2. Memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
metode evaporative casting . 3.
Memberikan acuan bagi industri pengecoran tentang temperatur penuangan terbaik dengan metode evaporative.
4. Memberikan kontribusi positif dengan manfaat pengecoran evaporative
tentang pemanfaatan limbah lostfoam.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang pengecoran dengan metode evaporative lost foam casting telah banyak dilakukan, diantaranya: Shin dan Lee 2004 meneliti dengan bahan
paduan A356. Bichler dkk. 2002 meneliti dengan bahan mangnesium paduan AZ91. Droke 2006 meneliti dengan bahan magnesium AM60B. Qiming dan
Ravindran 2000 meneliti dengan bahan alumunium paduan A356. Sands dan Sivkumar 2003 meneliti dengan bahan paduan alumuniun 319. Kim dan Lee,
2005 meneliti dengan bahan A356.2. Mirbagheri dkk. 2004 meneliti degan bahan grey iron. Serta Venkataramani dkk. 1995 meneliti dengan bahan paduan A356.
Penelitian tentang mampu alir pada pengecoran evaporative lost foam casting dilakukan oleh beberapa peneliti. Shin dan Lee 2004 menggunakan test
casting âTâ. dengan memvariasikan temperatur tuang 670, 750, dan 830
o
C dan ketebalan pola cetakan 7, 11, dan 17 mm. Sands dan Sivkumar 2003 meneliti
dengan memvariasikan tinggi saluran turun 60 mm dan 360 mm serta ukuran pasir. Droke 2006 memvariasikan temperatur tuang 1450, 1475, dan 1500
o
F dan polystyrene foam dengan kerapatan 1,3, 1,5, dan 1,6 lbft
3
Penelitian dengan mengunakan jenis polystyrene foam PS dikakukan oleh Shin dan Lee 2004 menggunakan polystyrene foam dengan kerapatan 0,026 gcm
3
. Sands dan Sivkumar 2003 menggunakan polystyrene foam dengan kerapatan 20
kgm
3
. Droke 2006 menggunakan polystyrene foam dengan kerapatan 1,3 lbft
3
, 1,5 lbft
3
, dan 1,6 lbft
3
. Penelitian dengan memvariasikan temperatur tuang pada pengecoran
evaporative dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya: Shin dan Lee, 2004 pada temperatur 670, 750, dan 830
o
C. Sands dan Sivkumar, 2003 menggunakan satu temperatur penuangan yaitu 760
o
C. Droke 2006 pada temperatur 1450, 1475, dan 1500
o
F. Penelitian tentang pengaruh temperatur penuangan terhadap mampu alir
logam pada pengecoran evaporative dilakukan oleh: Shin dan Lee 2004 mengatakan mampu alir meningkat seiring dengan peningkatan temperatur tuang
serta ketebalan coran. Sands dan Sivkumar 2003 mengatakan pengaruh tinggi saluran turun mempengaruhi panjang aliran, pada saluran turun H 60 mm tanpa
coating panjang aliran mencapai 150 mm dengan waktu 1,9 detik dengan menggunakan jenis pasir AFS 55 sedangkan untuk saluran turun H 360 mm tanpa
coating aliran logam mencapai 150 mm dengan waktu 1,4 detik dengan menggunakan jenis pasir AFS 55. Droke 2006 mengatakan temperatur tuang sangat
mempengaruhi mampu alir logam ini terlihat pada hasil coran dengan temperatur 1450
o
F mampu alir logam sangat jelek ditunjukan dengan bayaknya ruang kosong pada hasil coran, sementara pada temperatur 1500
o
F mampu alir logam lebih baik dengan memenuhi seluruh permukaan coran. Pengujian dilakukan pada jenis
polystyrene foam yang sama 1,5 lbft
3
. Penelitian tentang pengaruh temperatur tuang terhadap porositas pada
pengecoran evaporative dilakukan oleh: Shin dan Lee 2004 mengatakan peningkatan temperatur penuangan nilai prositas dan semakin inggi pada ketebalan
pola cetakan 7 mm. Menurut Kim dan Lee 2005 kerapatan polystyrene foam dapat
menentukan kualitas coran dengan memperlihatkan hubungan kerapatan polystyrene foam dengan kerapatan coran, kerapatan coran meningkat dengan meningkatnya
kerapatan polystyrene foam hingga 20 kgm
3
yang dicor dengan menggunakan metode lost foam casting. Bichler dkk. 2002 mengungkapkan seiring dengan
peningkatan temperatur tuang maka semakin besar persentase porositas.
2.2 Pengertian Aluminium
Aluminium merupakan logam yang paling banyak digunakan di dunia, dengan pemakaian tahunnya sekitar 24 juta ton. Mempunyai sifat yang unik, yaitu:
ringan, kuat, dan tahan terhadap korosi pada lingkungan luas termasuk udara, air termasuk air garam, petrokimia, dan beberapa sistem kimia. Pemakaian aluminium
dalam dunia industri yang semakin tinggi, menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus menerus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk murni
memiliki kekuatan yang rendah dan tidak cukup baik digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan ketahanan deformasi dan patahan, maka dari itu perlu ditambahkan
unsur lain untuk meningkatkan kekuatannya. Aluminium dalam bentuk paduan yang sering dikenal dengan istilah aluminium alloy merupakan jenis aluminium yang