Jika dikemukakan secara langsung literal LL, contoh 37 menjadi 37a seperti di bawah ini.
37a  Hei  PSK,  siapa  engkau  ini?  Pinggul  digoyang  punya  kota Karawang, mata jelalatang cari cukong buncit bermata sipit.
Contoh  38  menggunakan  tindak  tutur  mengkritik  prostitusi  secara langsung  tidak  literal  LTL.  Dikatakan  langsung  karena  menggunakan  kalimat
interogatif  untuk  mengkritik  prostitusi  sehingga  modus  kalimat  sesuai  dengan maksud tuturan. Contoh 38 disebut tidak literal karena menggunakan kata kiasan
kandang.  Menurut  KBBI  Edisi  V,  kata  kandang berarti  „ki  tempat  tinggal;
kampung; negeri‟  sehingga  kata-kata  penyusunnya  tidak  memiliki  makna  yang
sama dengan maksud penuturnya. Jika dikemukakan secara langsung literal LL, contoh 538 menjadi 38a
seperti di bawah ini.
38a  Menjadi  PSK  karena  materi  atau  hobi? Jika  pulang  ke  rumah  hari sudah pagi, muka pucat pasi seruduk kanan kiri mirip orang mabuk
terasi.
3.10 Tindak Tutur Mengkritik Kesenjangan Ekonomi
Untuk  mengkritik  kesenjangan  ekonomi,  Iwan  Fals  hanya  menggunakan tindak  tutur  langsung  tidak  literal  LL.  Berikut  ini  disajikan  tindak  tutur
mengkritik kesenjangan ekonomi secara langsung tidak literal LL.
39  Kau  tertawa  genit.  Tampak  si  om  buncit  pakai  Mercy  biru,  Bemo butut tak laku.
Contoh  39  merupakan  tindak  tutur  mengkritik  kesenjangan  ekonomi secara  langsung  literal  LL.  Dikatakan  langsung  karena  menggunakan  kalimat
deklaratif  sehingga  modusnya  sama  dengan  maksud  tuturannya.  Disebut  literal karena  kata-kata  penyusunnya  memiliki  makna  yang  sama  dengan  maksud
penuturnya.  Contoh  39  menunjukkan  adanya  kesenjangan  ekonomi  yang ditandai oleh perbandingan kendaraan antara mobil Mercy biru dan Bemo butut.
3.11 Tindak Tutur Mengkritik Kebohongan
Untuk mengkritik kebohongan, Iwan Fals hanya menggunakan tindak tutur langsung  literal  LL.  Berikut  ini  disajikan  tindak  tutur  mengkritik  kebohongan
secara langsung literal LL. 40  Kerja  lembur,  bilang  pada  bapak  Kyai.  Pergi  pake  Damri,  pulang
diantar Mercy.
Contoh  40  merupakan  tindak  tutur  mengkritik  kebohongan  secara langsung  literal.  Dikatakan  langsung  karena  menggunakan  kalimat  deklaratif
sehingga modusnya sama dengan maksud tuturannya. Contoh 40 disebut literal karena  kata-kata  penyusunnya  memiliki  makna  yang  sama  dengan  maksud
penuturnya yaitu mengkritik kebohongan. Contoh 40 menggunakan kata lembur untuk  mengkritik  kebohongan.  Menurut  KBBI  Edisi  V,  kata  lembur  berarti
„pekerjaan dinas yang dikerjakan di luar jam dinas‟ Tuturan kerja lembur bilang
pada  bapak  kyai  mengandung  kritik  kebohongan  karena  dari  keseluruhan  lagu tidak menceritakan adanya pekerjaan kantor atau pekerjaan pemerintahan.
3.12 Rekapitulasi
Berdasarkan  pembahasan  pada  butir  3.2  s.d.  3.11,  ditemukan  ada  10 sepuluh  hal  yang  dikritik.  Untuk  melakukan  kritik  tersebut,  digunakan  8
delapan variasi tindak tutur langsung tidak literal LTL, 5 lima variasi tindak tutur langsung literal LL, 3 tiga variasi tindak tutur tidak langsung tidak literal
TLTL, dan 2 dua variasi tindak tutur tidak langsung literal TLL. Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat tabel rekapitulasi tentang tindak tutur mengkritik dalam
lirik  lagu  “Demokrasi  Nasi”,  “Semar  Mendem”,  dan  “Kisah  Sapi  MalamKisah PSK” karya Iwan Fals sebagai berikut.
Tabel  6:  Tindak  Tutur  Mengkritik  dalam  Lirik  Lagu “Demokrasi
Nasi”, “Semar Mendem”, dan “Kisah Sapi Malam” Karya Iwan Fals
Judul Hal yang
Dikritik Tuturan
Jenis Tindak Tutur
1. Demokrasi
Nasi 1.
Ketidakadilan Pelaksanaan
Hukum Anak seorang menteri
membuat onar lagi, menembak sampai
mati, kok gak ada sanksi?
Tidak Langsung Literal
Tentu tak sesuai dengan undang-undang di
negeri ini yang katanya demokrasi.
Langsung Literal
Lain lagi dengan orang biasa, bila mereka
curiga, langsung masuk penjara tanpa bukti
nyata. Langsung
Literal
2. Lemahnya
Penegakan Hukum
Undang-Undang tampaknya sakit perut.
Tuan tolong panggilkan dokter ahli untuk
Indonesia yang kita cinta mungkin terkena
wabah kolera. Tidak Langsung
Tidak Literal
Undang-undang tampaknya sedang sakit
jiwa. Tuan tolong panggilkan dokter ahli
untuk Indonesia mungkin terkena wabah
selesma. Tidak Langsung
Tidak Literal
2. Semar
Mendem 3.
Pencitraan Pemerintah
Dengan langkah tegap berjalan, seorang pria
gendut ubanan. Kau menyusuri lorong pasar
dikawal ratusan kamera para wartawan untuk
bahan obrolan buat isi koran.
Langsung Tidak Literal
Setelah Semar selesai mengoreksi harga
makanan, terpampang dalam surat kabar.
Dengan resmi dia umumkan, harga
sembilan bahan pokok tiada perubahan.
Langsung Tidak Literal
4. Tekanan Oleh
Pemerintah Gemetar para pedagang
waktu melihat semar datang mengoreksi
harga makanan. Langsung Tidak
Literal
5. Intimidasi oleh
Pemerintah Langsung harga turun
sekejap karena takut semar menindak.
Langsung Tidak Literal
6. Penyalahguna-
an Kekuasaan Ibu pejabat yang ikut
rombongan, wah kebetulan,
mumpung ada semar harga barang turun dia
sikat. Langsung Tidak
Literal
7. Mahalnya
Harga Ketika ku belanja di
pasar kaget melihat harga barang.
Langsung Literal
Mengapa semua harga naik edan-edanan? Tak
cocok waktu Semar umumkan.
Tidak Langsung Tidak Literal
“Baik adik akan saya tunjukkan” Kata para
pedagang. “Bila adik mau belanja lebih
murah, pergi saja sana ke Semar ubanan
Langsung Tidak Literal
3. Kisah Sapi
Malam Kisah PSK
8. Prostitusi
Hei sapi malam siapa engkau ini? Pinggul
digoyang punya kota Karawang. Mata
jelalatan cari cukong buncit bermata sipit.
Langsung Tidak Literal
Soal materi atau cuma hobi? Bila pulang
kandang hari sudah pagi. Muka pucat pasi
jalan sruduk kanan kiri mirip orang mabuk
terasi. Langsung Tidak
Literal
Ayahmu nona seorang kyai. Ibumu nona pun
guru ngaji. Mengapa kau jalani hidup penuh
dosa ini? Tidak Langsung
Literal
9. Kesenjangan
Ekonomi Kau tertawa genit.
Tampak si om buncit pakai Mercy biru,
Bemo butut tak laku. Langsung
Literal
10. Kebohongan  Kerja lembur, bilang
pada bapak Kyai. Pergi pake Damri pulang
diantar Mercy. Langsung
Literal
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penelitian  ini  berdaasarkan  dua  rumusan  masalah.  Pertama,  apa  saja  hal- hal  yang  dikritik  dalam  lirik  lagu  “Demokrasi  Nasi”,  “Semar  Mendem”,  dan
“Kisah Sapi Malam” karya Iwan Fals? Kedua,  bagaimana tindak tutur mengkritik yang  diwujudkan  d
alam  lirik  lagu  “Demokrasi  Nasi”,  “Semar  Mendem”,  dan “Kisah  Sapi  Malam”  karya  Iwan  Fals?  Untuk  menjawab  rumusan  masalah
tersebut, peneliti telah melakukan pembahasan dalam bab II dan bab III. Pembahasan yang telah dilakukan dalam bab II menghasilkan kesimpulan
bahwa  kritik- kritik  yang  terdapat  dalam  lirik  lagu  “Demokrasi  Nasi”,  “Semar
Mendem”, dan “Kisah Sapi MalamKisah PSK”   karya  Iwan  Fals  diangkat dari tiga tema besar  yang terjadi  pada  Orde  Baru,  yaitu a hukum,  b  ekonomi, dan
c  sosial.  Berdasarkan  tiga  tema  besar  tersebut,  ditemukanlah  10  hal  yang dikritik,  yaitu  a  ketidakadilan  pelaksanaan  hukum,  b  lemahnya  penegakan
hukum,  c  pencitraan  pemerintah,  d  tekanan  oleh  pemerintah,  e  intimidasi oleh  pemerintah,  f  penyalahgunaan  kekuasaan,  g  mahalnya  harga,  h
prostitusi, i kesenjangan ekonomi, dan j kebohongan. Sementara  itu,  pembahasan  yang  dilakukan  pada  bab  III  menghasilkan  8
delapan variasi tindak tutur langsung tidak literal LTL, 5 lima variasi tindak tutur langsung literal LL, 3 tiga variasi tindak tutur tidak langsung tidak literal