Keterangan: a.
Tantiem, merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada Direksi dan Komisaris oleh pemegang saham yang didasarkan pada suatu
prosentasejumlah tertentu dari laba perusahaan setelah kena pajak. b.
Bonus, yaitu sejumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pegawainya untuk memotivasi kerjanya.
c. Gratifikasi, yaitu sejumlah uang atau barang yang dibayarkan atau
diberikan oleh perusahaan kepada direksi atau komisaris atas jasanya meningkatkan pendapatan perusahaan.
d. Penghasilan Neto Masa sebelumnya, yaitu pada saat pegawai
dipindahtugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang bersangkutan masih
tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya berubah lokasinya saja. Penghitungan PPh Pasal 21 tetap menggunakan dasar
penghitungan selama setahun.
D. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Prima Eka Putri 2007 dengan judul “Evaluasi Pajak Penghasilan Pasal 21
Berkaitan dengan Pemberian Kompensasi Pada Karyawan: Studi Kasus pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Yogya-
Sleman”, menyimpulkan bahwa Kebijakan kompensasi telah diterapkan di AJB
Bumiputera 1912 sesuai dengan UU PPh no. 17 Tahun 2000 dan AJB Bumiputera 1912 Kantor Rayon Utama Yogya Sleman belum sepenuhnya
melaksanakan penghitungan pada angka 3 “Tunjangan lainnya, uang lembur, dsb” pada penghasilan bruto dalam perincian penghasilan dan
penghitungan PPh Pasal 21 yang terdapat di SPT Tahunan PPh Pasal 21 formulir 1721-A1. AJB Bumiputera 1912 belum melakukan pembulatan
PKP menjadi ribuan penuh kebawah. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan
pasal 17 UU PPh Pasal 21 Tahun 2000.
2. Katarina Manuneda 2010 dengan judul “Evaluasi Perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21: Studi Kasus pada Pegawai Tetap PT Aneka Adhilogam Karya”, menyimpulkan bahwa penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap PT Aneka Adhilogam Karya belum menerapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
31PJ2009. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak menambahkan premi asuransi dan uang kesehatan sebagai komponen penghasilan bruto bagi
pegawai dalam rangka menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21.
3. Henricus Wisnu Aji Widyonarko 2012 dengan judul “Evaluasi
Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap: Studi Kas
us pada Koperasi Pegawai Telekomunikasi Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa Koperasi Pegawai Telekomunikasi Yogyakarta
sudah melakukan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap, dan sudah sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor
36 Tahun 2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31PJ2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57PJ2009
yang berlaku pada tahun 2010.
4. Agustina Ratna Utami 2012 dengan judul “Evaluasi Penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21: Studi Kasus di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul”, menyimpulkan
bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul secara umum telah mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tetapi penerapan penghitungan PPh Pasal 21 Terutang atas gaji ketiga belas di Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul tidak sama dengan penerapan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji ketiga belas
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dikarenakan adanya perbedaan cara menentukan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji
ketiga belas yaitu berkaitan dengan perkalian tarif pajak Pasal 17.
5. Christin Theodora Natalia Ritonga 2012 dengan judul “Evaluasi Pajak
Penghasilan Pasal 21 Terutang Untuk Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Penteri Keuangan Nomor 262PMK.032010: Studi Kasus di
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dihitung Bendahara Pemerintah
tidak tepat dengan jumlah PPh Pasal 21 terutang yang dihitung
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262PMK.032010.
48
BAB III METODE PENELITIAN