Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bakso CV. Semar Bandung
ii
Under Tuition: Elvira Azis, SE., MT
Halal labeling which in principle is a label that informs the user that the product is labeled, that their products really kosher and nutrients they contain do not contain elements which are forbidden by sharia so that the product should be consumed. The existence of issues related to products containing borax meatballs and pork mixture in the treatment process resulted in the Muslim consumers are reluctant to eat meatballs. These issues impact the industry CV meatballs. Semar which resulted in decreased sales of meatballs. Based on the description above, the writer is interested to conduct research on the influence of halal labeling to purchasing decisions at meatballs CV. Semar Bandung.
The method used by writer is descriptive and verification method of analysis with quantitative and qualitative approach, ie a result that is then processed, analyzed and conclusions drawn. The quantitative method means that research is research that emphasizes the analysis of numerical data (numbers). While qualitative methods research is research that emphasizes the facts that existed in the field and then constructed a hypothesis or theory.
Based on the research and discussion by the author, it can be proved that labeling kosher (variable X) to give the effect as 28.6% of the purchase decision (variable Y). While the rest equal to 71.4% purchase decision can be explained by other variables not examined by the authors.
(2)
i
Dibawah bimbingan: Elvira Azis, SE., MT
Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Adanya isu-isu yang berkaitan dengan produk bakso yang mengandung borak dan campuran daging babi dalam proses pengolahannya mengakibatkan konsumen muslim enggan untuk mengkonsumsi bakso. Masalah tersebut berdampak pula pada industri bakso CV. Semar yang mengakibatkan penjualan bakso mengalami penurunan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian pada bakso CV. Semar Bandung
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaituadalah metode deskriptif dan verifikatif analisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya. Metode kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka). Sedangkan metode kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan pada fakta-fakta yang ditemui di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan, maka dapat dibuktikan bahwa labelisasi halal (variabel X) memberikan pengaruh sebesar 28,6% terhadap keputusan pembelian (variabel Y). Sedangkan sisanya sebesar 71,4% keputusan pembelian dapat diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti oleh penulis.
(3)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola konsumsi mereka. Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantumkan label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang (LPPOM-MUI) untuk diklasifikasikan kedalam produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya
Pemahaman yang semakin baik tentang agama makin membuat konsumen Muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi. Khusus di Indonesia, konsumen Muslim dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen Muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal tersebut dapat memberi label pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan
(4)
kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen Muslim.
Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolak ukur untuk konsumen Muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan konsumen Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan begitu akan ada produk yang pilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Konsumen Muslim sendiri juga bukan tanpa kesulitan untuk memilah produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal ini berkaitan dengan masalah teknis dalam memeriksa kehalalan suatu produk, seperti uji kimia, pengamatan proses serta pemeriksaan kandungan produk.
Adanya LPPOM-MUI dapat membantu masyarakat memudahkan proses pemeriksaan kehalalan suatu produk. Dengan mendaftarkan produk untuk diaudit keabsahan halal-nya oleh LPPOM-MUI sehingga produknya bisa mencantumkan
(5)
label halal dan hal itu berarti produk tersebut telah halal untuk dikonsumsi umat Muslim dan hilanglah rintangan yang membatasi produk dengan konsumen Muslim. Hal ini berarti peluang pasar yang sangat besar dapat terbuka. Dengan adanya label halal ini konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Secara teori maka, untuk para pemeluk agama Islam yang taat pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah makanan halal yang diwakili dengan label halal.
Ketidakadaan label itu akan membuat konsumen muslim berhati-hati dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut. Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran. Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Dirjen POM (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan) Departemen Republik Indonesia, mewajibkan para produsen-produsen produk makanan untuk mencantumkan label tambahan yang memuat informasi tentang kandungan (ingredient) dari produk makanan tersebut. Dengan begitu konsumen dapat memperoleh sedikit informasi yang dapat membantu mereka untuk menentukan sendiri kehalalan suatu produk. Kondisi masyarakat muslim yang menjadi konsumen dari produk-produk makanan yang beredar dipasar, namun mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka konsumsi selama ini. Sebagai orang islam yang memiliki aturan yang sangat jelas tentang halal dan haram, seharusnya konsumen muslim terlindungi dari
(6)
produk-produk yang tidak halal atau tidak jelas kehalalannya. LP0OM-MUI memberikan sertifikat halal pada produk-produk yang lolos audit sehingga produk tersebut dapat dipasang label halal pada kemasannya dengan demikian masyarakat dapat mengkonsumsi produk tersebut dengan aman.
Kenyataan yang berlaku pada saat ini adalah bahwa LPPOM-MUI memberikan sertifikat halal kepada produsen-produsen obat dan makanan yang secara sukarela mendaftarkan produknya untuk diaudit LPPOM-MUI. Dengan begitu produk yang beredar dikalangan konsumen muslim bukanlah produk-produk yang secara keseluruhan memiliki label halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar dimasyarakat belum memiliki sertifikat halal yang diawali dengan label halal yang ada pada kemasan produknya. Dengan demikian konsumen muslim akan dihadapkan pada produk-produk halal yang diwakili dengan label halal yang ada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada kemasannya sehingga diragukan kehalalan produk tersebut. Maka keputusan untuk membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen sendiri.
Realitas ini menyadarkan umat Islam bahwa untuk mengetahui kehalalan suatu produk membutuhkan pengkajian dan penelitian yang mendalam. Berangkat dari hal tersebut dikembangkan sistem sertifikasi halal yang outputnya adalah diterbitkannya sertifikat halal untuk produk-produk yang telah memenuhi standar halal. Dengan adanya sertifikat halal dimaksudkan agar konsumen muslim terlindungi dari produk-produk yang tidak halal.
(7)
CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung yang mempunyai sertifikasi halal dan mencantumkan label halal dalam kemasannya, bermula dari usaha rumahan (home industry) dan di tahun 2008 membentuk badan usaha CV. Adanya isu-isu yang berkaitan dengan produk bakso yang mengandung borak dan campuran daging babi dalam proses pengolahannya mengakibatkan konsumen muslim enggan untuk mengkonsumsi bakso. Masalah tersebut berdampak pula pada industri bakso CV. Semar yang mengakibatkan penjualan bakso mengalami penurunan. Namun setelah industri bakso CV. Semar mendaftarkan produknya tahun 2008 untuk mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM-MUI, kemudian mencantumkan label halal dalam kemasan produknya. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat meyakinkan konsumen muslim dalam mengkonsumsi bakso khususnya bakso yang diproduksi oleh industri bakso CV. Semar adalah bakso yang halal dan aman untuk di konsumsi, terkait dengan adanya isu pengoplosan daging sapi dan daging babi.
Survey lapangan yang telah penulis lakukan kepada 63 orang pelanggan bakso CV. Semar hasilnya yaitu hampir setiap orang yang diwawancarai mengemukakan pendapatnya bahwa dengan adanya label halal pada kemasan yang ada di makanan bakso CV. Semar membuat para konsumen muslim merasa aman dan yakin untuk mengkonsumsi produk bakso CV. Semar karena bagi mereka hal tersebut merupakan bagian dari prinsip hidup konsumen muslim.
(8)
Tabel 1.1
Tingkat penjualan tahun 2008 ( sebelum memiliki labelisasi halal)
No. Bulan Quantity Penjualan (Rp)
1. Januari 58236 18.564.750
2. Februari 55394 17.658.750
3. Maret 53347 17.006.250
4. April 59184 18.867.000
5. Mei 57043 18.184.500
6. Juni 56389 17.976.000
7. Juli 52069 16.599.000
8. Agustus 79044 25.197.750
9. September 102485 32.669.250
10. Oktober 69395 22.122.000
11. November 58047 18.504.750
12. Desember 60643 19.331.250
Tingkat Penjualan tahun 2009 761284 242.681.250 Sumber: Rekapitulasi Penjualan Tahun 2008 CV. Semar
Tabel 1.2
Tingkat penjualan tahun 2009 (sesudah memiliki labelisasi halal)
No. Bulan Quantity Penjualan (Rp)
1. Januari 77648 24.753.000
2. Februari 73859 23.545.000
3. Maret 71130 22.675.000
4. April 78913 25.156.000
5. Mei 76058 24.246.000
6. Juni 75186 23.968.000
7. Juli 69426 22.132.000
8. Agustus 105392 33.597.000
9. September 136647 43.559.000
10. Oktober 92527 29.496.000
11. November 77397 24.673.000
12. Desember 80858 25.775.000
Tingkat Penjualan tahun 2009 1015046 323.575.000 Sumber: Rekapitulasi Penjualan Tahun 2009 CV. Semar
(9)
Dari tabel 1.1 dan tabel 1.2 diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan penjualan setelah adanya sertifikasi halal dan pencantuman label halal pada tahun 2008 sampai tahun 2009 rata-rata sebesar 25% yang mengakibatkan pendapatan CV. Semar bertambah dari Rp. 242.681.250,00 menjadi Rp. 323.575.000,00.
Dari sisi produsen sertifikat halal mempunyai peran antara lain; (1) sebagai pertanggungjawaban produsen kepada konsumen muslim, mengingat masalah halal merupakan bagian dari prinsip hidup muslim, (2) meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen, (3) meningkatkan citra dan daya saing perusahaan, dan (4) sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area pemasaran.
Pengertian halal menurut Departemen agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No. 518 Tahun 2001 Tentang pemeriksaan dan Penerapan Pangan halal adalah: “ tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.” Dengan demikian Label Halal adalah label yang diberikan kepada produk-produk yang telah memenuhi kriteria halal menurut agama Islam. Perusahaan-perusahaan yang mencantumkan produknya dengan label halal Perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan proses halal pada produknya.
Dalam teorinya Menurut Berman dan Evans (1998:216) keputusan konsumen meliputi keputusan untuk menentukan apakah akan membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dari siapa dan seberapa sering membeli barang atau jasa. Perilaku
(10)
pembelian konsumen dibentuk karakteristik individu yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dalam hal ini unsur agama termasuk kedalam faktor budaya.
Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas disertai bukti ilmiah bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian konsumen, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah. Penulis memberikan judul pada penelitian ini adalah “Pengaruh Labelisasi Halalterhadap Keputusan Pembelian Bakso CV. Semar”
1.2 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah pokok yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
Adanya isu-isu yang berkaitan dengan produk bakso yang mengandung borak dan campuran daging babi dalam proses pengolahannya mengakibatkan konsumen muslim enggan untuk mengkonsumsi bakso. Masalah tersebut berdampak pula pada industri bakso CV. Semar yang mengakibatkan penjualan bakso mengalami penurunan. Namun setelah industri bakso CV. Semar mendaftarkan produknya tahun 2008 untuk mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM-MUI, kemudian mencantumkan label halal dalam kemasan produknya. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat meyakinkan konsumen muslim dalam mengkonsumsi bakso khususnya bakso yang diproduksi oleh industri bakso CV. Semar adalah bakso yang halal dan aman untuk di konsumsi, terkait dengan adanya isu pengoplosan daging sapi dan daging babi. Dengan demikian CV. Semar mengalami peningkatan penjualan setelah
(11)
mempunyai sertifikasi halal dan mencantumkan label halal pada kemasannya yang berdampak pula terhadap pendapatan yang diperoleh CV. Semar.
1.2.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti:
1. Bagaimana pengaruh labelisasi halal pada CV. Semar 2. Bagaimana keputusan pembelian Bakso CV. Semar
3. Bagaimana langkah-langkah dalam meningkatkan usaha bisnisnya dilihat dari Labelisasi Halal pada Bakso CV. Semar
4. Bagaimana pengaruh labelisasi halal tersebut terhadap keputusan pembelian Bakso CV. Semar
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data serta menginterpresentasikannya akan digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang akan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh jenjang sarjana Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal pada CV. Semar
(12)
2. Untuk mengetahui keputusan pembelian Bakso CV. Semar
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam meningkatkan usaha bisnisnya dilihat dari Labelisasi Halal pada Bakso CV. Semar
4. Untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal tersebut terhadap keputusan pembelian Bakso CV. Semar
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Akademis
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis mengharapkan adanya kegunaan yang didapat, diantaranya:
1. Pengembangan ilmu
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang bisnis.
2. Penulis lainnya
Hasil penulisan ini mudah-mudahan dapat menjadi gambaran bagi penulis lain yang membutuhkan informasi tentang pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian.
3. Penulis
Diharapkan dapat digunakan / dipergunakan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai manajemen bisnis terutama pada masalah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian. Serta sebagai bahan
(13)
perbandingan antara teori yang didapat dalam bangku kuliah dengan pelaksanaan dilapangan.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Perusahaan
Manfaat bagi perusahaan adalah mengetahui tanggapan konsumen mengenai labelisasi halal pada produknya dan mengetahui bagaimana pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha melabelisasikan produknya dengan label halal dimasa yang akan datang.
2. Pihak lain
Tulisan yang dibuat penulis diharapkan akan berguna dan mudah-mudahan dapat menjadi tambahan informasi bagi pihak terkait yang disini adalah konsumen muslim dari produk bakso CV. Semar yang membutuhkan informasi mengenai labelisasi halal terhadap keputusan pembelian.
1.5 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi yang penulis pakai sebagai bahan penelitian yaitu di CV. SEMAR Jl. Caringin-Cikungkurak 178 Bandung. Dan jadwal pelaksanaannya mulai bulan April sampai Mei.
(14)
Tabel 1.3
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
KETERANGAN
BULAN
APRIL MEI JUNI JULI
Minggu Ke
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1.Penelitian
Pendahuluan 2.Penulisan Usulan Penelitian
3.Pengumpulan Data 4.Pengolahan Data dan Analisis Data 5.Penulisan Laporan
(15)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Budaya
Budaya adalah yang paling utama dan paling flandamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang akan mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarga dan lembaga-lembaga lainnya. Seseorang yang berasal dari Negara maju pasti akan mendapatkan nilai-nilai seperti kemajuan, materi, individualisme dan kebebasan diri.
Budaya memperlengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa dari sikap perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh budaya adalah sebagai berikut: rasa diri dan ruang, komunikasi dan bahasa, pakaian dan penampilan, makanan dan kebiasaan makan, waktu dan akan kesadaran waktu, hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah dan sebagainya), nilai dan norma, kepercayaan dan sikap, proses mental dan pembelajaran, kebiasaan kerja dan praktek.
Budaya, bersama dengan unsur-unsur lain dari lingkungan, memberi dsampak pada semua tahap pengambilan keputusan konsumen. Budaya mempengaruhi penggerak yang memotivasi orang untuk mengambil tindakan yang lebih jauh – bahkan untuk motif yang bermacam-macam seperti kebebasan, kemampuan baca tulis, atau kegairahan. Budaya dari suatu masyarakat menentukan bentuk komunikasi
(16)
apa yang diizinkan sehubungan dengan masalah ini dan kerap sifat dan tingkat perilaku mencari yang dianggap sesuai dengan individu. Jadi budaya adalah determinan utama dari bagaimana keputusan konsumen dibuat.
2.1.1.1 Elemen Budaya
Budaya mencakupi baik, elemen abstrak maupum materil. Elemen abstrak mencakupi nilai, sikap, gagasan, tipe kepribadian, dan gagasan ringkasan seperti agama. Komponen material mencakupi benda-benda seperti buku, komputer, pelatihan, gedung, produk spesifik elemen material dari budaya kadang dideskripsikan sebagai artefak budaya atau manifestasi material dari budaya sehingga membatasi pemakain budaya untuk konsep-konsep abstrak.
Seorang individu mendapat budaya melalui pemindahan budaya dari elemen penting kehidupan dari kehidupannya. Elemen tersebut adalah Keluarga, Lembaga, Agama, dan Sekolah.
2.1.1.2 Islam Sebagai Sub Budaya
Budaya memiliki komponen abstrak dimana agama dan nilai menjadi sebagai elemen pembentuk komponen abstrak (menurut Enggel). Schifman dan Kanuk menyatakan bahwa persepsi seseorang turut di pengaruhi kebutuhan, nilai-nilai, dan harapan masing-masing individu konsumen. Nilai yang dianut konsumen dapat bersumber pada ajaran agama yang dianutnya. Agama dapat diartikan sebagai suatu sistem pemikiran, perasaan, dan perbuatan yang sama dari salah satu kelompok yang memberikan anggotanya suatu objek peribadatan; suatu aturan moral yang
(17)
berhubungan dengan perbuatan pribadi dan sosial; suatu term of reference yang menghubungkan individu-individu kepada kelompoknya dan dunia.
Islam sebagai salah satu agama yang ada juga memiliki penganut yang jumlahnya sangat besar dan tersebar diseluruh dunia. Dengan demikian para pemeluk agama islam berkewajiban menjadikan islam sebagai sumber nilai-nilai dalam kehidupannya.
2.1.1.3 Islam Sebagai Panduan Perilaku
Islam adalah sebuah agama yang menjadi ideologis, sistem dan aturan hidup, kerangka berpikir, pedoman terhadap konsep dan pengembangan integritas diri, menjadi tolak ukur keabsahan suatu tindakan, serta sumber inspirasi bagi sebagian besar teori peradaban. Sebagian ideologi, islam memiliki aturan yang lengkap menyeluruh, serta komprehensif.
Kelengkapan aturan dalam islam ini dikenal dengan istilah Syumuliatul Islam. Bagan berikut disampaikan oleh Sa’id Hawwa (1993:27) tentang kelengkapan Islam sebagai sistem nilai dalam mengatur setiap aspek utama kehidupan manusia (Syumuliatul Islam).
Konsep Syamuliatul Islam ini makin dipertegas oleh nash Al Qur’an yang berbunyi, “wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik baik dari apa yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithanitu merupakan musuh yang nyata bagimu” (QS 2: 168).
Syamuliatul Islam ini, oleh para pemeluknya berusaha diaplikasikan dalam tataran praktis. Salah satu contoh praktis adalah yang diterapkan dalam pola
(18)
konsumsi masyarakat muslim di Indonesia. Produk-produk yang dikonsumsi oleh umat Islam – terutama produk-produk makanan – adalah makanan yang halal. Kehalalan produk makanan tersebut dapat diketahui dari label yang tercantum di kemasan produk. Label tersebut dikenal sebagai label halal.
2.1.1.4 Syariat
Syariat adalah kumpulan aturan yang diturunkan Allah swt melalui wahyu kepada Nabi-Nya untuk kehidupan manusia. Awalnya syariat sama dengan dien itu sendiri, mencakup akidah, hukum dan akhlaq. Namun belakangan dalam dimensi akademik, syari'at lebih identik dengan aturan-aturan hukum, yang di dalamnya tidak lagi tergabung akidah dan akhlak. Pemisahan ini hanya menyangkut sistematika pembahasan saja, bukan masalah inti.
2.1.1.5 Integralitas Islam
Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, dari mulai masalah pekerjaan yang kecil sampai yang sangat besar sekalipun, dan Islam menformat dengan sempurna melalui pengaturannya serta menerangkan hukumnya.
Al Qur’an menerangkan konsep integralitas islam dalam sebuah ayat yang berbunyi: “… Dan kami turunkan kitab kepadamu (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang muslim (orang-orang yang mentaati Allah).” (QS. An Nahl:89).
Sumber hukum dalam Agama Islam, antara lain:
a. Al-Quran: hokum bersifat tetap dan sebagainya masih bersifat umum, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut kaidah yang bersifat umum.
(19)
b. Al-hadist: merupakan penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Quraniyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang lebih umum.
c. Ijma Sahabat: Merupakan kesepakatan sahabat Nabi SAW dan ulama atas permasalahan yang terjadi karena meluasnya wilayah dakwas serta perkembangan kehidupan sosial, dan tidak ada ketentuan secara khusus didalam Al-Quran dan Al-Hadist.
d. Qiyas: penjabaran aplikasi dari kaidah-kaidah Quraniyah yang bersifat tetap sekaligus penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum. e. Fatwa: keputusan hokum agama yang dibuat dengan ijtihad ulama, atas hal-hal
yang tidak terdapat dalam al-Quran maupaun Al-Hadist, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hokum seperti dengan metode Qiyas atau Ijma.
f. Halal: adalah boleh atau kasus makanan, kebanyakan makanan ternasuk halal kecuali secara khusus disebut dalam Al-Quran dan Al-Hadist.
g. Haram: adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Setiap orang yang menentang akan berhadapan dengan siksaan Allah SWT di akhirat bahkan terkadang terancam syariah di dunia.
2.1.2 Label
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
(20)
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan bisa meliputi barang fisik atau meliputi barang jasa yang dapat memuaskan konsumennya. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen melalui hasil produknya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang. Kemasan, label pelayanan dan jaminan.
2.1.2.1 Pengertian Label
Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan. Stanton (1994) membagi label kedalam 3 klasifikasi yaitu:
1. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan.
2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
3. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka atau kata. Misalnya buah-buahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B, dan C.
Kotler (2000) menyatakan bahwa label memiliki tiga fungsi utama yaitu: a. Mengidentifikasikan produk atau merek.
b. Menentukan kelas merek.
(21)
2.1.2.2Pengertian Halal
Pengertian halal menurut Departemen agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No. 518 Tahun 2001 Tentang pemeriksaan dan Penerapan Pangan halal adalah: “ tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.” Halal: adalah boleh atau kasus makanan, kebanyakan makanan ternasuk halal kecuali secara khusus disebut dalam Al-Quran dan Al-Hadist.
Prinsip-prinsip tentang hukum halal dan haram, antara lain: a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.
b. Penghalalan dan pengharaman hanyalah wewenang Allah SWT semata. c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku
syirik terhadap Allah SWT.
d. Sesuatu yang diharamkan karena ia buruk dan berbahaya dengannya tidak lagi membutuhkan haram.
e. Sesuatu yang menghantarkan pada yang haram maka haram pula hukumnya. f. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.
g. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram.
h. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh pada yang haram. i. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua.
Pengertian produk halal menurut MUI JAWA BARAT adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat islam, yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
(22)
1. Tidak mengandung babi atau bahan yang berasal dari babi.
2. Semua bahan yang berasal dari hewan halal, yang disembelih menurut tata cara syariat islam.
3. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan, dan transportasinya tidak digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya, terlebih dahulu harus diberihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat islam.
4. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung bahan yang dilarang/diharamkan.
5. Produsen berkewajiban melengkapi dokumen terbaru tentang bagan alur proses, sertifikasi, dan bukti pembelian bahan yang dipakai.
2.1.2.3Labelisasi Halal
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya sertifikat halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya. Tujuan akhir dari sertifikasi halal adalah adanya pengakuan secara legal formal bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi ketentuan halal.
(23)
Sedangkan labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal.
Di Indonesia lembaga yang otoritatif melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Dalam pelaksanaannya di Indonesia, kegiatan labelisasi halal telah diterapkan lebih dahulu sebelum sertifikasi halal. Di Indonesia peraturan yang bersifat teknis yang mengatur masalah pelabelan halal antara lain keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama RI No. 427/Men.Kes/SKBMII/1985 (No.68 Tahun 1985) Tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan. Pada peraturan ini disebutkan sebagai berikut
Pasal 2: "Produsen yang mencantumkan tulisan "halal" pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam.
Pasal 3: "Produsen sebagaimana dimaksud pada pasal 2 keputusan bersama ini berkewajiban menyampaikan laporan kepada departemen kesehatan RI dengan mencantumkan keterangan tentang proses pengolahan dan komposisi bahan yang digunakan"
Pasal 4 (ayat 1) "Pengawasan preventif terhadap pelaksanaan ketentuan pasal 2 keputusan bersama ini dilakukan oleh Tim Penilaian Pendaftaran Makanan pada Departemen Kesehatan RI cq. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan".
(24)
Berdasarkan peraturan tersebut ijin pencantuman label didasarkan atas hasil laporan sefihak perusahaan kepada departemen kesehatan RI tentang proses pengolahan dan komposisi bahan, belum didasarkan atas sertifikasi halal.
Adapun kegiatan sertifikasi halal di Indonesia baru dilakukan semenjak didirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) tahun l989.
Sedangkan ketentuan teknis tentang pelaksanaan labelisasi yang didasarkan atas hasil sertifikasi halal baru dikeluarkan tahun 1996 yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI No.: 82/Menkes/SK/I/1996 Tentang Pencantuman Tulisan "Halal" Pada Label Makanan yang direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.924/Menkes/ SK/VIII/1996 tentang Perubahan atas Kepmenkes RI No. 82 Menkes/Sk/I/1996 tersebut.
Pada Kepmenkes RI No. 82 Menkes/Sk/I/1996 yang telah direvisi ini disebutkan:
Pasal 8: "Produsen dan importir yang akan mengajukan permohonan pencantuman tulisan "halal" wajib siap diperiksa oleh petugas tim gabungan dari Majelis Ulama Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal".
Pasal 10: "(1) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pasal 8 dari hasil pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud pasal 9 dilakukan evaluasi oleh tim ahli Majelis Ulama Indonesia. (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia untuk memperoleh fatwa. (3) Fatwa Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dimaksud ayat (2) berupa pemberian sertifikat halal bagi yang memenuhi syarat atau berupa penolakan".
Pasal 11: "Persetujuan pencantuman tulisan "halal" diberikan berdasarkan fatwa dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia".
(25)
Pasal 12: "(1) berdasarkan Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia. Direktur Jenderal memberikan: (a) persetujuan bagi yang memperoleh sertifikat "Halal", (b) penolakan bagi yang tidak memperoleh sertifikat "halal". (2) penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diberikan secara tertulis kepada pemohon disertai alasan penolakan".
Pasal 17: "Makanan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan "Halal" sebelum ditetapkannya keputusan ini, harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam keputusan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal ditetapkannya keputusan ini". Berdasarkan ketentuan di atas maka ijin pencantuman label halal dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI (sekarang menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan/Badan POM) berdasarkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonsia (MUI). Kegiatan sertifikasi halal secara operasional ditangani oleh LPPOM MUI.
Peraturan yang lebih tinggi yang menaungi atas ketentuan sertifikasi dan labelisasi halal antara lain UU RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pada pasal 34 (1) UU No. 7/1996 tentang Pangan disebutkan:
"Setiap orangyang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut".
Pada Penjelasan UU No. 7/1996 Pasal 34 (1) disebutkan:
"Dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label atau iklan tentang pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, atau bahan bantu lain yang dipergunakan dalam memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses pembuatannya ".
Selanjutnya dalam UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 (h) disebutkan:
(26)
"Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label
Dan dalam Pasal 62 (1) disebutkan:
"Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, dst ... dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00- (dua milyar rupiah)".
Perusahaan yang akan melakukan pelabelan halal secara legal harus melakukan sertifikasi halal. Hal ini untuk menghindari adanya pernyataan halal yang tidak valid. Suatu perusahaan yang membuat pernyataan halal secara tidak valid dapat dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 62 ayat 1 UU No. 8 tahun 1999 karena termasuk sebagai pelanggaran terhadap pasal 8 (h) dari UU tersebut.
Label Halal adalah label yang diberikan kepada produk-produk yang telah memenuhi kriteria halal menurut Agama Islam. Perusahaan-perusahaan yang mencantumkan produknya dengan label halal perusahaan tersebut telah melakukan proses halal pada produknya.
Menurut Danu Jaya Wiguna (2003) Mengacu pada klasifikasi label yang diberikan oleh Stanton (1994), maka label halal termasuk dalam klasifikasi Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang:
1. Konstruksi atau pembuatan; 2. Ingredient atau bahan baku, dan; 3. Efek yang ditimbulkan
(27)
2.1.3 Perilaku Konsumen
Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong produsen untuk lebih berorientasi pada konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama mengenai perilakunya. Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibata dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
2.1.3.1Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dalam reaksi terhadap rangsangan atau stimulus. Rangsanga tersebut bisa datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Menurut Kotler & Keller (2007:214) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:
1. Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dalam perilaku konsumen. Faktor ini bibagi menjadi budaya, sub budaya dan kelas sosial.
a. Budaya adalah yang paling utama dan paling flandamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang akan mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarga dan lembaga-lembaga lainnya. Seseorang yang berasal dari Negara maju pasti akan mendapatkan nilai-nilai seperti kemajuan, materi, individualisme dan kebebasan diri.
(28)
b. Sub budaya. Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih spesifik. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok, ras daerah geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar yang penting dan para pemasar sering merancang produk dan program yang pemasarannya khusus dibuat untuk kebutuhan mereka.
c. Kelas sosial. Menurut kolter & keller (2006:165)
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. Jadi, menurut definisi di atas kelas sosial adalah kelompok yang beranggotakan orang-orang yang memiliki keterkaitan dan tingkah laku.
2. Faktor sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
a. Kelompok acuan
Menurut Kotler & Keller (2006:167): kelompok acuan seseorang terdiri semua kelompok memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Orientasi kelompok terdiri dari orang tua seorang individu. Dari orang tua
(29)
seseorang memperoleh suatu orientasi terhadap agama, politik dan ekonomi. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga dan seorang individu yakni pasangan dan anak-anaknya. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Pemasar tertarik dengan peran dan pengaruh relatif dari seorang suami, istri dan anak-anak dalam pembelian berbagai produk dan jasa. Peran dan pengaruh ini akan tempat bervariasi di Negara-negara dan kelas sosial yang berbeda-beda.
c. Peran dan status sosial
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, misalnya keluarga, klub dan organisasi. Posisi orang tersebut dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam istilah peran dan status.
3. Faktor pribadi
Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia pembeli dan tahap siklus, pekerjaan, keadaan ekonomis, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi membeli.
a. Usia dan tahap siklus hidup.
Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup keluarga (Kotler & Keller, 2006:171).
(30)
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha untuk mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih dari rata-rata pada produk dan jasa mereka.
c. Keadaan ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, keadaan ekonomi meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkat pendapatan, stabilitas dan pola waktunya), tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan pendirian terhadap belanja dan menabung. Para pemasar produk yang peka terhadap pendapatan terus memberikan perhatian pada pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukan suatu resensi, para pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, merencanakan penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka.
d. Gaya hidup
Menurut Kotler & keller ( 2006:173): “Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia dan diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.” Dari pendapat tersebut diatas gaya hidup seseorang ditunjukan lewat aktivitas dan minat dari orang tersebut yang berhubungan dengan lingkungannya.
(31)
Menurut Kotler & Keller (2006:172), kepribadian adalah: “ Yang dimaksud kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang ysng berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.”
Kepribadian biasanya dijelaskan dengan ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan, kondisi sosial, keadaan pembelian diri, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam menganalisa perilaku konsumen bila tipe-tipe kepribadian dapat dikelompokan dan terdapat korelasi yang kuat antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.
4. Faktor psikologis
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian.
a. Motivasi
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Sebagian kebutuhan bersifat biogenis. Kebutuhan yang demikian berasal dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman, dan lainya. Kebutuhan yang lain bersifat psikologis. Kebutuhan yang demikian berasal dari keadaan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa kepemilikan.
(32)
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu, untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar.pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan, dan penguatan.
2.1.3.2Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Konsumen harus melalui lima urutan tahap dalam proses pembelian sebuah produk, dapat dilihat dalam gambar 2.1. Namun, urutan ini tidak berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan rendah. Konsumen dapat melewatkan atau membeli beberapa tahap, proses-proses tersebut adalah (Kotler & Keller, 2006:181-189)
Pengenalan masalah (Problem Recognition)
Pencarian Informasi (Information Search)
Efaluasi Alternatif (Alternatives Evalution)
Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
(33)
Perilaku pasca Pembelian (Post-purcase Behavior
Gambar 2.1
Proses keputusan pembelian
Sumber: (Kotler & Keller, 2006:181, Marketing Management 12 Edition Prentice Hall
1. Problem Recognition (pengenalan masalah) merupakan tahapan dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhannya. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti lapar dan haus yang bila mencapai titik tertentu akan menjadi sebuah dorongan dan rangsangan eksternal. Misalnya ketika melewati toko kue yang merangsang rasa laparnya.
2. Information Search (pencarian informasi) merupakan tahapan dimana konsumen berusaha mencari informasi lebih banyak tentang hal-hal yang telah dikenal sebagai kebutuhannya. Konsumen memperoleh informasi dari sumber-sumber: 1. Pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2. Komersial: iklan, wiraniaga, pengalur, kemasan, pajangan ditoko. 3. Publik: media masa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4. Sumber pengalaman: pengkajian dan pemakaian produk. 3. Alternatives Evalution (efaluasi alternatif) merupakan tahapan dimana konsumen
memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih
(34)
berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia.
4. Purchase Decision (keputusan pembelian) merupakan tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.
5. Post-purcase Behavior (perilaku pasca pembelian) merupakan tahapan dimana konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu kepuasan dan ketidak-puasan terhadap pilihan yang diambilnya.
2.1.3.3Klasifikasi Peran Pembelian
Seseorang yang melakukan suatu transaksi pembelian suatu produk atau jasa bisa jadi transaksinya bukan hanya ditujukan untuk dirinya pribadi. Seorang ibu pergi berbelanja ke pasar tidak hanya membeli barang atau jasa untuk kebutuhan pribadinya saja, tetapi juga untuk anggota keluarganya.
Pada saat yang bersamaan seseorang dapat memerankan berbagai peran yang dapat dilakukannya pada suatu proses pembelian. Peran pembelian yang dapat dilakukan seorang individu dapat terbagi menjadi lima peran (Kotler 2000:168) yaitu:
1. Pencetus (initiator)
Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa.
(35)
Individu yang memberikan saran atau pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian baik melalui tindakan atau ucapannya.
3. Pengambilan Keputusan (decision maker)
Seseorang yang memutuskan setiap kompunen dari suatu keputusan pembelian, apakah akan membeli, tidak membeli, bagaimana membelinya, kapan, dimana akan membeli.
4. Pembeli (buyer)
Adalah individu yang secara langsung melakukan transaksi pembelian yang sesungguhnya.
5. Pemakai (user)
Adalah orang yang paling langsung terlibat dalam mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang telah dibeli.
2.1.3.4Perilaku Pembelian
Dalam pengambilan keputusannya setiap konsumen dapat melakukan keputusan yang berbeda tergantung pada jenis pembelian yang dilakukannya. Keputusan yang mereka ambil akan membawa pada perilaku pembelian yang berbeda pula. Jenis produk yang mereka beli akan menentukan besarnya keterlibatan mereka dan peserta yang terlibat dalam proses pembeliannya.
Dalam Kotler (2000:169) membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek.
(36)
• Complex Buying Behavior (perilaku pembelian yang rumit)
Konsumen yang terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya karena mereka menyadari bahwa ada perbedaan yang signifikan dari tiap merek dan resiko yang dihadapi cukup tinggi karena ketiadaan pengalaman sebelumnya dalam proses keputusan pembeliannya. Produk yang masuk dalam kategori ini biasanya adalah produk yang mahal, jarang dibeli dan beresiko. Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga langkah, pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut, kedua, ia membangun pendirian tentang produk tersebut, ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. Konsumen akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam perilaku pencarian informasi tentang produk.
• Dissonance-reducing Buying Behavior (perilaku pembelian pengurangan disonansi)
Konsumen yang terlibat dalam perilaku pembelian pengurangan disonansi akan sangat terlibat dalam proses pembeliannya namun melihat hanya ada sedikit perbedaan dalam merek-merek produk sejenis. Keterlibatan tinggi didasari fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan beresiko. Konsumen mungkin bereaksi pada harga yang baik atau kenyamanan dalam berbelanja. Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami disonansi / ketidaksesuaian yang muncul dari pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu produk yang
(37)
dibelinya atau kabar yang menyenangkan dari produk yang lain. Konsumen akan waspada terhadap informasi yang akan membenarkan keputusannya.
• Variety-seeking Buying Behavior (perilaku pembelian pencari variasi)
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun terdapat perbedaan antara merek yang signifikan. Dalam situasi ini konsumen sering melakukan perpindahan merek yang disebabkan ketidak puasan, rasa bosan atau sekedar mencari variasi. Produk yang masuk dalam kategori ini adalah produk minor yang beresiko rendah seperti kue atau permen.
• Habitual Buying Behavior (perilaku pembelian karena kebiasaan)
Konsumen yang terlibat dalam perilaku pembelian kebiasaan akan memiliki keterlibatan yang rendah dalam proses pembeliannya merasa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek produk sejenis. Misalnya garam, konsumen tetap akan mengambil merek yang sama bukan karena kesetiaan merek yang kuat, namun hanya sebatas karena kebiasaan untuk mengambil garam dengan merek tersebut.
2.1.4 Klasifikasi pengambilan keputusan konsumen
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam
(38)
pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya. 2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk 3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
Menurut Schiffman dan kanuk (1997:560) istilah model konsumen menunjuk kepada cara pandang umum bagaimana dan mengapa individu berprilaku seperti yang ditampilkannya. Terdapat empat tampilan mengenai hal ini yaitu:
1. Economic Man. Dalam persaingan sempurna, konsumen sering digolongkan sebagai economic man, yaitu seorang yang membuat keputusan secara rasional. Untuk bertindak secara rasional harus sadar akan alternatif produk yang tersedia, harus mampu mengurutkan dengan benar alternative yang ada, menimbang keuntungan dan kerugian produk yang akan dibeli dan ia harus
(39)
dapat memastikan bahwa produk yang ditawarkan itu sebagai alternatif terbaik, meskipun terkadang tidak memiliki info yang cukup dan akurat. 2. Passive Man. Sebagai lawan dari Economic Man, passive man digambarkan
sebagai konsumen yang patuh terhadap keinginan dan promosi dari pemasar. 3. Cognitive Man. Model ini memfokuskan pada proses konsumen dalam
mencari dan mengevaluasi merek. Model cognitive man merupakan gambaran konsumen yang lebih realistis dan menggambarkan konsumen yang berada diantara model economic man dan model passive man yaitu, konsumen yang memiliki cukup pengetahuan dan oleh karenanya tidak dapat membuat keputusan yang tepat, tetapi meskipun demikian mereka aktif mencari informasi dan berusaha membuat keputusan yang memuaskan.
4. Emotional Man. Pada kenyataannya, kita mungkin menghubungkan perasaan dan emosi, harapan dan kesenangan dalam melakukan pembelian. Pada saat melakukan pembelian emosional cenderung kurang memperhatikan dan mencari informasi, lebih memperhatikan pada perasaan dan suasana hati, namun hal ini bukan berarti menggunakan emotional man mengambil keputusan secara irasional, keputusan pembelian itu juga rasional.
2.1.4.1 Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Masalah Halal kalau dilihat dari sisi marketing dan penjualan, walaupun penjualan Minuman dalam kemasan tanpa label halal tetap semakin meningkat, tapi tidak menutup kemungkinan kita kehilangan moment penjualan akibat tidak tercantumnya Label Halal, karena menurut hasil penelitian POPAI (Point of Purchase
(40)
Advertising Institute) menyatakan keputusan membeli itu berada di tempat dan tidak direncanakan. Mereka cenderung mencari produk yang berlabel Halal sebagai refleksi jaminan produk Halal, apalagi Minuman dalam kemasan bukan kebutuhan primer, melainkan kebutuhan tersier yang akan dikonsumsi jika kebutuhan primer telah tercukupi. Disamping itu fungsi pelabelan dan sertifikasi Halal dapat memperkuat dan memperluas segmen produk dari minuman dalam kemasan yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Berman dan Evans (1998:216) keputusan konsumen meliputi keputusan untuk menentukan apakah akan membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dari siapa dan seberapa sering membeli barang atau jasa. Perilaku pembelian konsumen dibentuk karakteristik individu yang terdiri dari budaya.
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.2.1 Kerangka Pemikiran
Temuan MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang beredarnya produk tidak halal di masyarakat, mendapat tanggapan reaktif dari konsumen berupa pemboikotan produk tersebut dengan cara tidak mau mengkonsumsi dan mengedarkan. Kenyataan ini memmbuat produsen-produsen produk makanan melakukan pemberian label halal pada produk mereka (labelisasi halal).
Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan. Stanton (1994) membagi label kedalam 3 klasifikasi yaitu:
(41)
1. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan.
2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
3. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka atau kata. Misalnya buah-buahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B, dan C.
Pengertian halal menurut Departemen agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No. 518 Tahun 2001 Tentang pemeriksaan dan Penerapan Pangan halal adalah: “ tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.” Dengan demikian Label Halal adalah label yang diberikan kepada produk-produk yang telah memenuhi kriteria halal menurut Agama Islam. Perusahaan-perusahaan yang mencantumkan produknya dengan label halal Perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan proses halal pada produknya.
Menurut Danu Jaya Wiguna (2003) Mengacu pada klasifikasi label yang diberikan oleh Stanton (1994), maka label halal termasuk dalam klasifikasi Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang:
1. Konstruksi atau pembuatan; 2. Ingredient atau bahan baku, dan; 3. Efek yang ditimbulkan
(42)
Yang sesuai dengan standar halal.
Pengetahuan konsumen tentang informasi yang tercantum dalam label akan memberi dampak terhadap perilaku konsumen. Perilaku konsumen meliputi aktivitas bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, dan memakai barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka, jadi perilaku konsumen merupakan rangkaian-rangkaian keputusan-keputusan yang diambil konsumen terhadap suatu produk.
Dengan adanya label halal yang tercantum pada suatu produk maka, konsumen terlibat pada pembelian yang rumit karena mereka memiliki keterlibatan yang tinggi dalam membeli suatu produk karena menyadari adanya perbedaan yang signifikan dari produk-produk tersebut. Dengan begitu konsumen akan melalui tahapan keputusan pembelian terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.
Keputusan pembelian tersebut menurut Kotler (2007:240) Purchase Decision (keputusan pembelian) merupakan tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.
Berman dan Evans (1998:216) berpendapat bahwa jika proses keputusan konsumen jika dipandang dari sudut barang atau jasa apa yang akan dibelinya (“what”) konsumen akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti bentuk, daya tahan, keunikan, nilai, kemudahan, penggunaan, bahan baku dan lain sebagainya yang ada pada suatu barang. Dengan begitu produk apapun yang akan dibeli konsumen
(43)
akan memeiliki tahap-tahap tersebut. Begitu pula dengan produk makanan dalam kemasan yang kini menjadi objek penelitian penulis.
Berikut ini terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu, yang dapat dijelaskan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu No. Penulis/tahun Judul Hasil Penelitian/
kesimpulan
Perbedaan Persamaan 1. Danu Jaya
Wiguna:2003 Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan dalam Kemasan pada Mahasiswan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Responden memiliki
keyakinan yang
kuat bahwa
produk makanan dalam kemasan yang memiliki label halal telah melakukan proses labelisasi halal dalam proses pembuatannya, bahan baku yang dikandungnya, serta efek yang ditimbulkan tidak bertentangan dengan syariat islam sehingga produk tersebut menjadi halal untuk dikonsumsi • Meneliti pada kemasan, tidak spesifik dalam arti produk makanan apa yang ditelitiny a.
•Variable idepende nt pada penelitian ini adalah labelisasi Halal (variable X) • Variable devendent pada penelitian ini adalah keputusan Pembelian (variable Y).
2. Wibisono, M. Agung (2008) Hubungan Antara Persepsi Konsumen Muslim terhadap Labelisasi Halal Makanan konsumen
memiliki berbagai informasi tentang produk lain, konsumen melakukan evaluasi/penilaian, konsumen melakukan Variable X dan Y nya di sini merupakan variabel Y (variabel devendent) Variable devendent pada penelitian ini adalah keputusan Pembelian (variable Y).
(44)
Kaleng dengan Pengambilan Keputusan Pembelian pada Konsumen Muslim di Surabaya.
pengintegrasian atas berbagai pengetahuan yang dirniliki, dan konsumen
melakukan pemebelian.
Dengan melandaskan pendapat para ahli dan teori-teori yang relevan dan berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dilihat gambar skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Labelisasi halal (Variabel X)
1. Konstruksi atau
pembuatan;
2. Ingredient atau bahan baku, dan;
3. Efek yang ditimbulkan (Danu Jaya Wiguna:2003)
Berman dan Evans (1998:216)
Keputusan pembelian (Variabel Y)
1. Pengenalan masalah
(Problem Recognition)
2. Pencarian Informasi
(Information Search)
3. Efaluasi Alternatif
(Alternatives Evalution)
4. Keputusan Pembelian
(Purchase Decision)
5. Perilaku pasca
Pembelian(Post-purcase
Behavior)
(Kotler dan Keller 2007:234) Gambar 2.2
Bagan Paradigma Penelitian
Menurut Berman dan Evans (1998:216) keputusan konsumen meliputi keputusan untuk menentukan apakah akan membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dari siapa dan seberapa sering membeli barang atau jasa. Perilaku pembelian konsumen dibentuk karakteristik individu yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dalam hal ini unsur agama termasuk kedalam faktor budaya.
(45)
Islam adalah sebuah agama yang menjadi ideologis, sistem dan aturan hidup, kerangka berpikir, pedoman terhadap konsep dan pengembangan integritas diri, menjadi tolak ukur keabsahan suatu tindakan, serta sumber inspirasi bagi sebagian besar teori peradaban. Sebagian ideologi, islam memiliki aturan yang lengkap menyeluruh, serta komprehensif.
Kelengkapan aturan dalam islam ini dikenal dengan istilah Syumuliatul Islam. Bagan berikut disampaikan oleh Sa’id Hawwa (1993:27) tentang kelengkapan Islam sebagai sistem nilai dalam mengatur setiap aspek utama kehidupan manusia (Syumuliatul Islam).
Gambar 2.3
Struktur Sistem Nilai Islam
Sumber: Al Islam, Sa’id Hawwa, (Jakarta: Al Islahy Press, 1993:27) Konsep Syamuliatul Islam ini makin dipertegas oleh nash Al Qur’an yang berbunyi, “wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik baik dari apa yang
(46)
terdapat dibumi, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithanitu merupakan musuh yang nyata bagimu” (QS 2: 168).
Syamuliatul Islam ini, oleh para pemeluknya berusaha diaplikasikan dalam tataran praktis. Salah satu contoh praktis adalah yang diterapkan dalam pola konsumsi masyarakat muslim di Indonesia. Produk-produk yang dikonsumsi oleh umat Islam – terutama produk-produk makanan – adalah makanan yang halal. Kehalalan produk makanan tersebut dapat diketahui dari label yang tercantum di kemasan produk. Label tersebut dikenal sebagai label halal.
2.2.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dibutuhkan suatu pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel X terhadap variabel Y.
Dalam hal ini Husein Umar (2008:8), mengemukakan bahwa: “hipotesis adalah sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan belum final masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian.” Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut: “Labelisasi Halal Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Bakso CV. Semar.”
(47)
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topic permasalahan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Bakso CV. Semar”. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independent (variabel bebas), yakni variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhinya variabel dependent (variabel terikat). Variabel Independent (variabel X) dalam penelitian ini adalah Labelisasi Halal.
2. Variabel Dependent (variabel terikat), yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel Independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian.
Labelisasi Halal merupakan faktor penyebab, sedangkan Keputusan Pembelian merupakan faktor akibat. Penelitian ini dilakukan pada Pelanggan.
(48)
3.2 METODE PENELITIAN 3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiono (2008:18), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sumber masalah. 2. Rumusan masalah.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan. 4. Pengajuan hipotesis.
5. Metode penelitian.
6. Menyusun instrument penelitian. 7. Kesimpulan.
Berdasarkan pada penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Penelitian menentukan masalah-masalah seperti fenomena untuk dasar penelitian. 2. Perumusan masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian
(49)
yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan menguji hipotesis.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah labelisasi halal terhadap keputusan pembelian.
(50)
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan kosisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang selesai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu di uji validitas dan realibilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan realibilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tersebut. Pada penelitian ini untuk menguji adanya pengaruh labelisasi halal (variabel X) dengan keputusan pembelian (variabel Y) digunakan regresi linier sederhana, sedangkan untuk menguji adanya hubungan labelisasi halal (variabel X) dengan keputusan pembelian (variabel Y) digunakan korelasi Perason, dan untuk menguji peran labelisasi halal (variabel X) dengan keputusan pembelian (variabel Y) digunakan koefisien determinasi.
(51)
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, satu variabel X (Independent variabel) yaitu labelisasi halal dan satu variabel terikat (Dependent variabel) yaitu keputusan pembelian.
Jonathan Sarwono (2005:5) mendefinisikan 1. Variabel bebas (Independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) variabel dalam penelitian ini adalah labelisasi halal (variabel X)
2. Variabel terikat (Dependent variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon jika dihubungkan dengan variabel bebas). Variabel terikat adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (variabel Y) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu labeliasai halal (variabel X).
(52)
Adapun keterkaitan antara keduanya dapat diformulasikan sebagai berikut : Y = f(x)
Dimana : y = Labelisasi Halal. x = Keputusan Pembelian. f = fungsi.
Yang artinya y merupakan fungsi dari x dimana y dipengaruhi oleh hasil dari x. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.
Untuk lebih jelasnya tentang hubungan variabel tersebut digunakan desain secara detail dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
Labelisasi halal (Variabel X)
label yang seuai
dengan standar halal menurut agama Islam
dimana konsumen
dapat memiliki
informasi yang
berkaitan dengan
kehalalan suatu
produk. 1. Konstruksi atau pembuatan - Tingkat keyakinan konsumen terhadap pembuatan. - Tingkat pengetahuan konsumen tentang bagaimana sebuah produk dikategorikan menjadi produk halal. Ordinal 2. Ingredient
atau bahan baku - Tingkat Keyakinan konsumen. - Tingkat pengetahuan konsumen Ordinal
3. Efek yang ditimbulkan
- Tingkat
Keyakianan konsumen
(53)
tentang bagaimana efek samping pembuatan sebuah produk dapat dikategorikan menjadi produk halal Ordinal Keputusan pembelian (Variabel Y)
tahap dimana
konsumen telah
memiliki pilihan dan
siap melakukan
transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak
kepemilikan atau
penggunaan suatu
barang dan jasa.
1. Pengenalan masalah
(Problem
Recognition )
- Tingkat kebutuhan
Ordinal
2. Pencarian Informasi (Informatio n Search)
- Tingkat kesesuaian membentuk konsumen untuk mencari informasi
Ordinal
3. Efaluasi Alternatif (Alternative s Evalution)
- Tingkat
penilaian akhir Ordinal
4. Keputusan Pembelian
(Purchase
Decision)
- Tingkat pemilihan dan Siap melakukan transaksil Ordinal 5. Perilaku pasca Pembelian ( Post-purcase Behavior)
- Tingkat kepuasan
Ordinal
Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan atau pertanyaan tipe likert. Penjelasan skala likert dikemukakan oleh Sugiono (2004:86) daalm bukunya yang berjudul metode penelitian bisnis, yaitu: Skala likert digunakan untuk mengukur
(54)
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan.
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data Primer dan Sekunder Yang menjadi sumber data penelitian ini adalah: 1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil dari pengisian kuesioner yang dilakukan peneliti yang diberikan kepada bagian-bagian yang terkait dalam penelitian.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari pihak lain/badan yang telah dikumpulkan/diolah menjadi informasi. Dengan demikian penulis hanya bertindak sebagai pemakai. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan-laporan yang berhubungan dengan topik permasalahan yang diteliti.
3.2.3.2Teknik Penentuan Data 1. Populasi
Populasi merupakan sasaran atau objek umum penelitian. Sebagaimana menurut Sugiono (2002:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
(55)
oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen CV. Semar yang sebanyak 80 pelanggan.
Jadi banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 80 pelanggan dari Bakso CV. Semar, dengan menggunakan metode sensus, yang artinya semua jumlah populasi menjadi sampel.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan (Field Research) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada pengusaha yang menjadi objek. Untuk mendapatkan data primer atau data yang diambil langsung dari perusahaan. Data primer ini dapat didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut
a. Metode pengamatan atau observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek yang sedang diteliti, diamati, atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Metode wawancara atau interview adalah pengumpulan data yang melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang penulis teliti.
c. Kuesioner. Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup yaitu suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
(56)
daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
2. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud memperoleh data sekunder yang berfungsi sebagai pembanding data primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini didapat dari membaca literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas baik dari buku-buku, catatan kuliah atau bahan tertulis lainnya.
3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1. Rancangan Analisis
Selama data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Setelah data dikumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem yang ditetapkan, scoring dilakukan dengan melakukan skala likert 5-4-3-2-1. Adapum metode analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji kualitas data, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Kesimpulan jawaban yang berupa jawaban atau memecahkan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi: pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data yaitu validitas dan reliabilitas, artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bisa jika datanya kurang relibel dan kurang valid. Sedangkan
(57)
kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.
1. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk menguji sejauhmana alat ukur, dalam bentuk kuesioner mengukur apa yang hendak diukur. Dengan menggunakan rumus korelasi person product moment, guna menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid. Menurut Masruf yang dikutif Sugiono (2003:124) mengatakan “item yang mempunyai korelasi positif dengan kriteria (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Apabila alat ukur tersebut berada < 0,3 (tidak valid) dan > 0,3 (valid).” Untuk menguji validitas item tersebut digunakan program SPSS 13.0 for windows Pengujian statistika mengacu pada kriteria:
•
r
hitung <r
kritis, maka tidak valid•
r
hitung >r
kritis, maka validdengan rumus yang digunakan adalah
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n r i i i i i i i xy Tabel 3.2Uji Validitas Untuk Pertanyaan 1 Variabel X: no.
Resp X Y X
2
Y2 XY
1 2,360 12,115 5,570 146,764 28,592
(1)
viii
2.2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……….. 38
2.2.1. Kerangka Pemikiran………... 38
2.2.2. Hipotesis……… 44
BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian………... 45
3.2. Metode Penelitian………. 46
3.2.1. Desain Penelitian……… 46
3.2.2. Operasionalisasi Variabel………... 49
3.2.3. Sumber dan Teknik Penentuan Data………...…... 52
3.2.3.1 Sumber Data (Primer dan Sekunder) ……… 52
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data……….……. 52
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data……….…… 53
3.2.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis……….……….. 54
3.2.5.1 Rancangan Analisis……….... 54
3.2.5.2 Uji Hipotesis……….………….. 67
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan……….. 69
4.1.1. Sejarah Perusahaan……… 69
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan……….. 70
4.1.3. Deskripsi Jabatan……… 71
(2)
ix
4.2. Hasil Penelitian……… 73
4.2.1. Labelisasi Halal (Variabel X)……….. 77
4.2.2. Keputusan Pembelian (Variabel Y)………. 88
4.2.3. Pelaksanaan Labelisasi Halal di Bakso CV. Semar……… 100
4.2.4. Pengaruh Labelisasi Halalterhadap Keputusan Pembelian Konsumen Muslim Bakso CV. Semar……….. 103
a. Analisis Regresi Linear Sederhana……….. 103
b. Analisis Korelasi………... 105
c. Koefisien Determinasi……….. 107
d. Uji Hipotesis………... 107
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………..…………... 109
5.2. Saran………. 111
DAFTAR PUSTAKA………... ……. 114
(3)
108
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an, terjemahan, Departemen Agama Republik Indonesia.
Lembaga pengkajian pangan obat dan kosmetik (LP POM) MUI JABAR. Panduan sertifikasi halal.Bandung.
Sugiono.metlit administrasi.2000.Alvabeta.Bandung. Sa’id Hawwa 1993, AL Islam, Jakarta : AL Islahy Press
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management : Analisys, Planning, Implementation, and Control, 9th Edition, New jersery : Prentice-Hall, Inc.
Kotler, Philip dan Keller Kevin L. 2006. Marketing Manjement 12 Edition. Prentice Hall
Kotler, Philip dan Keller Kevin Lane.2007. manajemen pemasaran edisi kedua belas jilid 1. Pt. Macanan Jaya Cemerlang
Skripsi
Danu jaya waguna.2003, pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan pada mahasiswa fakultas ekonomi universitad padjajaran.Bandung;Skripsi
(4)
iii
K A T A P E N G A N T A R
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1.
Penulis sangat menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun kata serta kalimat. Tugas akhir ini memang masih jauh dari harapan yang diinginkan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar tugas akhir ini dapat bermanfaat. Tugas akhir ini dapat diselesaikan berkat adanya dorongan, bimbingan, bantuan, maupun kerja sama yang sangat berharga dari semua pihak terutama keluarga yaitu Orang tuaku tersayang dan tercinta Mamah Aan dan Bapak Dede yang telah memberikan dukungan, doa, dan perhatian yang begitu berharga baik materi maupun moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini., serta untuk Adik-adiku Novi Pratiwi dan Muhamad Iqbal yang telah memberikan doa serta dukungannya kepada penulis.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah mengalami banyak hambatan dan masalah. Namun berkat doa, bantuan, dukungan, dan dorongan semangat dari semua pihak membuat penulis mampu melalui semua hambatan tersebut dan dapat
(5)
iv
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto. selaku Rektor UNIKOM.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNIKOM dan sebagai Dosen Penguji.
3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Ketua Program Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM.
4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si., selaku Koordinator Usulan Penelitian di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM.
5. Ibu Elvira Azis, SE., M.ST., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Trustorini Handayani, SE., M.Si., selaku Dosen Penguji. 7. Ibu Windy Novianti, SE., selaku Dosen Wali.
8. Seluruh Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM, dan para staf perpustakaan UNIKOM.
9. Drs. H. Soeharto selaku pemilik dari tempat usaha yang dijadikan objek penelitian (CV. Semar). dan Bapak Wagimin selaku pembimbing di perusahaan. 10.Keluarga besar Mamah dan Bapak makasih atas doa dan dukungannya, Ma Imih
dan Pa Api, Om Aep makasih telah membantu dalam mencari tempat untuk dijadikan objek penelitian, Mamah Eti, Mang Ujang, Bi Haji Entin, Wa Iya, Wa Eje, Bi Atih, Bi Asih, Bi Unih, Bi Eneng, Mang Qodar, Mang Aep, Mang Iman,
(6)
v
Ilham, Lilis, Teh Lia, Aa Dani dan semuanya maaf tidak bisa disebutkan satu persatu.
11.Teman-temanku di kelas Mn-3: Asri Agustin Lestari dan Siska Astriani, Iyan Hardiyan, Adel Astrina, Rudi, Irfan, Ifman, Chary, Rendra, Aep, Nuni, Kristina, Wahyu, Tiara, Aji, Azis, Artur, Anggun, Ade, teman sejagat raya, mudah-mudahan kita menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa, Negara, dan Keluarga.
12.Risky, More, Sumy, Imas Nur, Novi, Mia, makasih atas doa dan dukungannya. 13.Panji Subakti yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan inspirasi.
14.Serta kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bandung, Juli 2010