Kelebihan dan Kekurangan Lost Foam Casting
Gambar 2.3 Skema terbentuknya gap antara polystyrene foam dengan cairan logam
Sumber : Caulk, 2006
Salah satu permasalahan unik dalam produksi cor dengan pengecoran lost foam adalah terbentuknya cacat pengecoran yang berkaitan dengan dekomposisi
polystyrene foam. Berbagai macam bentuk cacat yang disebabkan karen dekomposisi ini diantaranya porositas di dalam benda cor, blister melepuh, fold lipatan dan
permukaan yang kasar Benneth, 2007. Porositas di dalam benda cor disebabkan hasil dekomposisi polystyrene foam yang terjebak dalam logam cair. Logam
membeku sebelum hasil dekomposisi polystyrene foam keluar melalui pori-pori pada coating Kim dan Lee, 2007. Dekomposisi polystyrene foam juga mempengaruhi
waktu pengisian logam cair Xao dan Shivkumar, 1997. Pada pengecoran aluminium, tahap awal terbentuk residu cair di bagian depan logam dan menembus
pori-pori pada coating dalam bentuk gas. Gas yang terbentuk dapat dikurangi dengan pori-pori pada lapisan coating. Laju eliminasi gas tergantung pada beberapa
faktor diantaranya jumlah produksi gas, permeabilitas pada coating dan pasir, sifat termal dari coating dan pasir serta temperatur cair Borg, 1996.
Residu cair terutama terdiri dari dimer, trimer, tetramer dan oligomer yang lain Shivkumar, 1994. Gas atau residu hasil dekomposisi polystyrene foam yang
terperangkap karena adanya aliran turbulen ketika pengisian cetakan dalam proses pengecoran konvensional akan menghasilkan porositas. Urutan pengisian cetakan
pada .
pengecoran .
foam .
berbeda dengan pengecoran konvesional. Konsekuensinya porositas pada pengecoran lost foam lebih tinggi dari pengecoran biasa karena pola
yang terbakar saat cairan dimasukkan Kim dan Lee, 2007.