kompetensi auditor dapat dibentuk diantaranya melalui pengetahuan dan pengalaman, keahlian dan pemahaman dibidangnya untuk dapat mendukung kualitas dari pekerjaan yang dilakukan serta keterkaitannya dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam menjalankan suatu pekerjaan auditnya untuk selalu mempertahankan sikap


(24)

✞8

auditor yang kompeten dan berkualitas.

Kompetensi seorang auditor dapat dilihat dati substansi masalah yang diangkat dalam pelaksanaan audit. Bila masalah yang diangkat adalah hal-hal yang kurang penting sementara masih banyak masalah-masalah yang lebih penting namun tidak dibahas secara rinci, maka hal ini sedikit banyak mengindikasikan derajat kompetensi seorang auditor.

Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukanInitial Public Offering(IPO). Teoh dan Wong (1993) juga memberikanEarning Response Confficient (ERC) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor akuntan audit kecil. Kantor audit yang besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, berarti kualitas audit yang dilakukan akan semakin baik pula (Hogan, 1997 ; Teoh dan Wong, 1993)

2.1.1.2 karakteristik Kompetensi

Menurut Lyle & Spencer yang dikutip Syaiful F Pribadi (2004:92) menyatakan bahwa terdapat lima karakteristik dari kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Motives(motif) adalah hal-hal yang berfikir oleh seseorang untuk berfikir dan memiliki keinginan secara konsisten yang akan dapat menimbulkan tindakan.

2. Trains (karekteristtik) adalah karakteristik fisik-fisik dan respons-respons yang konsisten terhadap situasi atau informasi.


(25)

✟✠

4. Knowladge (pengetahuan) adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang-bidang content tertentu.

5. Skill (keterampilan) adalah kemampuan untuk melakukan tugas fisik atau mental.

Dari kelima karakteristik diatas, penulis dapat mengungkapkan pendapat tentang pandangan mengenai kompetensi auditor berkenaan dengan masalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki auditor didukung dengan pengetahuan yang bersumber dari pendidikan formal dan disiplin ilmu yang relavan dan pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan

2.1.1.3 Kode Etik

yang menjadi landasan dari etika profesional setiap profesi adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhaadap mutu jasa yang diserahkanoleh profesi, setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhdap pelaksanaan pekerjaan anggota profesi, kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi terhdap pelaksanaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.

Menurut Alvin A. Arens (2003:110) mendefinisikan Etika itu sendiri adalah sebagai berikut :

“Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prisnsip atau nilai-nilai normal”.

Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat.


(26)

✡☛

Etika professional bagi praktik akuntan Indonesia (IAI). Dengan demikian etika professional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tidak hanya mengatur anggotanya dalam berpraktik sebagai akunntan publik, namin dalam profesi akuntan lainnya.

Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik bertanggung jawab untuk mematuhi pasal-pasal yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kewajiban untuk memenuhi kode etik ini tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota IAI saja, namun mencakup pada semua orang yang bekerja dalam praktik profesi akuntan publik. Seperti karyawan, partner, dan staf

2.1.1.3.1 Kecakapan Profesional Akuntan Publik

Didalam Kode Etik Akuntan Indonesia Bab II Kecakapan Profesional dicantumkan dalam dua pasal. Pasal 3 dalam kode etik tersebut mengatur :

1. Kewajiban bagi semua anggota IAI untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan standar profesional yangberlaku bagi pekerjaannya tersebut. 2. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk mengikat orang-orang lain yang

bekerja dalam pelaksanaan tugas profesionalnya untuk mematuhi Kode Etik Akuntan Indonesia.

3. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk senantiasa meningkatkan kecakapan profesinal.

4. Kewajiban untuk menolak setiap penugasan yang tidak sesuai dengan kecakapan profesionalnya.

Dalam Pasal 2 Ayat 1a Kode Etik Akuntan Indonesia diatur mengenai kewajiban akuntan publik untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik yang berisi tiga standar yaitu : (1) Standar Auditing, (2) Standar Atestasi, (3) Standar Jasa Akuntan Publik, diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan standar profesional yang berlaku.


(27)

☞✌

Dalam Pasal 2 Ayat 1b Kode Etik Akuntan Indonesia diatur mengenai kewajiban akuntan publik untuk menjelaskan kepada staf dan ahli lainnya yang bekerja padanya mengenai keterkaitan mereka terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Seperti telah disebutkan di muka, Kode Etik Akuntan Indonesia hanya mengikat akuntan yang menjadi anggota IAI, namun juga mengikat orang lain yang bekerja pada kantor akuntan publik untuk mematuhi pasal-pasal Kode Etik Akuntan Indonesia. Jika dalam menjalankan pekerjaan auditnya, auditor memerlukan tenaga ahli lain (selain ahli akuntansi dan audit), ia tetap bartanggung jawab atas ahli pekrjaan ahli tersebut.

Dalam pasal 2 ayat 2 kode Etik Akuntan Indonesia, akuntan publik diwajibkan untuk memelihara dan meningkatkan kecakapan profesionalnya, agar jasa yang dihasilkan senantiasa relavan dengan kebutuhan pemakai jasanya. Pemeliharaan dan peningkatan kecakapan profesional auditor dilaksanakan melalui progam pendidikan profesional berkelanjutan yang diselenggarakan oleh IAI.

Dalam pasal 2 ayat 3 Kode Etik Akuntan Indonesia melarang akuntan publik menerima pekerjaan jika ia atau kantornya diperkirakan tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan kompetensi profesional. Akuntan publik dapat dikatakan memiliki kompetensi profesional jika ia mampu melaksanakan pekerjaan auditnya sesuai dengan standar auditing, mampu melaksanakan pelaksanaan pekerjaan atastasinya sesuai dengan standar atestasinya mampu melaksanakan pekerjaaan jasa konsultan sesuai dengan standar konsultasi.


(28)

✍✍

Dalam Pasal 3Kode Etik Akuntan Indonesia berisi larangan bagi anggota IAI yang tidak bekerja sebagai akuntan publik untuk memberikan pernyataan pendapatan atas asrsi yang dibuat oelh pihak lain, kecuali bagi akuntan yang menurut perundang-undangan yang berlaku harus memberikan pernyataan akuntan.

2.1.2 Tekanan Anggaran Waktu Audit (Time Budget Pressure)

Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan baku (Sososutikno, 2003)

Tekanan Anggaran Waktu merupakan rentang waktu yang diberikan oleh yang memberikan tugas untuk melakukan audit terhadap auditor untuk menyelesaikan tugas auditnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samekto dan Agus menunjukan bahwa jika waktu pelaksanaan audit yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya secara tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakanya hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam yang menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat dites oleh auditor.


(29)

✎✏

Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor (Ahituv dan Igbaria, 1998).

Penelitian lain dilakukan oleh Kelley dan Margheim yang menyebutkan bahwa ketika auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, akan mengakibatkan efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di bawah tingkat yang diterima.

De Zoort dan Lord (1997), menyebutkan ketika menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu; fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya, hal ini sesuai juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Glover (1997), yang mengatakan bahwa anggaran waktu diidentifikasikan sebagai suatu potensi untuk meningkatkan penilaian audit (audit judgement) dengan mendorong auditor lebih memilih informasi yang relevan dan menghindari penilaian yang tidak relevan. Sementara itu tipe disfungsional perilaku auditor yang dikemukakan oleh Rhode (1978), mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpotensi menyebabkan perilaku penurunan kualitas audit.

De zoort (2002) mendefenisikan tekanan anggaran waktu sebagai bentuk tekanan yang muncul dari keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber daya diartikan sebagai waktu yang digunakan auditor dalam melaksanakan tugasnya.


(30)

✑✒

Otley dan Pierce (1995), menjelaskan juga bahwa perilaku auditor dalam hal PrematurSign-Off Audit Procedures(menghentikan prosedur audit), Underreporting of Time(keterlambatan atau tidak tepat waktu), Altering Audit Process dan Gathering Unsufficient Evidence (mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup) termasuk kepada perilaku disfungsional auditor.

Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran waktu yang sangat ketat dan baku (Sososutikno, 2003)

Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor (Ahituv dan Igbaria, 1998).

2.1.3 Kualitas Audit

Pengertian Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut (Akmal, 2006:65)

Kualitas audit adalah Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Sososutikno, 2003)

Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Bandung digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411, PSA No.72, 2001 yaitu sebagai berikut:


(31)

✓✔

(a) Ketepatan waktu penyelesaian audit (b) Ketaatan pada standar auditing

(c) Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien (d) Perencanaan dan pelaksanaan

(e) Independensi dalam pembuatanoutcome/ laporan audit

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

1. Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.


(32)

✕6

kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan (Simamora, 2002:47)

Selain itu akuntan public juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

1. Standar Umum.

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(33)

✖✗

2. Standar Pekerjaan Lapangan.

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Standar Pelaporan.

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk


(34)

✘8

memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan (SPAP,2001;150:1):

Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya (Nurchasanah, 2003:49)

Sutton (1993) menyatakan bahwa tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit. Sutton (1993) menjelaskan bahwa dengan mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada perbedaan persepsi mengenai kualitas audit

Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih Banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung sedangkan pengukuran hasil biasanya menggunakan ukuran besarnya audit. Hal tersebut senada dengan Moizer (1986) yang menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya oleh Deis dan Giroux (1992) mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di


(35)

✙✚

sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lamaaudit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.

Sedangkan hasil penelitian Behn et. al menunjukkan 6 atribut kualitas audit (dari 12 atribut) yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu : pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit (Simposium Nasional Akuntansi V, 2002:563)

Kemudian Harhinto (2004) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan dengan pengalaman dan pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor. Adapun untuk mengukur kualitas audit digunakan indikator antara lain : (a)Melaporkan semua kesalahan klien, (b)Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (c)Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d.)Berpedoman pada prinsip


(36)

✛✜

auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e.)Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f.)Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

2.1.4 Audit

Pada dasarnya audit merupakan kegiatan yang membandingkan kondisi aktual yang ada dengan kriteria yang telah dibuat. Kondisi yang dimaksud disini merupakan keadaan yang seharusnya dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman untuk mengevaluasi informasi dalam lingkup akuntansi dan keuangan.

Audit adalah suatu proses yang sistematis tentang akumulasi dan evaluasi terhadap bukti tentang informasi yang ada dalam suatu perusahaan tertentu. sebagimana didefinisikan olehSusanti Irawati (2008:1):

“Audit adalah suatu proses yang dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti -bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang dicerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu”

Pengertian Audit menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :

“Secara umum auditing adalah suatu proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegitan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

(2002:9)

Sedangkan pengertian Audit menurut Henry Simamora adalah :

“Suatu proses sistematik pencarian dan pengevaluasian secara obyektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan tindakan ekonomik untuk meningkatkan kadar kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”


(37)

✢✣

(2009:9) Dari definisi audit secara umum tersebut memiliki unsur penting yang diuraianMulyadi (2009:9)yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Suatu Proses Sistematik

Auditing merupakan suatu proses yang sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisir dan bertujuan.

2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

Proses sistematik itu ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau prasangka terhadap bukti-bukti tersebut 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi disini adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuruan, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok: neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitasdan laporan arus kas. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan biaya pusat pertanggung jawaban tertentu dalam perusahaan.


(38)

✤✥

4. Menetapkan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

5. Kriteria yang ditetapkan

Kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa:

a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen

c. Prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (generally accepted accounting principles)

6. Penyampaian hasil

Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).

7. Pemakai yang berkepentingan

Dalam dunia bisnis pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.


(39)

✦✦

2.1.4.1 Tujuan Audit

MenurutAbdul Halim (2008:147)tujuan audit adalah sebagai berikut : “Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasly (2007:218) yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta menyatakan terdapat dua tujuan spesifik audit, yaitu :

1. Tujuan umum berkait saldo a. Eksistensi

Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan.

b. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikut sertakan secara lengkap.

c. Akurasi

Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar.

d. Klasifikasi

Klasifikasi digunakkan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang benar.

e. Pisah Batas

Tujuannya adalah untuk memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat.

f. Kecocokan Rincian

Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat, dijumlahkan secara benar dan sesuai dengan buku besar.

g. Nilai Realisasi

Tujuan ini berkaitan dengan apakah suatu saldo akun telah dikurangi untuk penurunan dari biaya historis menjadi realisasi.


(40)

✧★

h. Hak dan Kewajiban

Tujuan ini merupakan cara akuntan publik memenuhi asersi mengenai hak dan kewajiban.

i. Penyajian dan Pengungkapan

Untuk mencapai tujuan penyajian, akuntan publik melakukan pengujian untuk menyakinkan bahwa semua akun neraca dan laporan laba rugi serta informasi yang berkaitan telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.

2. Tujuan audit umum berkait transaksi a. Eksistensi

Tujuan ini berkaitan apakah transaksi yang dicatat secara aktual memang terjadi.

b. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.

c. Akurasi

Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi.

d. Klasifikasi

Transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat

e. Saat Pencatatan

Kesalahan saat pencatatan jika transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi.

f. Posting Pengikhtisaran

Transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk dan di ikhtisarkan dengan benar.

2.1.4.2 Pelaksanaan Audit

Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus mengunjungi unit kerja yang akan diaudit. Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan. Untuk itu maka pimpinan unit harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada auditor


(41)

✩✪

dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan unit tersebut. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari audite, antara lain:

1. Mengamati Proses Kerja.

Dalam hal ini, auditor dapat memulai tugasnya dengan mengamati atau melakukan observasi secara langsung proses kerja dalam perspektif manajemen mutu. Melalui pengamatan ini, auditor dapat mengumpulkan data/informasi dan mendeteksi apakah terdapat gejala adanya penyimpangan atau kesenjangan (diskrepansi).

2. Meminta Penjelasan

Auditor dapat menggali informasi dengan cara meminta penjelasan dari unit kerja yang dikunjungi (auditee). Untuk mendapatkan informasi yang banyak, maka teknik bertanya auditor sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka. 3. Meminta Peragaan

Dalam kasus tertentu, auditor dapat meminta auditee memperagakan suatu kegiatan. Ketika peragaan sedang dilakukan, auditor mengamati sambil membandingkan dengan ketentuan atau persyaratan yang telah diatur dalam Buku Pedoman Simintas.

4. Menelaah Dokumen Simintas

Melalui proses telaah dokumen, auditor dapat mencatat berbagai informasi signifikan untuk ditanyakan kepada audit.


(42)

✫6

Dalam proses audit, auditor diperbolehkan mengumpulkan data/informasi dari unit-unit lain yang berkaitan. Misalnya untuk mengaudit Fakultas dalam penyiapan dan koreksi soal ujian, seorang auditor boleh memeriksa silang ke Pusat Pengujian.

6. Mencari Bukti-bukti

Dalam proses audit, tujuan auditor adalah mencari informasi/data dan bukti-bukti objektif. Bukti objektif dapat berupa catatan, dokumen, atau kondisi faktual yang dapat dianalisis dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya auditor menemukan suatu diskrepansi atau penyimpangan, maka auditor perlu mencari bukti-bukti yang dapat mendukung untuk menguji kebenaran temuan tersebut. 7. Melakukan Survei

Apabila dimungkinkan, seorang auditor boleh menggunakan seperangkat angket survei untuk mengecek hal-hal tertentu, misalnya tingkat kepuasan pelanggan, efektifitas komunikasi, masalah kepemimpinan, dan sebagainya

2.1.4.3 Jenis-Jenis Audit

Akuntan Publik melaksanakan tiga tipe audit utama : audit atas laporan keuangan, audit operasional dan audit kepatuhan. Dua jenis jasa audit yang terakhir sering kali dinamakan sebagai audit aktivitas, walaupun kedua jenis audit tersebut sangat mirip dengan jasaassurancedan jasa atestasi.

MenurutRahayudanSuhayati (2010 : 4)jenis audit terditi dari 3 macam, yaitu :


(43)

✬✭

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. 2. Audit Operasional

Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.

3. Audit Kepatuhan

Audit Kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee (yang diperiksa) telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi.

Berdasarkan uraian di atas bahwa jenis-jenis audit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian audit. Kriteria yang ditetapkan dari setiap jenis audit memiliki ciri khas sendiri, seperti : (1) audit atas laporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) audit kepatuhan berdasarkan kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau persyaratan lain pihak ketiga dan (3) audit operasional berdasarkan penetapan tujuan misalnya, yang dilakukan oleh manajemen atau pihak yang berwenang.

Sedangkan Mulyadi(2009:28) mengemukakan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi 3 golongan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Auditor independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang atas laporan keuangan yang


(44)

✮8

dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak).

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap cabang auditing diatas adalah sama, kini setiap cabang telah terpisah dan mempunyai tanggung jawab beda dengan tingkat kebebasan yang berbeda.

2.1.4.4 Jenis-jenis Auditor

Jenis-jenis auditor ada empat, yaitu :

1. Auditor Eksternal / Akuntan Publik / Auditor Independen

Auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik.

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instans-instansi pemerintah.

3. Auditor Internal

Auditor yng bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

4. Auditor Pendidik

Auditor yang bekerja sebagai pendidik. .


(45)

✯✰

2.1.5 Standar Auditing

Standar Profesional Akuntan Publik merupakan standar auditing yang menjadi criteria atau pedoman kerja minimum yang memiliki hukum bagi para auditor dalam menjalankan tanggungjawab profesionalnya. SPAP merupakan kodifikasi pernyataan standar auditing, standar atestasi, dan standar jasa akuntansi yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.

2.1.6 Hubungan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan indepedensi (Christiawan, 2002)

Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada indepedensi auditor (Simposium Nasional Akuntansi, Juli 2007)

Alim Hasari dan Purwanti (2007) dalam penelitiannya berkaitan kompetensi dan indepedensi terhadap kualitas audit menjelaskan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sebagian besar studi yang pernah dilakukan dalam rangka kualitas audit, selalu membuat kesimpulan dari sudut pandang auditor (widagdo,et al,2002)


(46)

✱✲

2.1.7 Hubungan Tekanan Anggaran Waktu Dengan Kualitas Audit

Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh profesional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan atas pelaporan keuangan (Dezoort, 2002)

Time budget selalu digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi juga merupakan komponen penilaian dalam performance appraisal. Hal ini menimbulkan pressure kepada auditor untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan. Dibawah time budget pressure, auditor akan menerima pilihan yang berisiko dan hanya fokus terhadap informasi yang penting. Time budget pressure yang terlalu ketat yang kemungkinan berdampak pada penurunan kualitas kinerja auditor serta berpengaruh terhadap kualitas pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor (Burmansyah 2009).

Saat menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu fungsional dan disfungsional. Jadi dengan adanya tekanan anggaran waktu dapat mempengaruhi perilaku auditor yang kemudian menyebabkan penurunan kualitas audit (Nataline, 2007).


(47)

✳✴

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti (Tahun Penelitian)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan M.Nizar Alim (2007) PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan hasil secara parsial menunjukkan bahwa variabel kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwas ecara bersama-sama kompetensi dan independensi memberikan sumbangan terhadap variable terikat(Kualitas Audit)sebesar 28,2% sedangkan sisanya 71,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

(1) Variabel

(2) Objek

Penelitian

(3) Tahun


(48)

✵✶

2.2 Kerangka Pemikiran

Profesi akuntan publik, ialah profesi dimana seorang akuntan atau disebut auditor bekerja untuk melayani jasa publik. Yang dimana jasa publik tersebut meliputi, memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, memberikan suatu analisa laporan keuangan, memberikan tanggapan atas kejadian yang terjadi dimasyarakan khususnya mengenai kinerja keuangan. Profesi akuntan publik harus memiliki beberapa faktor yang menunjang pekerjaannya sehingga menghasikan suatu kualitas laporan yang baik. Faktor-faktor tersebut ialah :

1. Kompetensi

Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, Andin

Prasita Priyo Hari Hadi 2007 PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE DAN RESIKO KESALAHAN TERHADAP PENURUNAN KUALITAS AUDIT Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu dan resiko audit memberikan pengaruh dalamperilaku penurunan kualitas audit. Sementara itu tipe pengujian yang dilakukan auditor tidak memberikan hasil yang signifikan secara statistik.Pada kondisi resiko rendah dalam pelaksanaan tugas dan tekanan anggaran waktu tinggi juga tidak berhubungan dengan penurunan kualitas audit

(1) Variabel

(2) Objek

Penelitian

(3) Tahun


(49)

✷✸

kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Iskandar Dinata, 2006:36)

Kompetensi t e r b a g i dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Iskandar Dinata (2006:36)

a. Pengetahuan

Pengetahuan m e n u r u t Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Harhinto, 2004:35)

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan (Loeher, 2002)

c. Pendidikan

Auditor eksternal harus selalu memelihara atau mempertahankan kualitas profesionalnya serta kemampuan teknisnya melalui pendidikan secara berkesinambungan. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur dan teknik-teknik audit.


(50)

✹✹

d. Pelatihan

Satuan Kerja Audit eksternal harus terdiri dari para auditor yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang relevandengan tugas-tugas audit. Setiap auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam menerapkan berbagai standar, prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip manajemen, serta pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem informasi yang dikomputerisasi. Kesemuanya bisa diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan-pelatihan tersebut

2. Tekanan anggaran waktu

Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran waktu yang sangat ketat dan baku (Sososutikno, 2003)

Tekanan anggaran waktu mempengaruhi seorang auditor dalam melakukan tugas-tugasnya, oleh karena itu tekanan anggaran waktu yang sempit dapat memberatkan auditor juga. Dan penugasan beban yang banyak akan mempengaruhi juga terhadap kualitas pekerjaan auditor juga. Sehingga seorang auditor harus dapat mengefesiensikan waktu yang ada terhadap beban pekerjaannya.


(51)

✺✻

Sedangkan kualitas audit adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut (Akmal, 2006:65)

Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Bandung digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) yaitu sebagai berikut:

(a) Melaporkan semua kesalahan klien

(b) Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien (c) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit

(d) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan

(e) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien (f) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan


(52)

✼6

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Kata hipotesis berasal dari kata “hipo” yang artinya lemah dan “tesis” berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang lemah, disebut demikian karena masih berupa dugaan yang belum teruji kebenarannya.

Menurut Sugiyono (2010:64), hipotesis penelitian adalah:“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Profesi Akuntan Publik

Kompetensi Auditor Eksternal

1.Pengetahuan 2.Pengalaman 3. Pendidikan 4. Pelatihan

Tekanan Anggaran Waktu

1. waktu penugasan yang

terbatas(sempit) 2. Beban pekerjaan

yang terlalu berat atau banyak

Kompetensi dan Tekanan Anggaran Waktu Auditor Eksternal dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit

Kualitas Audit


(53)

✽✾

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka Penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan antara Kompetensi dan Tekanan Waktu Auditor secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

Ha2: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kompetensi dan Tekanan Waktu Auditor secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung


(54)

48 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2010:41), bahwa:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.”

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kompetensi, Tekanan Anggaran Waktu Auditor Eksternal dan Kualitas Audit.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:2), bahwa

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.”

Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diperoleh.


(55)

49

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2010:14), bahwa:

”Pengertian metode deskriptif analisis adalah statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.”

Sedangkan menurut Mashuri dan M. Zainudin (2009), menyatakan:

“Pengertian metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji dampak dari penerapan Kompetensi, Tekanan Anggaran Waktu Audit terhadap Kualitas Audit yang diperoleh perusahaan serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(56)

50

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27), bahwa:

“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya”.

Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79), bahwa:

”Mengibaratkan desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Sedangkan menurut Nazir (2006:84), adalah:

”Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaian penelitian hanya mengenai penggumpulan dan analisis data saja.”

Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini peneliti membuat suatu desain penelitian yaitu sebagai berikut:

Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik di Bandung khususnya mengenai perkembangan Kompetensi, Tekanan Anggaran Waktu Audit dan Kualitas Audit.

2. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan Kompetensi, Tekanan Anggaran Waktu Audit dan Kualitas Audit.

3. Melakukan studi literatur untuk memperoleh referensi teori-teori mengenai Kompetensi, Tekanan Anggaran Waktu Audit dan Kualitas Audit.


(57)

51

4. Membuat hipotesis yang didasarkan pada teori yang dikembangkan.

5. Mengidentifikasi, memberi nama variabel dan membuat definisi operasional dari masing-masing variabel.

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis statistik untuk menganalisis data – data yang telah diperoleh serta menguji kebenaran hipotesis, baik secara manual maupun menggunakan komputer.

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis. 8. Menyusun laporan hasil penelitian.

3.2.2 Operasional Variabel

Definisi Variabel menurut Sugiyono (2010:32) sebagai berikut:

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian.Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (X).

Variabel independen atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel bebas (Varaibel X) adalah Kompetensi dan Tekanan Anggaran Waktu Audit


(58)

52

2. Variabel Dependen (Y).

Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah Kualitas Audit.

Operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Kompetensi (Variabel X1) Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan,

kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atributkepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup

kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan,

kecerdasan emosional, pengalaman,

pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab yang

dibebankan kepadanya.

(SPAP, SA Seksi 210,PSA No. 04, 2001)

1.Pengetahuan 2.Pengalaman 3.Pendidikan 4.Pelatihan

(SPAP, SA Seksi 210,PSA No. 04, 2001)


(59)

53

Tekanan Anggaran Waktu audit (Variabel X2)

Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan baku (Sososutikno, 2003)

1. waktu penugasan yang terbatas(sempit)

2. Beban pekerjaan yang terlalu berat atau banyak (Sososutikno, 2003)

Ordinal

Kualitas Audit (Variabel Y)

Kualitas audit adalah Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan

penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Sososutikno, 2003)

1. Ketepatan Waktu

Penyelesaian tugas audit 2. Ketaatan pada standar

auditing

3. Komunikasi tim audit dengan manajemen klien

4. Perencanaan dan

pelaksanaan

5. Indepedensi dalam pembuatan laporan outcome/ laporan audit (Sososutikno, 2003)

Ordinal

Dalam operasional variabel ini semua variabel menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurutNur Indriantorodan Bambang (2002:98) adalah sebagai berikut:

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkatconstructdiukur.”


(1)

139

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh kompetensi auditor dan tekanan anggaran waktu audit terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, maka pada bagian akhir dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sekaligus saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi dan tekanan anggaran waktu bersama-sama mempengaruhi kualitas audit. Pengujian hipotesis signifikansi F menunjukan pengaruh kompetensi dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit menunjukan sifat pengaruh yang signifikan, artinya kompetensi dan tekanan anggaran waktu berpengaruh sangat kuat dan signifikansi terhadap kualitas audit. hal ini disebabkan auditor pada Kantor Akuntan Publik telah berkompetensi, sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan terpengaruhi oleh kompetensi auditor. Sedangkan untuk tekanan anggaran waktu, dikatakan cukup dalam penggunaan tekanan anggaran waktu yang disediakan, sehingga kompetensi pun akan ikut terpengaruhi oleh tekanan anggaran waktu yang cukup baik karena apabila tekanan anggaran waktu yang cukup seorang auditor dapat membuat laporan auditnya menjadi berkualitas.


(2)

Jadi kedua variabel tersebut bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung

✿ ❀ Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang kuat antara kompetensi dengan kualitas audit. Pengujian hipotesis signifikansi t untuk pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit menunjukan sifat ada pengaruh yang signifikan, artinya variabel ini mutlak diajadikan dasar untuk memperkirakan kualitas audit, Sedangkan besar pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung adalah cukup. Pengujian hipotesis signifikansi t untuk pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit menunjukan sifat ada pengaruh yang signifikan, artinya variabel ini bisa atau mutlak diajdikan dasar untuk memperkirakan kualitas audit.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, dapat kiranya diajukan saran beberapa berikut :

1. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa kompetensi dan tekanan anggaran waktu sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban kuisioner yang begitu tinggi. Namun tidak sesuai dengan kualitas auditnya, dengan adanya auditor yang tidak independen dalam pembuatan laporan audit. Maka sebaiknya auditor harus mempunyai indepedensi yang baik, sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik pula.


(3)

141

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang berminat melakukan dengan topik yang sama sebaiknya dalam mengukur kuaitas audit agar memperhatikan sebagai berikut: a. Peneliti selanjutnya diharapkan dalam hal kompetensi sebaiknya kuisioner tidak hanya diberikan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik, tetapi kuisioner juga diberikan kepada rekan. Sehingga hasil yang didapat bisa lebih memperkuat kualitas audit.


(4)

142

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley.2007. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jakarta : PT. Intermasa.

Arens a. Alvin, Elder j. Randal, Beasley S. Mark. 2003.Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Kesembilan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks

Husein Umar. 2005. Metode Penelitian. PT. Gramedia Pusaka : Jakarta

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) 2001. standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta : Salemba Emapat.

Ida Rosnidah. 2008. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit dan Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Terhadap Kualitas Audit dan Implikasinya pada Kepuasan Pengguna Jasa Audit (survei pada Emiten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.) Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.http://ejournal.unud.ac.id Jurnal Ekonomi dan Bisnis vol.XIII No.1,Maret 2007: 54-78, Pengaruh kompeleksitas Audit dan

Tekanan Anggaran Waktu Terhadap kualitas Audit

Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X Uhas Makassar 26-28 Juli 2007, Pengaruh Kompetensi dan Indepensi Terhadap Kualitas Audit

Jonathan Sarwono. 2006.Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS,Yogyakarta:Andi Offset Mulyadi. 2009.Auditing. Cetakan ke-6. Jakarta : Salemba Empat

Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati Ely. 2010. Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Simamora. 2008 : Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.Universitas Trunojoyo,Bangkalan.


(5)

143

Surkrisno Agoes. 2005.Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung; Alfabeta

Susanti Irawati. 2008.Auditing, Bandung : Gramedia Pustaka.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media

(www.akuntan.co.id)

(http://nem-idunggede.blogspot.com/2009/11/skandal-manipulasi-laporan-keuangan-pt.html) (www.detikfinance.com)


(6)

144

Tempat/tanggal lahir : Bandung, 20 September 1987 Alamat : Jl. H.Akbar No 74/6B Cicendo

Provinsi : Jawa Barat

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 082117090002

DATA PENDIDIKAN

1994–1999, SDN Pupuk Kujang Cikampek

Lulus

1999–2002, SMP Pupuk Kujang Cikampek

Lulus

2002–2005, SMA Darul Hikam

Lulus/Jurusan IPA

2006–Sekarang, Universitas Komputer Indonesia

Jurusan Akuntansi

Hormat Saya,


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

8 38 77

Pengaruh Fee Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Audit Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di IAPI)

1 10 37

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 2 16

PENDAHULUAN PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 2 6

LANDASAN TEORI PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 13 17

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, AKUNTABILITAS, TEKANAN Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, Pengalaman Kerja, Akuntabilitas, Tekanan Anggaran Waktu Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Solo dan

0 6 20

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Audit Terhadap Kualitas Audit (Survei pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

0 8 26

Pengaruh Fee Audit, Pengalaman Audit Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Tekanan Anggaran Waktu Audit Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Audit (Survei Pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdaftar Di Bapepam-Lk).

0 0 2

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Audit Tenure, Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 12

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Audit Tenure, Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 18