Etiologi Prevalensi Global KAJIAN PUSTAKA

Deteksi kuman BTB dengan teknik PCR mempunyai sensitivitas yang amat tinggi. PCR merupakan cara amplifikasi DNA, dalam hal ini DNA Mycobacterium sp., secara in vitro. Proses ini memerlukan DNA cetakan template untai ganda yang mengandung DNA target, enzim DNA polymerase, nukleotida trifosfat, dan sepasang primer. Pemeriksaan Mycobacterium sp. dengan teknik PCR cukup baik bila dibandingkan dengan kultur bakteri BTB. Pemeriksaan Mycobacterium sp. dengan teknik PCR mempunyai keunggulan, yaitu waktu pemeriksaannya relative singkat, yaitu hanya 24 jam saja, sedangkan pemeriksaan kultur bakteri Mycobacterium sp. membutuhkan waktu 8 – 12 minggu Jasaputra et al., 2005. Teknik tes amplifikasi molekul PCR telah terbukti menjadi alternatif peneguhan diagnose yang menjanjikan bahkan untuk negara-negara berkembang. Dengan PCR, diagnosis dapat ditegakkan lebih cepat dan proses diagnostik menjadi tidak rumit, PCR dapat mengurangi keterlambatan baik dalam diagnosis dan awal pengobatan. Bergantung pada standar emas dan faktor metodologis lainnya, studi menunjukkan sensitivitas PCR mulai dari 77 sampai dengan 95 Lydia et al., 2004.

2.8 Etiologi

Klebsiella pneumoniae Bakteri Klebsiella pneumoniae penyebab Klebsiellosis tumbuh di bawah kondisi aerob pada suhu 12-43ºC dengan pertumbuhan optimum pada suhu 35- 37ºC dan minimum di bawah kondisi anaerob. Ph optimum untuk pertumbuhan adalah 7,2. Umumnya, bakteri ini dapat menggunakan sitrat dan glukosa sebagai sumber karbon satu-satunya dan ammonia sebagai sumber nitrogen. Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram negatif berukuran 0,3- 1,5 μm × 0,6-6,0 μm yang berbentuk batang basil. Klebsiella pneumoniae tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan non motil. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri fakultatif anaerob. Klebsiella pneumoniae dapat memfermentasikan laktosa. Pada uji dengan indol, Klebsiella pneumoniae akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumoniae dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumoniae banyak ditemukan di mulut, kulit, dan saluran usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumoniae adalah di tanah Rahmawati, 2009. Klebsiella pneumoniae memiliki kapsul polisakarida yang penting. Kapsul ini menyelubungi permukaan seluruh sel serta menyumbang besar kemunculan organisme pada pewarnaan gram dan memberikan perlawanan terhadap berbagai mekanisme pertahanan inang. Anggota dari genus Klebsiella sp. biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada permukaan sel. Yang pertama adalah lipopolisakarida O antigen, sementara yang lain adalah polisakarida kapsuler K antigen. Kedua antigen ini berkontribusi dalam patogenisitas. Keragaman struktural antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi semua serotipe tampaknya serupa. Kapsul memainkan peran yang sangat penting dalam virulensi Mansour et al., 2014.

2.9 Prevalensi Global

Klebsiella pneumoniae Klebsiellosis pada sapi yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia telah dilaporkan di beberapa negara di dunia. Studi yang dilakukan terhadap 68 sampel paru-paru dari kerbau dan sapi berumur 1-3 tahun yang disembelih di rumah potong hewan Assiut Governorat, Mesir menunjukkan bahwa 66 97,06 sampel paru-paru yang diperiksa, dapat terisolasi Klebsiella pneumoniae 3.27 Sayed dan Zaitoun, 2009. Di indonesia, kejadian Klebsiellosis ditemukan pada sampel paru-paru sapi yang mengalami pneumoni yang berasal dari tempat pemotongan hewan di kota Gorontalo Retnowati dan Nugroho, 2015. Klebsiella pneumonia juga telah diisolasi dari genus burung layang- layang merah Milvus milvus, burung bangkai Mesir, dan skua Antartika Catharacta spp dengan menunjukkan prevalensi masing-masing 7,96 jumlah sampel = 113, 8.82 jumlah sampel = 68 dan 4,54 jumlah sampel = 22. Prevalensi Klebsiella pneumoniae telah diisolasi dari tinja Red-billed chough Pyrrhocorax pyrrhocorax sebesar 15,0, 12,8 dan 15,6 pada tiga lokasi yang berbeda di Spanyol. Klebsiella pneumonia juga telah diisolasi dari burung nasar kalkun liar Cathartes aura dan peregrine falcon Falco peregrinus di Amerika Serikat yang menunjukkan prevalensi masing-masing sebesar 5 jumlah sampel = 20 dan 42,85 jumlah sampel = 14 Sharma et al., 2014.

2.10 Hewan Rentan Klebsiella pneumoniae