dM R
L
∫
+ =
2 2
dM R
dM L
∫ ∫
+ =
2 2
∫ ∫
+ =
d P
R R
R L
ρ π
ρ π
2 2
2 2
2
dL R
dR R
P dL
L R
∫ ∫
+ =
3 2
2
2 2
ρ π
ρ π
⎟ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎜
⎝ ⎛
+ ⎟⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎜ ⎝
⎛ =
R
R P
L R
4 2
3 2
4 1
2 3
1 2
ρ π
ρ π
p
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
+ ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ =
4 2
12 2
2
2 2
2 2
R P
R P
P R
ρ π
ρ π
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
+ =
2 12
2 2
R P
M
Sehingga momen inersia batang dapat dicari dengan persamaan
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
+ =
2 12
2 2
b b
b b
R P
M I
2.29
dengan I
b
adalah momen inersia batang, M
b
ialah massa batang, P
b
adalah panjang batang, dan R
b
merupakan radius penampang batang.
2.3.4 Jarak Kedua Benda d
latif sulit karena antara kedua benda dibatasi oleh kotak pelindung neraca. Jarak tersebut dihitung
menggunakan hubungan cosinus sudut α.
Untuk mengukur jarak kedua benda secara langsung re
Jika jarak kedua benda sebelum tarik-menarik d dinyatakan sebagai α
cos 2
2 2
2
c b
c b
d −
+ =
Gambar 2.5. Posisi kedua pasang benda
, batang neraca berput sejauh
, sehingga sudut apit menjadi
α - θ. Jadi persamaan untuk mengtung besarnya jarak kedua benda setelah tarik-menarik adalah
Pada eksperimen perbedaan antara d dan d sangat kecil karena sudut penyimpangan nerac
gan sudut α. Untuk
enghitung jarak sesudah tarik menarik menggunakan persamaan
dan α merupakan sudut antara b dan c.
sudut θ, untuk
melakukan pengukuran secara langsung sang eksperimen supaya sudut dapat teramati, dengan mengarahkan sinar laser pada
Setelah tarik-menarik ar
θ
cos 2
2 2
2
θ α −
− +
= c
b c
b d
a θ sangat kecil jika dibandingkan den
m α
cos 2
2 2
2
c b
c b
d −
+ =
2.30 dimana d adalah jarak kedua benda, b adalah jarak bola ke pusat rotasi, c adalah
jarak silinder ke pusat rotasi,
2.3.5 Sudut Penyimpangan Neraca θ
Besarnya sudut yang terbentuk oleh neraca akibat gaya tarik-menarik disebut dengan sudut penyimpangan neraca
θ. Karena kecilnya at sulit. Cara yang digunakan dalam
M M
m
d’ c
m
b o
M b
c d
θ
α PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebuah cermin yang diletakkan pada neraca. Sehingga setiap gerak neraca dapat diamati melalui pantulan sinar laser pada layar.
Gambar 2.6. Posisi awal neraca, kedua bola dan jalannya sinar Jika bola M digeser mendekati neraca maka neraca akan berotasi mendekati M
sejauh θ seperti yang terlihat dibawah ini
1
Gambar 2.7. Jalannya sinar setelah terjadi tarik-menarik pertama
antul
ng, sinar pantul dan gari da pada satu b
n datar. Jika neraca berotasi dengan sudut se
normal cermin akan berubah sejauh
θ juga. Sinar datang terhadap garis normal yang baru membentuk sudut θ pada posisi awal sinar datang, garis normal dan sinar pantul berimpit sehingga
Pada cermin berlaku Hukum Snellius Alonso dan Finn, 1992 yaitu 1.
Sudut datang sama dengan sudut p θ
r
= θ
i
2. Sinar data
s normal bera ida g
besar θ, garis
2 3
4 Y
α θ
Sinar datang Sinar pantul
1 = Cermin 2 = Neraca
3 = Bola 4 = Layar
Y= jarak cermin ke layar
θ θ
x
1
sinar pantul membentuk sudut θ terhadap garis normal yang baru. Jadi sudut yang
terbentuk oleh sinar datang dan sinar patul sebesar 2 θ.
Bila bola
M r ke kiri sejauh
α yang sama saat digeser ke kanan dari pos
Gambar 2.8. Jalannya sinar setelah terjadi tarik-menarik kedua
Dari Gambar 2.9 telihat bahwa lebar X merupakan sisi berhadapan dengan sudut
digese isi awal, neraca akan berotasi sejauh
θ. Jalannya sinar seperti pada gambar 2.8
Dari dua kali pergeseran ke arah yang berlawanan, besarnya pergeseran sinar pantul X dapat dilihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Jalannya sinar setelah terjadi dua kali tarik-menarik
4 θ sehingga
Y X
= θ
4 tan
Karena sudut sangat kecil, maka
Y X
= θ
4
Y 4
X =
θ 2.31
dimana X adalah jarak pergeseran sinar pantul m, dan Y adalah jarak antara laser ke cermin m
2 θ
2 θ
X θ
θ
Sinar pantul Sinar datang
α x
2
Y PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN