Kualitas Audit Kajian Pustaka

✑✒ Otley dan Pierce 1995, menjelaskan juga bahwa perilaku auditor dalam hal Prematur Sign-Off Audit Procedures menghentikan prosedur audit, Underreporting of Time keterlambatan atau tidak tepat waktu, Altering Audit Process dan Gathering Unsufficient Evidence mengganti proses audit dan mengumpulkan bukti yang tidak cukup termasuk kepada perilaku disfungsional auditor. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran waktu yang sangat ketat dan baku Sososutikno, 2003 Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor Ahituv dan Igbaria, 1998.

2.1.3 Kualitas Audit

Pengertian Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjekobjek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjekobjek untuk menilai suatu kegiatan tersebut Akmal, 2006:65 Kualitas audit adalah Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien Sososutikno, 2003 Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Bandung digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411, PSA No.72, 2001 yaitu sebagai berikut: ✓✔ a Ketepatan waktu penyelesaian audit b Ketaatan pada standar auditing c Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien d Perencanaan dan pelaksanaan e Independensi dalam pembuatan outcome laporan audit Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu : 1. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas. Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin. 4. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, ✕ kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional. 6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan 7. Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan Simamora, 2002:47 Selain itu akuntan public juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI, dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. 1. Standar Umum. a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. ✖✗ 2. Standar Pekerjaan Lapangan. a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan. a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi. Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk ✘ memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan SPAP,2001;150:1: Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya Nurchasanah, 2003:49 Sutton 1993 menyatakan bahwa tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit. Sutton 1993 menjelaskan bahwa dengan mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada perbedaan persepsi mengenai kualitas audit Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih Banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung sedangkan pengukuran hasil biasanya menggunakan ukuran besarnya audit. Hal tersebut senada dengan Moizer 1986 yang menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya oleh Deis dan Giroux 1992 mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di ✙✚ sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien audit tenure, jumlah klien, telaah dari rekan auditor peer review, ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan supervisor, profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat. Sedangkan hasil penelitian Behn et. al menunjukkan 6 atribut kualitas audit dari 12 atribut yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu : pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit Simposium Nasional Akuntansi V, 2002:563 Kemudian Harhinto 2004 telah melakukan penelitian mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan dengan pengalaman dan pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor. Adapun untuk mengukur kualitas audit digunakan indikator antara lain : aMelaporkan semua kesalahan klien, bPemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, cKomitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, d.Berpedoman pada prinsip ✛✜ auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, e.Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, f.Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

2.1.4 Audit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung)

8 38 77

Pengaruh Fee Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Audit Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di IAPI)

1 10 37

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 2 16

PENDAHULUAN PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 2 6

LANDASAN TEORI PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik).

0 13 17

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, AKUNTABILITAS, TEKANAN Pengaruh Kompetensi, Indepedensi, Pengalaman Kerja, Akuntabilitas, Tekanan Anggaran Waktu Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Solo dan

0 6 20

Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Audit Terhadap Kualitas Audit (Survei pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

0 8 26

Pengaruh Fee Audit, Pengalaman Audit Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Tekanan Anggaran Waktu Audit Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Audit (Survei Pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdaftar Di Bapepam-Lk).

0 0 2

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Audit Tenure, Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 12

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Audit Tenure, Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 18