Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Profitabilitas Pada PT. Kereta Api (Persero) Bandung

(1)

The Influence Of Operation Cost To Profitability

at PT. Kereta Api (Limited) Bandung

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Oleh : Angky Rivai

21203033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2010


(2)

(3)

Indonesia (Persero Bandung)” Oleh : Angky Rivai 21203033

Di Bawah Bimbingan Linna Ismawati ,SE., M.Si.,

Biaya Operasi sangat penting dalam perusahaan terutama dalam kegiatan operasionalnya. Hasil penjualan diharapkan akan mendatangkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan sesuai dengan target yang diinginkan dengan asumsi biaya operasi sehingga diperoleh laba yang optimal.

Tujuan penulisan ini yaitu: Untuk mengetahui Biaya Operasi dan menguji pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta Api Indonesia Indonesia (Persero) Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kepustakaan dan lapangan. Sedangkan analisis data dengan menggunakan analisis metode statistika, yaitu untuk mengetahui pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas, dan analisis metode deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui perkembangan biaya operasi, sedangkan untuk mengukur profitabilitas menggunakan perbandingan antara beban usaha dengan penjualan yang disebut dengan operating ratio, dan uji “t” dengan menggunakan program SPSS 16.00 for Windows.

Berdasarkan penelitian penulis menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara Biaya Operasi terhadap Profitabilitas. Tingkat keeratan hubungan (korelasi) kedua variabel sangat erat, yaitu r = - 0,800 dengan nilai korelasi negatif. Maksudnya adalah bila semakin besar biaya operasi, maka semakin rendah profitabilitas atau sebaliknya semakin rendah biaya operasi, maka semakin besar profitabilitas perusahaan. Tingkat pengaruh yang terjadi adalah sebesar 36 % dan sisanya sebesar 64 % dipengaruhi oleh faktor lain. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat Biaya Operasi berpengaruh terhadap Profitabilitas pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.


(4)

By : Angky Rivai 21203033

Under The Guidence of Linna Ismawati, SE., M.Si

Operating cost is very important in company especially in its operational activities. It is expected that sales of existing results, we can extract the optimal profits for the company in accordance with the desired target. and the operating costs are expected to have optimal profit so that company profitability reached.

The sole purpose of this paper are : To determine Operating Cost and to know the profitability of the Sub. Directorate KC / CKB PT. Kereta Api Indonesia Indonesia (Persero) Bandung. The method used in this research is descriptive method such as observation, interview and filed test with quantitative approach. While the data analysis using statistic method to know the influence of operating cost to profitability, and descriptive quantitative analyze method for knowing operational cost development and to measures the profitability using correlation between weight cost with sales that was known as operating ratio, the "t" test in processed data by using SPSS 16.0 for Windows.

Based on this research shows that there is influence between operational cost on profitability. Level of relation (correlation) is very closely two variables, that is r = - 0.800 with a negative correlation value. The point is that if the greater operating costs, the lower profitability or conversely the lower the operating costs, the greater the profitability of the company. Level of influence that happened is at 36% and the balance of 34% influenced by other factors. So we can conclude that there are operation costs affect the profitability of the Sub. Directorate KC / CKB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.


(5)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah... 4

1.2.2 Rumusan Masalah... 5

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4Kegunaan Penelitian ... 5

1.5Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Biaya 2.1.1.1 Pengertian Biaya ... 8

2.1.1.2 Pengertian Biaya Operasi ... 9

2.1.1.3 Penggolongan Biaya Operasi ... 10

2.1.1.4 Unsur-unsur Biaya Operasi…………... 12


(6)

xi 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 14

2.1.2.2 Fungsi Analisis Rasio Keuangan ... 15

2.1.2.3 Klasifikasi Rasio Keuangan... 15

2.1.2.4 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan... 17

2.1.2.5 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan... 18

2.1.3 Profitabilitas... 19

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas... 21

2.1.3.2 Rasio Profitabilitas... 21

2.1.4 Hubungan Biaya Operasi Dengan Profitabilitas Perusahaan... 24

2.1.5 Studi Empiris Penelitian Terdahulu... 25

2.2 Kerangka Pemikiran... 26

2.3 Hipotesis... 32

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... . 33

3.2 Metode Penelitian ... . 33

3.2.1 Desain Penelitian ... . 34

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... . 34

3.2.3 Metode Penarikan Sampel ... . 36

3.2.3.1 Populasi………... 36

3.2.3.2 Sampel………... 36

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... . 37

3.2.4.1 Jenis Dan Sumber Data………... 37

3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data………... 37

3.2.5 Metode Analisis Dan Perancangan Hipotesis .. . 38

3.2.5.1 Metode Analisis Data ... . 38


(7)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... . 44 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Kereta Api (Persero) Bandung . . 44 4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan………... 49 4.1.3 Struktur Organisasi ... . 49 4.1.4 Deskripsi Jabatan... . 52 4.1.5 Kegiatan Usaha PT. Kereta Api (Persero) Bandung... 58 4.2 Pembahasan Penelitian ... . 59 4.2.1 Biaya Operasi PT. Kereta Api (Persero) Bandung….. 59

4.2.2 Tingkat Profitabilitas (Return On Assets) Pada

PT.Kereta Api (Persero) Bandung ...…... 61 4.2.3 Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Profitabilitas

Pada PT. Kereta Api (Persero) Bandung ... 63 4.2.3.1 Analisis Statistik...……….. 64

4.2.3.1.1 Analisis Regresi Linier Sederhana... 64 4.2.3.2 Analisis Korelasi………. 66 4.2.3.3 Menghitung Koefisien Determinasi…...……. 68 4.2.3.4 Pengujian Hipotesis ... . 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... . 72 5.2 Saran ... . 73

DAFTAR PUSTAKA………....75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, seiring dengan kuatnya arus transisi keadaan zaman dari kondisi yang sederhana menuju kondisi yang lebih kompleks maka terjadi pula transisi pada pola konsumsi pelanggan dari pola konsumsi yang sederhana kedalam pola konsumsi yang lebih kompleks. Dengan demikian terdapat tingkat kehendak yang berbeda terhadap kebutuhan barang dan jasa.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN yang memiliki peranan penting dalam usaha pengelolaan transportasi di Indonesia menyadari hal ini. Untuk itulah perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung, menerapkan konsep-konsep manajemen keuangan perusahaan

(Corporate financial) merupakan bidang keuangan yang berhubungan dengan

operasi suatu perusahaan dari sudut pandang perusahaan tersebut.

Berdasarkan survei awal biaya operasi perusahaan pada PT. Kereta Api Indonseia (Persero) terus meningkat, khususnya biaya pokok penjualan, biaya pemasaran, administrasi umum dan sebagainya. Akibat semakin tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional pada perusahaan tersebut, hal ini dikarenakan terjadinya permasalahan pada kendaraan operasional (kereta api) dan jalur perlintasan (rel), tuntutan biaya hidup pekerja yang semakin meningkat, serta peralatan dan perlengkapan pada perusahaan tersebut semakin tinggi biaya yang dikeluarkan.


(9)

Dilain pihak walaupun PT. Kerata Api telah mengeluarkan biaya operasional yang sangat tinggi, perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan (Profit) karena dari laporan keuangan selama 7 tahun terakhir mengalami kerugian. Bahkan pada tahun ini PT. Kereta Api (Persero) terpaksa memberhentikan operasional kereta api Parahyangan karena terus merugi.

Berikut adalah data biaya operasional dan Return On Asset (ROA) pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

Tabel 1.1

Biaya Operasi dan Profitabilitas PT. Kereta Api (Persero) Bandung

Periode Tahun 2003-2009

Sumber : Laporan Laba Rugi PT. Kereta Api (Persero) Bandung Data diolah tahun 2010

Dari tabel diatas terlihat PT. Kereta Api mengalami kendala dalam operasionalnya yaitu biaya operasional terus meningkat sedangkan perusahaan selalu mengalami kerugian untuk lebih jelas, fenomena ini dapat terlihat pada grafik berikut:

Tahun BOP ROA %

2003 95.840.132.338 (25,23) 2004 140.324.109.168 (11,51) 2005 167.230.747.853 (13,49) 2006 215.664.260.491 (36,34) 2007 258.670.689.388 (67,64) 2008 270.639.250.439 (62,76) 2009 283.270.876.245 (42,55)


(10)

Grafik 1.1

Biaya Operasi dan ROA PT. Kereta Api (Persero) Bandung Periode Tahun 2003-2009

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang transportasi yang begitu menarik, kita bisa melihat hal ini dengan memperhatikan laporan keuangan. seperti telah kita ketahui bahwa dalam setiap kegiatan perusahaan tidak luput dari yang dikeluarkan untuk dapat memenuhi segala macam kegiatan-kegiatan perusahaan atau sering juga disebut biaya operasi sebelum pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan. Pada dasarnya tujuan akhir dari setiap perusahaan dalam hal ini tentu menginginkan hasil akhir yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu memperoleh pendapatan yang akhirnya diharapkan perusahaan akan memperoleh laba. pendapatan pada kereta api adalah jika jumlah penghasilan yang diterima lebih besar dari pada jumlah pengeluaran

0 100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

EBIT

EBIT

-80 -60 -40 -20 0

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

ROA


(11)

(biaya) yang dikeluarkan. Oleh karena itu, pendapatan pada kereta api harus dinyatakan dengan profitabilitas.

Profitabilitas pada kereta api merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. sehingga dapat diketahui sejauh mana perusahaan bisa mengelola biaya yang dikeluarkan supaya dapat menghasilkan laba, ROA merupakan salah satu indikator rasio profitabilitas PT. Kereta Api Indonesia (Persero), yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba. maka penulis menggunakan Return On Assets sebagai indikator.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PENGARUH BIAYA OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. KERETA API INDONESIA (Persero) BANDUNG“.

1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Indetifikasi Masalah

Dalam beberapa periode terakhir, PT. Kereta Api mengalami peningkatan biaya operasional. Hal ini terjadi disebabkan adanya permasalahan pada kendaraan operasional (Kereta Api), perbaikan rel kereta api, tuntutan biaya hidup karyawan dan meningkatnya biaya peralatan dan perlengkapan. Dengan adanya kenaikan biaya-biaya ini maka parusahaan mengalami kerugian sehingga tingkat profitabilitas PT. Kereta Api menjadi rendah (negatif).


(12)

1.2.2 Rumusan Masalah

Pemikiran diatas penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana biaya operasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

2. Bagaimana profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas pada PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang biaya operasi dan profitabilitas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung serta menguji penggunaan biaya operasi terhadap profitabilitas.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui biaya operasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Bandung.

2. Untuk mengetahui profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Bandung.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas

pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi-informasi

yang bermanfaat tentang pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas perusahaan. Adapun kegunaan penelitian ini penulis bagi menjadi dua yaitu :


(13)

1. Kegunaan Operasional

Kegunaan operasional ini diharapkan dapat berguna bagi :

a. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

masukan yang bermanfaat khususnya bagi bagian financial sebagai

referensi dalam mengevaluasi dan mempelajari biaya operasi dalam rangka meningkatkan profitabilitas.

b. Bagi penulis sendiri, penelitian ini akan memberikan tambahan pengetahuan mengenai penerapan teori yang diperoleh penulis selama kuliah pada perusahaan tempat dilakukannya penelitian, sehubungan

dengan disiplin ilmu yang dipelajari khususnya pada bidang financial. Dan

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi S1 di fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Komputer Indonesia. c. Bagi pihak-pihak lainnya yang memerlukan informasi dan gambaran yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian yang terbatas ini dapat menjadi bahan masukan yang berguna dan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

2. Pengembangan Ilmu.

Kegunaan ilmu ini dapat diharapkan berguna bagi :

a. Pengembangan Ilmu Manajemen.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu manajemen keuangan, khususnya mengenai biaya operasi yang dalam kaitannya dengan profitabilitas perusahaan.


(14)

b. Bagi Peneliti lain

Dengan bertambahnya informasi tentang pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas perusahaan ini diharapkan peneliti lain dapat meningkatkan wawasan tentang biaya operasi dan profitabilitas perusahaan tersebut.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis mengadakan penelitian pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) Bandung”. di Jl. Stasiun Timur No.14. Bandung 40181.

Tabel 1.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Bulan

April Mei Juni Juli

Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Proposal penelitian

2 Pengumpulan data

3 Pengolahan data

4 Penulisan skripsi

5 Sidang

Waktu


(15)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Biaya

Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan perhatian yang sangat serius selain karena biaya juga merupakan unsur pengurangan yang sangat besar dalam hubungannya dalam pencarian laba bersih.

2.1.1.1 Pengertian Biaya

Biaya juga berperan penting dalam perhitungan harga pokok, perencanaan,

dan pengendalian. Berikut pengertian biaya menurut Mulyadi(2002:8) adalah:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

Selanjutnya Mulyadi(2003:4) juga mendefinisikan pengertian biaya adalah:

“Biaya (expense) adalah kas sumber daya yang telah atau akan

dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu”. (2003:4)

Pengertian tersebut dapat dilihat empat unsur yang terkandung didalamnya, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa kas atau ekuivaleannya yang dapat diukur dalam satuan moneter uang, merupakan hal yang terjadi atau potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut dilakukan untuk


(16)

mencapai tujuan tertentu dimasa yang akan datang dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan.

Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama dalam perusahaan oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan perhatian yang sangat serius selain karena biaya juga merupakan unsur pengurangan persentasinya sangat besar dalam hubungannya dalam pencarian laba.

2.1.1.2 Pengertian Biaya operasi

Biaya operasi atau biaya operasional secara harafiah terdiri dari 2 kata yaitu “Biaya” dan “operasional” menurut kamus besar bahasa Indonesia, biaya berarti uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dan sebagainya) sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. Sedangkan operasional berarti secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan operasi.

Pengertian dari biaya operasi menurut Jopie Yusuf (2006:33) adalah : “ Biaya Operasi atau biaya operasional adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari”.

Menurut Supriyono (2004:209) biaya operasi dikelompokan menjadi 2 golongan dan dapat diartikan sebagai berikut:

1. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu.


(17)

2. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.

Dari pengertian tersebut diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa : 1) Biaya operasional langsung merupakan biaya yang dapat dibebankan secara

langsung pada kegiatan operasional.

2) Biaya operasional tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung dibebankan pada kegiatan operasional.

Jadi biaya operasional adalah pengeluaran yang berhubungan dengan operasi, yaitu semua pengeluaran yang langsung digunakan untuk produksi atau pembelian barang yang diperdagangkan termasuk biaya umum, penjualan, administrasi, dan bunga pinjaman.

Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel tergantung pada volume penjualan atau proses produksi, jadi mengikuti peningkatan atau penurunannya. Sedangkan biaya tetap selalu konstan meskipun volume penjualan produksi meningkat atau turun. Singkatnya biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan agar kegiatan atau operasi perusahaan tetap berjalan.

2.1.1.3 Penggolongan biaya operasi

Menurut Adi Saputra maka jenis biaya operasi digolongkan sesuai dengan fungsi pokok kegiatan perusahaan.

Dalam hal ini biaya pada suatu perusahaan terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :


(18)

1. Biaya produksi

Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap dijual.

Biaya produksi dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu : a. Biaya bahan baku

Adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan, kepada tenaga kerja langsung dan manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada produk tertentu. c. Biaya overhead pabrik

Biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang digunakan untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi, selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

d. Elemen-elemen biaya overhead pabrik dapat digolongkan kedalam a. Biaya bahan penolong

b. Biaya tenaga kerja langsung

c. Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap d. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap e. Biaya listrik dan air

f. Biaya asuransi pabrik


(19)

2. Biaya non produksi

Dengan semakin tajamnya persaingan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan dan biaya non produksi menjadi semakin penting pula. Sehingga manajemen berkepentingan untuk mengendalikan informasi mengenai kegiatan dan biaya non produksi tersebut. Pada umumnya, biaya produksi dapat digolongkan kedalam :

a. Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan kegudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiata pemasaran; biaya contoh (sampel).

b. Biaya administrasi dan umum.

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat biaya pemeriksanaan akuntan, biaya fotocopy

2.1.1.4 Unsur-unsur biaya operasi.

Unsur-unsur biaya operasional yang biasa terdapat pada suatu perusahaan dagang dan jasa adalah:

a. Biaya tenaga kerja, gaji, komisi, bonus, tunjangan, dan lain-lain. b. Biaya administrasi dan umum.


(20)

d. Biaya asuransi.

e. Biaya pemeliharaan gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan.

2.1.1.5 Jenis-jenis biaya operasional.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, biaya operasi terdiri dari beberapa komponen biaya, diantaranya harga pokok penjualan, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum. Untuk lebih jelasnya, beberapa orang ahli menjelaskannya tentang pengertian biaya tersebut. Weygandt, Kieso, at al

(2006:180) mendefenisikan harga pokok penjualan :

“The cost of goods sold is the total cost of merchandise sold during the period”. Jika barang atau produk diserahkan kepada pelanggan, berarti biaya keluar dari perusahaan atau aktiva berkurang menjadi biaya dan biaya macam ini merupakan biaya operasi karena berkaitan langsung dengan pendapatan utama perusahaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok barang yang dijual adalah semua biaya yang melekat pada barang atau produk yang telah terjual dan mendatangkan pendapatan. Biaya penjualan adalah biaya yang berkaitan dengan kegiatan pengalihan produk dari perusahaan kepada konsumen akhir dan kegiatan yang diarahkan pada usaha meningkatkan volume penjualan. Kegiatan ini meliputi pengangkutan, promosi advertising, pelayanan penjualan, kampanye produk, distribusi dan kegiatan penjualan lainnya.

Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang tidak dapat secar khusus dikaitkan dengan kegiatan penjualan atau kegiatan produksi atau pembelian dan merupakan kegiatan penunjang dalam kegiatan usaha pada


(21)

umumnya. Kegitan ini biasanya bersangkutan dengan kegiatan manajemen secara keseluruhan. Biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini antara lain gaji manajer umum, biaya depresiasi kantor, biaya-biaya kantor pusat, biaya asuransi dan biaya umum lainnya.

Perusahaan sudah mempunyai pedoman biaya apa saja yang termasuk biaya penjualan atau biaya apa saja yang termasuk dalam biaya administrasi dan biasanya perusahaan yang satu mempunyai ketentuan yang berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu pembagian biaya menjadi biaya penjualan dan administrasi seperti dibahas disini tidak diterima secara kaku, variasi mungkin saja terjadi.

2.1.2 Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.1.2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Suatu rasio mengungkapkan hubungan antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Suatu rasio akan menjadi bermanfaat bila rasio tersebut memang memperlihatkan suatu hubungan yang mempunyai makna.


(22)

Pengertian mengenai analisis rasio ini dijelaskan Dwi Prastowo dan

RifkaJulianty (2005 : 76) sebagai berikut :

“Analisis rasio merupakan analisis yang dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembanding yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.”

Data pokok yang digunakan sebagai input dalam analisis rasio adalah laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

2.1.2.2 Fungsi Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio pada dasarnya merupakan suatu alat analisis laporan keuangan yang umum digunakan untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Hasil analisis rasio akan memberikan pengukuran relatif dari hasil operasi perusahaan.

Fungsi analisis rasio dinyatakan Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty

(2005 : 76) sebagai berikut :

“Analisis rasio berfungsi untuk menilai efektivitas keputusan yang diambil perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.”

2.1.2.3 Klasifikasi Rasio Keuangan

Menurut Sutrisno (2000 : 327), analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang diantaranya adalah sebagai berikut


(23)

1. Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas. Meliputi cash ratio, current ratio, dan acid ratio atau quick ratio.

2. Rasio Leverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt to total assets ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned.

3. Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover.

4. Rasio Keuntungan (profitabilitas), yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi profit margin, return on investment (ROI), return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan earning per share.

5. Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi price earning ratio (PER), dan market to book value ratio.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005 : 80) jika dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka analisis rasio dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan sebagai berikut :


(24)

1. Rasio Neraca, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Meliputi current ratio, cash ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, dan sebagainya.

2. Rasio Laporan Laba Rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba rugi. Meliputi gross profit margin, net profit margin, operating income margin, dan sebgainya.

3. Rasio Antar Laporan, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Meliputi assets turnover, inventory turnover, receivable turnover, dan sebagainya.

2.1.2.4Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan tersebut adalah 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca

dan ditafsirkan;

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

5. Menstandarisir ukuran perusahaan ;

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;


(25)

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.1.2.5Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio diatas, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 298), adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bisa atau subjektif; b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio; d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(26)

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.1.3 Profitabilitas

Didirikannya sebuah perusahaan tentunya memiliki tujuan tertentu, salah satu tujuan pokoknya adalah mendapat sejumlah keuntungan atau laba yang diharapkan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan. Namun tidak semua perusahaan mendapatkan laba dalam setiap usahanya karena hal tersebut sangat erat kaitannya dengan strategi usaha yang dilakukan.

Banyak perusahaan-perusahaan kecil dengan modal yang sangat minim dapat berubah menjadi perusahaan besar dan dapat meraup laba yang besar. Namun, tidak sedikit perusahaan dengan modal yang kuat tetapi menjadi pailit setelah beberapa tahun beroperasi. Hal ini bisa disebabkan oleh karena biaya operasi yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan.

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba tersebut sangat tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut menerapkan konsep strategi atau perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang sesuai dengan bidang tugas masing-masing, dan pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur dan kinerja yang telah ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.

Laba menurut Alimsyah dan Padji (2006 : 408) adalah sebagai berikut : “Laba adalah kelebihan pendapatan di atas biaya”


(27)

Sedangkan pengertian laba menurut Wild J. John, at al (2005 : 407) adalah sebagai berikut :

“Laba merupakan selisih dari pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi baban dan kerugian.”

Henry Simamora (2001 : 529) juga mendefinisikan laba sebagai berikut :

“Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk meraup keuntungan yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan terus untuk menyediakan modal bagi perusahaan.”

Maka dapat dilihat dua unsur penting yang menentukan laba, yaitu pendapatan dan biaya. Pendapatan dapat diartikan sebagai penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya dapat diartikan sebagai segala pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa. Biaya sendiri diukur dari nilai aktiva yang dikeluarkan

Bila pendapatan melebihi biaya, maka selisihnya adalah laba, dilain pihak bila biaya melebihi pendapatan maka selisihnya merupakan kerugian. Dari uraian diatas dapat disimpulkan laba adalah selisih positif antara pendapatan dan biaya.

Semakin tinggi penjualan barang atau jasa, maka laba yang diperoleh akan meningkat dan profitabilitas juga meningkat. Namun, semakin rendah penjualan barang atau jasa, maka laba yang diperoleh akan turun dan profitabilitas juga akan ikut turun


(28)

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Bambang Riyanto (2001 : 35) mendefinisikan profitabilitas sebagai

berikut “Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama suatu periode tertentu.”.

Ridwan dan Inge (2001 : 143) juga mendefinisikan profitabilitas sebagai

berikut :

“Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi.”.

Sementara itu, Dewi Astuti (2004 : 36) juga mendefinisikan profitabilitas sebagai berikut :

“Profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba”. Pengertian profitabilitas tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam memperoleh atau menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi dalam suatu periode tertentu.

2.1.3.2 Rasio Profitabilitas

Rasio untuk mengukur profitabilitas ada beberapa macam, masing-masing pengembalian perusahaan dihubungkan terhadap penjaulan, aktiva, modal atau nilai saham. Rasio yang sering menjadi perhatian dan fokus utama dari para investor atau pemegang saham adalah laba bersih. Para pemegang saham dan calon investor sangat berkepentingan untuk mengetahui perhitungan laba bersih perusahaan. Karena sebelum memutuskan untuk melakukan investasi mereka


(29)

harus mengevaluasi kemampuan perusahaan tersebut memperoleh laba saat ini atau pada masa yang akan datang. Untuk menganalisis profitabilitas perusahaan, maka diperlukan rasio profitabilitas yang pada hakekatnya penggunaan suatu alat-alat analisis keuangan tergantung pada kebutuhan dan keperluan penggunannya.

Agus Sartono (2002 : 64) menyatakan bahwa :

“Rasio profitabilitas merupakan kegiatan dari manajemen yang secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang didapat dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva, modal maupun investasi.”

Adapun rasio-rasio yang dimaksud adalah :

1. Gross profit margin (marjin laba kotor), adalah rasio antara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan (laba kotor) dengan penjualan. Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap penjualan. gross profit margin yang rendah dari rata-rata industri menunjukkan harga jual perusahaan lebih rendah atau harga pokok penjualan yang relatif lebih tinggi atau keduanya.

2. Net profit margin (batas laba bersih), adalah rasio antara laba setelah pajak dengan penjualan, yang mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini di bandingkan dengan rata-rata industri.

3. Return on invesmant atau return on total assets, adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Rasio yang lebih rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah atau keduanya.


(30)

4. Ratio on net worth (rasio kekayaan bersih), adalah rasio antara laba setelah pajak dengan kekayaan bersih atau modal sendiri yang menunjukkan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham.

Salah satu tujuan sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya, adalah mendapatkan keuntungan. Karena tanpa keuntungan sebuah perusahaan tidak dapat :

– Menarik pihak lain untuk menanamkan dananya.

– Menarik para kreditor untuk meminjamkan dananya untuk perkembangan

perusahaan.

- Berkembang dan tetap bersaing.

Dalam hal ini, maka rasio profitabilitas merupakan salah satu diantara

rasio-rasio keuangan yang paling signifikan. Dalam bukunya, Bambang Riyanto

(2001:336) Menyatakan bahwa, rumus untuk menentukan profitabilitas adalah sebagai berikut :

ROA = EBIT

Total Assets

Dimana :

ROA = Return On Assets EBIT = Laba sebelum pajak Total Assets = Total Aktiva

Rasio ini memberikan informasi tentang tingkat efisiensi perusahaan dengan membandingkan antara biaya operasi dengan pendapatan. Semakin tinggi


(31)

nilai rasio ini maka akan menunjukan keadaan yang kurang baik bagi perusahaan, karena hal ini berarti biaya-biaya operasi juga naik, sehingga kemungkinan laba yang akan diperoleh akan kecil.

2.1.4 Hubungan Biaya Operasi Dengan Profitabilitas Perusahaan

Suatu perusahaan pada umumnya terdapat laporan laba rugi yang didalamnya terdapat unsur-unsur biaya operasi yang mempengaruhi laba rugi usaha suatu perusahaan. Apabila pendapatan yang lebih besar dari biaya operasi yang dikeluarkan maka akan terjadi laba usaha. dan apabila pendapatan usaha lebih kecil dari biaya operasi yang dikeluarkan maka akan terjadi rugi operasional atau terjadi penurunan pada laba yang akan didapatkan. agar perusahaan memperoleh laba maka perusahaan harus dapat menekan biaya operasional, dan demikian jelaslah terlihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi laba rugi usaha adalah biaya operasi.

Eugene Brigham / Joel F. Houston (2001 : 97 - 98) menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat mempelajari berbagai pos beban operasional untuk mencari jalan menurunkan biaya dalam rangka meningkatkan rentabilitas perusahaan, pada saat yang sama perusahaan dapat menganalisis pengaruh strategi pembiayaan alternatif menurunkan beban bunga dan resiko utang, tetapi tetap menggunakan reverage untuk menaikan tingkat pengembalian atas equitas”.

Biaya operasi suatu perusahaan dapat diartikan sebagai biaya yang terjadi dalam kaitannya dengan operasi pokok perusahaan untuk proses pencipataan pendapatan yang pada hakekatnya mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun.


(32)

Maka dapat dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola biaya operasi perusahaan dapat diukur dalam suatu biaya operasi dalam menghasilkan laba, pengelolaan biaya operasi tersebut membuat perusahaan harus benar-benar mengetahui besarnya biaya operasi yang akan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sehingga tidak terjadi kelebihan pengeluaran biaya operasi pada perusahaan tersebut, karena jika hal ini terjadi maka akan mempengaruhi penurunan profitabilitas atau perusahaan tidak dapat menaikan laba secara maksimal.

2.1.5 Studi Empiris Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Ahmad Jajuli (2008)

Rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas pada PT. Kereta

Api (Persero) Bandung adalah NetProfit Margin, Net Profit Margin adalah Rasio

yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Berdasarkan perhitungan profitabilitas dapat dilihat bahwa profitabilitas PT. Kereta Api (Persero) Bandung.

Dari hasil analisis yang penulis lakukan dengan menggunakan korelasi pearson didapat adanya pengaruh yang signifikan antara biaya pemeliharaan saran terhadap profitabilitas pada PT. Kereta Api (Persero) Bandung, artinya jika biaya pemeliharaan sarana naik maka profitabilitas akan turun, begitu pula sebaliknya jika biaya pemeliharaan turun maka profitabilitas akan naik.


(33)

2. Penelitian Sandi Saputra (2006)

Penelitian Sandi Saputra menguji rasio keuangan dengan menggunakan Return On equity (ROE), dan ada juga variabe l- variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

Variebel (x) : Aktiva Lancar, Hutang Lancar.

Variabel (y) : Laba bersih, Rata-rata Modal (Equity).

Dan hasilnya dapat berpengaruh positif atau memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Return On Equity (ROE).

2.2 Kerangka Pemikiran

Tercapainya tujuan perusahaan merupakan salah satu ukuran keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang bertujuan mencari laba akan berusaha mendapatkan laba yang optimal, sedangkan perusahaan yang tidak bertujuan mencari laba akan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk perusahaan yang tidak bertujuan mencari laba melainkan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat, perusahaan tersebut tetap harus dapat menciptakan laba, untuk memenuhi biaya operasionalnya dalam rangka meningkatkan profitabilitas sekaligus memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Biaya-biaya operasi merupakan biaya-biaya anggaran untuk melaksanakan proses operasi. Hal tersebut ada apabila ada target, seperti peningkatan profitabilitas. Upaya peningkatan profitabilitas dipengaruhi oleh biaya operasi yang mana berfungsi sebagai biaya anggaran untuk proses pencapaian target tujuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan yang materiil, maka perlu dianalisis penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, agar dapat dilakukan


(34)

tindakan korektif sehingga manajemen tidak mengulangi kesalahan yang sama dan meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang.

Tabel 2.1 Studi Empiris Dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Judul Varabel dan Alat Analisis Subjek

Penelitian Kesimpulan Persamaan Perbedaan 1 Ahm ad Jajuli (2001)

"Pengaruh Biaya Pem eliharaan Sarana Terhadap

Profitabilitas Pada PT. Kereta Api (Persero) Bandung"

Variabel Bebas (x) : Pem elihar aan,

Penanganan Bahan. Variabel Terikat : EBIT, Penjualan. Alat Analisis : Analisis Linier Sederhana, Koefisien Kor elasi, Koefisien Deter m inasi

Perusahaan PT. KAI (Perser o) Bandung

Dari hasil analisis yang penulis lakukan dengan m enggunakan korelasi pearson didapat adanya pengaruh yang signifikan antara biaya pem elihar aan sar an terhadap prof itabilitas pada PT. Ker eta Api (Persero) Bandung, artinya jika biaya pem elihar aan sar ana naik m aka profitabilitas akan turun, begitu pula sebaliknya jika biaya pem elihar aan tur un m aka prof itabilitas akan naik.

Sam a-sam a m enganalisi s pengar uh rasio keuangan terhadap prediksi laba dim asa yang akan datang Rasio keuangan yang digunakan ahm ad Jajuli adalah korelasi person

2 Sandi Saput ra (2006) "Pengaruh M odal Kerja Bersih Terhadap Return On Equit y (ROE) Pada PT. Keret a Api (Perser o) Bandung"

Variabel (x) : Aktiva Lancar , Hut ang Lancar. Variabel (y) : Laba Bersih, Rata-rata M odal (Equity). Alat Analisis : Koef isien Korelasi, koefisien Det erm inasi.

Perusahaan PT. KAI (Perser o) Bandung

Dari hasil analisis terbukt i bahwa m odal kerja ber sih dapat berpengaruh posit if atau m em iliki pengaruh yang sangat kuat t erhadap Return On Equit y (ROE)

Sam a-sam a m enganalisi s pengar uh rasio keuangan terhadap prediksi laba dim asa yang akan datang Penelit i Sandi Saputr a m enganalis is dengan m enggunak an Ret urn On Equit y (ROE).


(35)

Operasi adalah suatu metode atau teknik terstandarisasi dari pembuatan produk yang dilaksanakan secara berulang-ulang dalam produksi. Sedangkan

pengertian dari biaya operasi menurut Jopie Yusuf (2006:33) adalah :

“ Biaya Operasi atau biaya operasional adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari”.

Sedangkan menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000:256) biaya

operasi adalah :

“ Biaya Operasi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan administrative dan penjualan dari suatu dari suatu perusahaan disebut juga non manufacturing expense Merupakan biaya periode yang

berkaitan dengan waktu bukan dengan produk biaya ini dibagi atas biaya penjualan dan biaya administrasi umum”.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa biaya operasi itu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas perusahaan guna mencapai tujuan dari perusahaan tersebut.

Seperti halnya penghasilan, maka berdasarkan hubungannya dengan kegiatan utama perusahaan, biaya juga dikelompokan menjadi 2, yaitu biaya usaha dan biaya diluar usaha. Biaya usaha atau biaya operasional (operational

expences) adalah biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan utama

perusahaan. Ditinjau dari segi tujuannya, maka terjadinya biaya usaha ini adalah dalam rangka usaha untuk memperoleh penghasilan usaha.


(36)

Menurut Suparwoto, indikator biaya operasi adalah sebagai berikut:

1. Harga pokok penjualan.

2. Biaya pemasaran.

3. Biaya administrasi dan umum.

Dari penjelasan diatas, maka jelas bahwa biaya operasi dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan profitabilitas yang diupayakan oleh perusahaan. Dengan adanya biaya operasi, perusahaan diharapkan dapat menggunakan dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dengan lebih efisien tanpa mempengaruhi tingkat efektifitas usahanya.

Pada perusahaan yang profit oriented, salah satu indikator yang

menunjukan sehat tidaknya keuangan dan pengelolaan suatu perusahaan adalah

kemampuan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba (profit).

Laba merupakan hasil dari kebijakan dan keputusan dari manajemen. Rasio keuntungan (rasio profitabilitas) akan digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan tersebut.

Menurut Bambang Riyanto (2001:336), defenisi rasio profitabilitas

adalah sebagai berikut :

“ Rasio-rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan“.

Dalam bukunya, Bambang Riyanto (2001:336) Menyatakan bahwa,


(37)

ROA = EBIT Total Assets

Dimana :

ROA = Return On Assets

EBIT = Laba sebelum pajak

Total Assets = Total Aktiva

Biaya operasi yang dimaksud dalam hal ini adalah rasio tentang perbandingan antara harga pokok barang terjual ditambah biaya operasi dengan penjualan. Sedangkan tingkat profitabilitas yang dipergunakan adalah rasio laba operasi terhadap total aktiva.

Biaya operasi yang diperoleh dari perputaran barang atau produk yang diserahkan kepada pelanggan. Periode perputaran biaya operasi dimulai sejak awal pembukuan sampai akhir periode tersebut atau selama satu tahun periode. Metode atau teknik yang digunakan sudah terstandarisasi dari pembuatan produk yang dilaksanakan secara berulang-ulang dalam produksi. Semakin tinggi nilai rasio ini maka akan menunjukan keadaan yang kurang baik bagi perusahaan, karena hal ini berarti biaya-biaya operasi juga naik, sehingga kemungkinan laba yang kan diperoleh akan kecil. Lamanya periode perputaran dari biaya operasi ini tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen biaya operasi tersebut.

Penentuan tingkat yang layak dari biaya operasi yang dibiayai oleh hutang berkaitan dengan keputusan-keputusan mendasar yang dalam hal ini menyangkut


(38)

tingkat profitabilitas perusahaan. Semakin besar biaya operasi yang dibutuhkan maka semakin besar hutang untuk mendanai kebutuhan tersebut akibatnya semakin besar jumlah beban usaha yang akan ditanggung perusahaan, sebaliknya semakin kecil biaya operasi yang dibutuhkan untuk mendanai biaya operasi akibatnya semakin kecil beban usaha yang harus dibayar oleh perusahaan.

Eugene Brigham / Joel F. Houston (2001 : 97 - 98) menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat mempelajari berbagai pos beban operasional untuk mencari jalan menurunkan biaya dalam rangka meningkatkan rentabilitas perusahaan, pada saat yang sama perusahaan dapat menganalisis pengaruh strategi pembiayaan alternatif menurunkan beban bunga dan resiko utang, tetapi tetap menggunakan reverage untuk menaikan tingkat pengembalian atas equitas”.

Berdasarkan uraian diatas maka biaya operasi berpengaruh terhadap profitabilitas, maka penulis menggambarkan hubungan tersebut dalam pradigma penelitian sebagai berikut :

Biaya Operasi : Variabel X Biaya Operasi:

 Harga pokok

penjualan.

 Biaya pemasaran.

 Biaya administrasi

dan umum. Suparwoto (2001:56)

Profitabilitas : Variabel Y

ROA :

 Laba sebelum pajak

 Total aktiva

Bambang Riyanto (2001:336)


(39)

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang dibuat didasarkan kerangka teori atau model analisis. Kadang-kadang hipotesis merupakan jawaban pertanyaan penelitian.

Berdasarkan paradigma penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis dalam hal ini merumuskan hipotesis sementara yaitu bahwa “Biaya operasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas”


(40)

33 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pada penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung”. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Stasiun Timur No.14 Bandung 40181.

Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya Operasi sebagai variabel bebas (independent variable)

2. Profitabilitas sebagai variabel terikat (dependent variable)

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Tujuan dari metode deskriptif kuantitatif ini yaitu membuat suatu uraian yang sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya. Penelitian ini juga menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang di olah dengan menggunakan metode statistika.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan biaya operasi dan profitabilitas pada PT. Kereta Api. Metode kuantitatif digunakan


(41)

untuk menguji kebenaran hipotesis yaitu biaya operasi berpengaruh terhadap profitabilitas.

3.2.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi yang penulis pilih yaitu “Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Profitabilitas Pada PT. Kereta Api (Persero) Bandung, maka langkah-langkah yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data mengenai biaya operasi pada PT. Kereta Api

(Persero) Bandung.

2. Mengumpulkan dan menganalisis data-data mengenai kemampuan

PT. Kereta Api (Persero) Bandung dalam kegiatan meningkatkan Profitabilitasnya.

3. Melakukan uji hipotesis untuk membuktikan biaya operasi akan

berpengahuh terhadap profitabilitas perusahaan.

4. Membuat kesimpulan-kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan judul skripsi yang penulis kemukakan yaitu “Pengaruh Biaya Operasi Terhadap Profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung”, maka dapat ditentukan dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel X atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi Variabel Y. Variabel X yang digunakan dalam penelitian adalah biaya operasi.


(42)

2. Variabel Y atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi Variabel X. Variabel Y yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas.

Untuk lebih jelasnya, penjabaran kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Sumber Data

Biaya Operasi Variabel (X)

Biaya Operasi atau biaya operasional adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari. Jopie Yusuf (2006:33)

 Harga pokok penjualan.

 Biaya pemasaran.

 Biaya administrasi dan umum.

Rasio Laporan Keuangan tahun 2003 - 2009 Pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung. Profitabilitas Varibel (Y) Rasio-rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.

Bambang Riyanto (2001:336)

 Laba Sebelum Pajak.

 Total Aktiva.

ROA =

EBIT Total Assets

Rasio Laporan Keuangan tahun 2003 - 2009 Pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.


(43)

3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2007 : 55) adalah sebagai berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah Data Laporan Keuangan PT. Kereta Api (Persero) DAOP II Bandung.

3.2.3.2 Sampel

Pengertian sampel menurut menurut Sugiyono (2007 : 55) adalah sebagai berikut : “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam pemilihan data penelitian ini

menggunakan non probability sampling. Non probability sampling sendiri

merupakan teknik penarikan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dimana sampel diambil berdasarkan pada alasan dan kritera yang jelas. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah berupa data Laporan Laba/Rugi PT. Kereta Api (Persero) DAOP II Bandung, periode 2003 sampai dengan 2009.


(44)

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusaahaan (sumber data). Meliputi data mengenai tempat penelitian yaitu mengenai sejarah perusahaan, data mengenai variabel yang terkait dalam penelitian ini yaitu data mengenai pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas yang dilaksanakan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yang merupakan data pendukung, diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia dari buku-buku, majalah, atau lembaga ahlinya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dikumpulkan ada atau belum diolah menjadi data yang diperlukan untuk kepentingan analisis.

3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi, yaitu penelitian terhadap objek yang dijadikan sasaran penelitian dengan cara pengamatan dan pendataan.

2. Wawancara

Melakukan wawancara dengan pihak perusahaan dan pihak-pihak lain yang kompeten. Dari hasil wawancara tersebut, diharapkan terkumpul data mengenai pelaksanaan biaya operasi serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.


(45)

3. Studi Pustaka

Merupakan pengumpulan data untuk memperoleh data teoritis yang digunakan untuk membangun landasan teori yang kuat guna mendukung analisis yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, catatan kuliah ataupun majalah ekonomi, dan penerbitan berkala lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis

3.2.5.1Metode Analisis Data

Penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas adalah dengan menggunakan metode statistik yang diolah dari laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2009.

Dalam menganalisis perkembangan biaya operasi (Variabel X) pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). digunakan metode deskriptif komparatif yaitu metode yang dinyatakan secara deskriptif dengan membandingkan biaya operasi tahun yang bersangkutan dengan biaya operasi tahun sebelumnya.analisis ini digunakan untuk mengetahui perkembangan biaya operasi yang dikeluarkan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dari tahun 2003 sampai dengan 2009. besarnya biaya operasi yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). dapat mengurangi jumlah pendapatan sehingga kuntungan atau profitabilitas semakin menurun.


(46)

Sedangkan untuk mengukur profitabilitas (Variabel Y) pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). menggunakan perbandingan antara beban usaha dengan penjualan yang disebut dengan Operating Ratio.

Karena dependent variable (variabel Y) dipengaruhi oleh satu independent variable (variabel X), maka penulis menggunakan analisis regresi linear sederhana, analisis koefisien korelasi, dan analisis koefisien determinasi.

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mempelajari bentuk hubungan yang ada di antara variabel-variabel yang terlibat, sehingga dapat diketahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel independen. Analisis ini juga dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel independen.

Persamaan umum analisis regresi linear sederhana adalah sebagai berikut : Y = a + bX

Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

a =

 

 

 

 

2

 

2 2 x x n xy x x y        

b =

 

   

 

2 2 x x n y x xy n        Dimana :

Y = Variabel Dependen/profitabilitas a = Konstanta (harga Y bila X = 0)


(47)

b = Koefisien Regresi (angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen)

x = Variabel independen/biaya operasi. (Sumber : Sugiyono, 2007 : 204)

2. Analisis Korelasi

Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen (biaya operasi) dengan variabel dependen (profitabilitas) yang diteliti. Apakah mempunyai hubungan yang kuat atau lemah. Kuat atau tidaknya hubungan antara variabel yang terlibat ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi. Adapun korelasi yang digunakan dalam analisis ini yaitu korelasi pearson product moment. Rumus yang digunakan yaitu :

rxy =

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n           Dimana:

rxy = Koefisien korelasi antara biaya operasi dengan profitabilitas

X = biaya operasi Y = Profitabilitas

n = jumlah periode yang digunakan (Sumber : Sugiyono, 2007 : 210)

Menurut Husein Umar (2004 : 134), ilai koefisien korelasi ( r ) selalu terletak antara -1 dan +1 (-1< r < +1)


(48)

r = +1 hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif sempurna antara variabel X dan variabel Y.

r = -1 hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif sempurna antara variabel X dan variabel Y.

r = 0 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y.

Untuk dapat menentukan penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut ini :

3. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan dalam kaitannya dengan penggunaan analisis korelasi pearson productmoment untuk melihat besar kecilnya pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas. Koefisien determinasi disebut juga koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui variabel independen.

Rumus untuk menentukan koefisien determinasi adalah : KD = r2

xy x 100%

Dimana :

KD = Koefisien Determinasi rxy = Koefisien Korelasi


(49)

3.2.5.2 Perancangan Pengujian Hipotesis

Husein umar (2004 : 104) mengemukakan pengertian hipotesis sebagai

berikut :

“Hipotesis merupakan suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan suatu hal dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya.”

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yang berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel X (biaya operasi) terhadap variabel Y (profitabilitas), maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : ρ≥ 0 : H0 diterima, artinya biaya operasi tidak berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

H1 : ρ ≤ 0 : H0 ditolak, artinya biaya operasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

ρ = Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Rumus yang digunakan dalam pengujian statistik ini adalah uji t. dimana uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu hipotesis yang dilakukan dapat diterima atau ditolak. Rumus dari uji t ini adalah :

t hitung= 2

1 2 r n r

 


(50)

Dimana :

t = t hitung

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Selanjutnya digunakan tabel distribusi “t” pada derajat kebebasan (dk) = n-2 untuk mengetahui ditolak atau tidaknya suatu hipotesis, dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut :

a. H0 diterima atau H1 ditolak apabila t tabel> t hitung yang berarti tidak ada

pengaruh antara kedua variabel.

b. H0 ditolak atau H1 diterima apabila apabila t tabel< t hitung yang berarti ada

pengaruh antara kedua variabel.

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dan H1

Berdasarkan pengujian hipotesis diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis yang dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, juga didukung oleh teori-teori yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti dalam penelitian skripsi yang dilakukan penulis.

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

- t tabel t tabel


(51)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Kereta Api (Persero) Bandung

Sejarah adalah kejadian dimasa lampau yang berkaitan dengan masa sekarang, dimana kejadian tersebut diyakini kebenaranya. Begitu pula halnya dengan sejarah perkembangan PT. Kereta Api (Persero) Bandung melewati beberapa peristiwa yang penting sejalan dengan Negara Republik Indonesia.

Menurut perkembangannya perkeretaapian di Indonesia mengalami berbagai tahap, antara lain :

a. Zaman Hindia Belanda

b. Zaman Pendudukan Jepang

c. Zaman Kemerdekaan Indonesia (1945-1950)

d. Zaman penyerahan kedaulatan (1950-Kini)

A. Zaman Hindia Belanda

Di Indonesia kereta api sudah dikenal sejak abad ke-19 dan dijalankan pertama kali tanggal 17 Juni 1868 antara Kota Semarang (Kemijen) dan Tanjung dengan jarak 26 Km, sebagai kelanjutan adanya perkeretaapian di Indonesia

dimulai dengan pemasangan lalu lintas Semarang-Surakarta oleh NISM (Nedelands Indische Spoorweg Matschappy).


(52)

Pencakulan pertama untuk memasang lalu lintas tersebut dilakukan oleh Gubernur Jendral Sloet Van Beele di Semarang pada tanggal 12 Februari 1870, seluruhnya telah dibuka dan dipasang untuk umum.

Lintas Jakarta-Bogor dimulai pemasangan pada tanggal 10 April 1868 dan selasai pada tahun 1873, pemasangan lalu lintas kereta apinya dilakukan oleh NISM kemudian diambil alih oleh SS (State Spoorwagon). Di Suimatra Barat pada bulan Juli 1891 telah dibuka Palu-Aer-Padang. Di Sumatra Utara telah

dipasang lalu lintas Labuan-Medan pada tanggal 25 Juli 1886 oleh DSM (Deli Spoorweg Matscchappy). Di Sumatra Selatan pada tanggal 1912 dimulai

dengan pemasangan Teluk Bentuk-Prabumulih, juga di Sulawesi pada tanggal 1 Julli 1923 telah dipasang lintas Kassar-Tekelar, disamping SS yang diusahakan oleh Hindia Belanda, terdapat juga 11 tempat perkeretaapian swasta di Jawa dan I di Semarang antara lain :

1. NV Nederlandsch Indische Spoorweg Matschappy (NISM)

2. NV Semarang Cherebon Straamtram Matschappy (SCS)

3. NV Semarang Joane Straamtram Matschappy (SJS)

4. NN Sarajoe Dal Straamtram Matschappy (SDS)

5. NV Oast Java Dal Straamtram Matschappy (SOS)

6. NV Modjokerto Straamtram Matschappy (MELSM)

7. NV Kediri Straamtram Matschappy (KSM)

8. NV Malang Straamtram Matschappy (MSM)

9. NV Pasuruan Straamtram Matschappy (PSM)


(53)

11.NV Madura Straamtram Matschappy (MDSM)

12.NV Deli Straamtram Matschappy (DSM).

Peranan perkeretaapian swasta sebagai prasarana perekonomian pada waktu itu menimbangi peranan usaha pemerintah dengan nama Staat Spoorweg (SS). Pemerintah Belanda memasang jaringan-jaringan di Jawa yang diarahkan pada tujuan penyempurnaan administrasi pemerintah dalam rangka menjamin Keamana pertahanan dalam negri. Pemasangan jaringa Kereta Api di Aceh dilaksanakan oleh Departemen Penerangan (Department Van Corleg). Pada tahun 1917 pengesahan beralih dari militer (Dept. Penerangan) kepada SS dengan tujuan untuk mengamankan hasil usaha yang dinamakan ”PASIFIRATIS”.

B. Zaman Pendudukan Jepang

Dengan datangnya bala tentara Jepang, maka semua perkeretaapian di Indonesia disatukan dalam satu pimpinan. Di Jawa berada dibawah Angktatan Darat (Riyuku) dan disumatra dibawah Angkatan Laut (Kaigun). Di Jawa dinamakan SIYUKU SOKYUKU dan kemudian TEKINDO KYUKU dibagi menjadi tiga daerah bagian, yaitu :

1. Barat (Soibu Kyuku)

2. Tengah (Khubu Kyuku)

3. Timur (Tehu Kyuku)

Masing-masing daerah tersebut diatas dibagi lagi dalam inspeksi (Zimusoho) yang masing-masing berdiri sendiri dengan nama Keto Sumatra

tetsudo (Aceh dan DSM), Seibu Sumatra Tetsudo (Jawa Barat), dan Nanbu Sumatra tetsudo (Sumatra selatan).


(54)

Secara resmi pimpinan pusat dipegang oleh pejabat sipil atau militer Jepang, meskipun pada kenyataannya pegawai bangsa Indonesia yang melaksanakan pekerjaanya.

C. Zaman Kemerdekaan Indonesia (1045 – 1950)

Di tahun 1945-1950 ini, seluruh rakyat Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan tanah airnya. Perusahaan Kereta Api dengan nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang lahirnya tanggal 28 September 1945 dari semula telah menunjukan dan membuktikan untuk perjuangan kemerdekaan ini.

Perjuangan para karyawan telah berhasil pula menyumbangkan jasa yang penting seperti :

1. Memudahkan anggota Republik Indonesia ke Yogyakarta

2. Angkutan Apsi

3. Angkutan beras untuk Indonesia

4. Angkutan rencana laskar ke Front

Pada masa itu juga berbagai kesulitan, hambatan, dan teknis operasional para karyawan yang secara improvisasi menutup kekurangan atau kebutuhan yang timbul.

D. Zaman Penyerahan Kedaulatan (1950-Kini)

Pada tanggal 25 Mei 1963 DKARI berubah menjadi PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) dimana pembiayaan untuk Kereta Api dilakukan


(55)

dana yang belum ada tujuannya, maka dana ini dipergunakan untuk keperluan PNKA.

Pada tanggal 15 September 1971 terjadi perubahan status dari PNKA menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), dan status pegawainya menjadi pegawai negri, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No. 44 dan No. 45 tahun 1974 pasal 23, yaitu bahwa PJKA merupakan unit organisasi dalam lingkungan Departemen Perhubungan, dimana kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi diatur sendiri. Namun Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 1971 baru terealisasi setelah dikeluarkan Surat Keputusan bersama antara Menkeu dan Menhub No.127/KMK/07/1979/KM.96/LD.302/PHB/79, juga dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri Perhubungan No.SK,33/01.002/PHB/1979 yaitu mengenai pembentukan panitia likuidasi PNKA, maka tanggal 1 April 1979 secara resmi PNKA berubah menjadi PJKA.

Pada tanggal 23 Februari 1991 secara remi berubah status menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Perubahan ini berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No.8 tahun 1991.

Menurut mentri perhubungan menimbang bahwa perubahan status bentuk

usaha, Perusahaan Jawatan Kereta Api menjadi Perusahaan Kereta Api (PERUM) berdasarklan peraturan pemerintah No.57 tahun 1990 dipandang perlu

merumuskan tugas, fungsi, dan susunan organisasi perusahaan dan pelayanan kereta Api. Sehubungan dengan alasan pengalihan bentuk PERJAN menjadi PERUM, pemerintah memandang perlu ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.19/1998 tanggal 3 Februari 1998, Keputusan Presiden No.38/1999 tanggal 17


(56)

Mei 1999 dan Akta Notaris Imas Fatimah, Sh No.2 tanggal 1 Juni 1999, Perusahaan Umum Kereta Api berubah manjadi PT. Kereta Api (Persero).

4.1.2 Visi dan Misi PT. Kereta Api (Persero) Bandung

Visi dari PT. Kereta Api (Persero) Bandung adalah terwujudnya Kereta Api sebagai pilihan utama jasa transportasi, yang mengutamakan

- Semua lapisan masyarakat sebagai pelanggan. - Terdepan dalam keselamatan dan keandalan. - Karyawan bangga dan sejahtera.

- Keuangan Perusahaan Kuat

Misi dari PT. Kereta Api (Persero) Bandung adalah mewujudkan jasa pelayanan transportasi massal dengan menghasilkan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan penugasan pemerintah, tingkat keselamatan dan pelayanan yang semakin tinggi dan penyelenggaraan semakin efisien.

4.1.3 Struktur Organisasi PT. Kereta Api (Persero)

Semakin banyaknya jasa transportasi di Indonesia menuntut perubahan baik dari segi kelayakan bisnis maupun pelayanan, yang pada gilirannya membawa pengaruh bagi organisai perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu diadakan perubahan struktur organisasi secara bertahap, hal ini mengarah kepada struktur organisasi perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut ini Struktur Organisasi yang terdapat pada PT. Kereta Api (Persero):

1. Direktorat keuangan

Direktorat Keuangan adalah satuan organisasi dilingkungan Kantor Pusat PT. Kereta Api (Persero). Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktor


(57)

sebagai anggota Direksi yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direktorat keuangan terdiri dari :

a. Sub Direktorat Anggaran

b. Sub Direktorat Administrasi Keuangan c. Sub Direktorat Akuntasi

d. Sub Direktotar Sediaan 2. Sub Direktorat Anggaran

Sub Direktorat Aggaran adalah satuan organisasi dilingkungan kantor pusat Kereta Api yang berada dibawah Direktorat Keuangan. Sub Direktorat Anggaran terdiri dari

a. Sub Direktorat Anggaran I b. Sub Direktorat Anggaran II c. Sub Direktorat Anggaran III d. Sub Direktorat Anggaran IV

3. Sub Direktorat Administrasi Keuangan

Sub Direktorat Administrasi Keuangan terdiri dari empat seksi, masing-masing dipimpin oleh seorang kepala seksi yaitu :

a. Seksi Bendahara Kantor Pusat

b. Seksi Evaluasi Pelaksanaan Pembayaran

c. Seksi Pengendalian dan Pendayagunaan Kas Perusahaan d. Seksi Asuransi dan PUKK


(58)

4. Sub Direktorat Akuntansi

Sub Direktorat Akuntansi terdiri dari empat seksi, masing-masing dipimpin oleh seorang kepala seksi yaitu terdiri darii :

a. Seksi Akuntansi Umum b. Seksi Akuntansi Biaya c. Seksi Verivikasi Kas d. Seksi Akuntansi Pendukung 5. Sub Direktorat Sediaan

Sub Direktorat Sediaan terdiri dari tiga seksi yaitu : a. Seksi Perencanaan Pengadaan

b. Seksi Pengendalian dan Distribusi

c. Seksi Informasi Sediaan. Untuk lebih struktur organisasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung, dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini :


(59)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung

(Sumber: PT.Kereta Api Indonesia (persero) Bandung. (Data 2010)

4.1.4 Deskripsi Jabatan I. Direktorat Keuangan

Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang direktur sebagai direksi yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direktur Keuangan mempunyai tugas pokok membina dan mengelola keuangan, serta memetapkan kebijakan tentang pendanaan, pendayagunaan keuangan dan akuntansi. DIREKTORAT KEUANGAN SUB. DIREKTORAT PENDANAAN SEKSI PERENCANAAN ANGGARAN DAN PENCARIAN SUM BER

DANA SEKSI PELAKSANAAN OTORITAS DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RKAP SEKSI PENGENDALIAN DISTRIBUSI DANA DAN TATA

USAHA KAS BESAR KANTOR PUSAT

SEKSI PERHITUNGAN PSO, IM O, TAC, TRANSAKSI

ANTAR UNIT USAHA DAN ANALISIS BIAYA

SUB. DIREKTORAT PENDAYAGUNAAN

KEUANGAN

SEKSI ADM INISTRASI ANGGARAN KANTOR PUSAT & PERARTURAN

KEUANGAN

SEKSI PENGESAHAN PEM BAYARAN

SEKSI PERPAJAKAN DAN ASURANSI

SEKSI ADM INISTRASI KEUANGAN UM UM

SUB. DIREKTORAT AKUNTANSI SEKSI SISTEM AKUNTANSI DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

SEKSI AKUNTANSI JAWA & PENGURUSAN BARANG INVENTARIS KEKAYAAN

M ILIK NEGARA

SEKSI LAPORAN KEUANGAN & PELAKSANAAN AKUNTANSI KANTOR

PUSAT

SEKSI VERIVIKASI KAS STASIUN


(60)

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana disebutkan diatas, Direktorat keuangan mempunyai fungsi :

1. Penatausahaan kas besar, perhitungan Public Service Obligation

(PSO), Infrastructure Maintanance and Operation (IMO), Track Acces Charge (TAC), transaksi antar unit usaha dan analisis perumusan dan penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), perencanaan kebutuhan dan pencairan sumber dana, pelaksanaan otorisasi dan pengendalian anggaran, distribusi dana, serta penatausahaan biaya.

2. Perumusan, penyusunan dan pengendalian peraturan keuangan dan

administrasi anggaran, pelaksanaan pengesahan anggaran, pelaksanaan pengesahan pembayaran, perhitungan penyelesaian dan pelaporan perpajakan, asuransi dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR), serta melaksanakan kesekretariatan Direktorat keuangan.

3. Perumusan dan penyusunan sistem dan prosedur akuntansi, penyusunan

laporan rugi / laba, pembuatan laporan keuangan, pembinaan akuntansi daerah, pelaksanaan buku kas stasiun, serta membina memeriksa kas, laporan keungan komplikasi DAOP di Jawa dan pengurusan barang inventaris.

Susunan Organisasi Direktorat Keuangan Terdiri dari :

a. Sub Direktorat Pendanaan

- Seksi Perencanaan Anggaran dan Pencarian Sumber Dana.


(61)

- Seksi Pengendalian, Distribusi Dana dan Tata Usaha Kas Besar Kantor Pusat.

- Seksi Perhitungan PSG, IMO, TAC, Transaksi Antar Unit Usaha

dan Analisis Biaya.

b. Sub Direktorat Pendayagunaan Keuangan

- Seksi Administrasi Anggaran Kantor Pusat dan Peraturan

Keuangan.

- Seksi Pengesahan Pembayaran.

- Seksi Perpajakan dan Asuransi.

- Seksi Administrasi Keuangan Umum.

c. Sub Direktorat Akuntansi

- Seksi Sistem Akuntansi dan Analisis Laporan Keuangan, Seksi

Akuntansi Jawa dan Pengurus Barang Inventaris Kelayakan Milik Negara.

- Seksi Laporan Keuangan dan pelaksanaan Akuntansi Kantor Pusat.

II. Direktorat Teknik

Direktorat teknik mempunyai tugas pokok merumuskan dan menyusun ketetapan kebijakan pembangunan, survei dan desain, standarisasi, kenaikan prasarana pokok dan sarana, pemeriharaan jalan rel dan jembatan, pemeliharaan asset tanah dan bangunan, pemeliharaan sinyal, telekomunikasi dan listrik, serta membawahi Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Balai Yasa Mekanik Jalan Rel, Balai Yasa Jembatan dan Balai Yasa Sinyal Telekomunikasi.


(1)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan biaya operasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan adanya penambahan biaya pada biaya pokok penjualan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup besar, serta meningkatnya biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum sebagai faktor pendukung yang mengakibatkan meningkatnya biaya operasi perusahaan. Namun apabila dilihat dari ketiga biaya operasi tersebut, maka biaya operasi yang mengalami peningkatan cukup besar pada setiap tahunnya adalah biaya pokok penjualan, sehingga perusahaan mengalami peningkatan biaya operasi pada setiap tahunnya.

2. Profitabilitas pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) secara umum masih mengahadapi kendala terutama dalam upaya menciptakan laba. Sehingga profitabilitas perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan penurunan tersebut terjadi karena tingkat perolehan laba sebelum pajak yang juga mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2003-2004 perusahaan mengalami kenaikan dan pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan yang cukup besar hal ini disebabkan karena


(2)

pendapatan perusahaan masih rendah, disamping itu pula terjadi pada penyusutan aktiva. Namun apabila dilihat dari laba sebelum pajak dan total aktiva pada perusahaan terjadi peningkatan dan penurunan yang besar sehingga perusahaan mengalami kerugian.

3. Berdasarkan hasil analisis Korelasi Pearson diketahui bahwa biaya operasi berpengaruh sangat kuat terhadap profitabilitas (Return On Assets) yang terjadi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Pengaruh antara biaya operasi dengan profitabilitas bernilai negatif (r = - 0,800), yang berarti semakin besar biaya operasi maka semakin kecil profitabilitas atau sebaliknya semakin kecil biaya operasi maka semakin besar profitabilitas. Sementara itu pengaruh biaya operasi terhadap profitabilitas (Return On

Assets) yaitu sebesar 64 % dan dan sisanya 36 % dipengaruhi oleh faktor

lain. Antara lain pendapatan yang diterima, biaya pokok penjualan dan biaya operasi lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa biaya operasi berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada Sub. Direktorat KC/CKB PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung.

5.2 Saran

Saran-saran yang bisa penulis kemukakan berkaitan dengan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Pihak perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung, sebaiknya dapat memperbaiki sistem biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaaan dengan cara pengelolaan biaya operasi dengan sebaik mungkin dengan demikian biaya operasi perusahaan dapat stabil tiap


(3)

74

tahunnya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) maka perusahaan harus mengambil langkah yang diperlukan demi kelangsungan perusahaan, yaitu dengan cara membentuk suatu tim restrukturisasi biaya yang lebih fokus dalam menganalisis permasalahan yang terjadi dan menanganinya dengan penyelesaian sebaik mungkin.

2. Untuk dapat menghasilkan profitabilitas yang besar maka PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus dapat mengoptimalkan potensi pasar yang ada melalui peningkatan pelayanan dan keamanan pada saat melakukan perjalanan kereta api sehingga dapat menarik masyarakat untuk menggunakan kereta api sebagai alat transportasi satu-satunya yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

3. Biaya operasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sangat berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus benar-benar mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik, serta meningkatkan sumber daya manusia yang handal dalam menjalankan perusahaan, sehingga biaya operasi dapat dikontrol dan tidak mengganggu kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba yang diharapkan perusahaan.


(4)

75

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan; Aplikasi Dan Teori, BPFE-Yogyakarta , BPFE-Yogyakarta.

Alimsyah dan Padji, 2006, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Rama Widya, Bandung.

Bambang Riyanto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Dewi Astuti, 2004, Manajemen Bisnis Modern Perusahaan, Liberty, Yogyakarta.

Dwi Prastowo & Juliaty Rifka, 2005, Analisis Laporam Keuangan Konsep dan Aplikasi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Eugene Brigham & Joel F. Houston, 2001, Manajemen Keuangan, PT. Rajawali, Jakarta.

Henry Simamora, 2001, Akutansi Basis Pengambilan Keputusan, Salemba Empat, Jakarta.

Jonathan Sarwono, 2006, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. CV. Andi Offset,Yogyakarta.

Jopie Yusuf, 2006, Ananlisis Kredit Untuk Account Officer, Cetakan Ketujuh, Penerbit Ikror Mandiri Abadi, PT. Jakarta.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Biaya, Cetakan Ketujuh, Penerbit Institut Bankir Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, 2003, Activity Based Cost System, System Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya, Edisi Keenam, penerbit, UPP AMP YPKN, Yogyakarta.

S. Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Liberty,Yogyakarta.

Sofyan Syafri Harahap, 2007, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(5)

76

Sutrisno, 2000, Manajemen Keuangan, PT. Rajawali Pres, Jakarta.


(6)

Nim : 21203033

Kelas : MN-I (Keuangan) Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 16 july 1985

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi

Alamat : Jl. Lengkong Besar Gg. Purawinata No 21 B Bandung

Phone : 022-92285716

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1991 – 1997 : SDN MERDEKA 5 BANDUNG 1997 – 2000 : SLTP PASUNDAN 1 BANDUNG 2000 – 2003 : SMU PASUNDAN 1 BANDUNG

2003 – 2010 : UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 40132

Bandung, Juli 2010 Mahasiswa Yang Bersangkutan

Angky Rivai 21203033