Hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam 16 lagu Grup Musik SLANK.

(1)

viii Abstrak

Nugraha, Stefanus Kendra Dwi. 2015. “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik SLANK”. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik SLANK” ini bertujuan untuk (i) menguraikan hal-hal apa saja yang dikritik oleh SLANK melalui lirik lagu serta (ii) mendeskripsikan bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK, dalam hal ini tindak tutur dikelompokkan dalam empat macam, yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

Data penelitian ini adalah 16 lirik lagu karya grup musik SLANK. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa lirik lagu sebagai bahan penelitian. Istilah menyimak dalam penelitian ini berwujud penyimakan atas lirik-lirik lagu SLANK yang berupa kata, frasa, maupun kalimat yang bermuatan kritik. Selanjutnya, dengan teknik catat, peneliti mengklasifikasikan data berupa hal yang dikritik dan macam-macam perwujudan tindak tuturnya.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua sub-jenis metode padan, yaitu metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang dikritik dalam lirik-lirik lagu SLANK dengan cara menggolongkan ke dalam lima hal yang dikritik dari tuturan yang memiliki muatan kritik. Alat penentu metode padan referensial berupa referen, yaitu segala sesuatu di luar bahasa (misalnya: tindakan, peristiwa, dsb). Metode padan pragmatis berfungsi untuk menentukan perwujudan tindak tutur atas hal-hal yang dikritik pada bab sebelumnya.

Hasil penelitian ini adalah hal-hal yang dikritik oleh SLANK, yaitu (i) kekerasan dan kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan bebas, dan (v) terorisme. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan berbagai perwujudan tindak tutur yang dikelompokkan dalam empat macam interseksi, yakni tindak tutur mengkritik secara langsung literal, tindak tutur mengkritik secara langsung tidak literal, tindak tutur mengkritik secara tidak langsung literal, dan tindak tutur mengkritik secara tidak langsung tidak literal.


(2)

ix Abstract

Nugraha, Stefanus Kendra Dwi. 2015. “The Things that are Criticized and Criticize Speech Act in 16 SLANK Band’s Songs”. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

Thesis entitled “The Things that are Criticized and Criticize Speech Act in 16 SLANK Band’s Songs” is the research that is purposed to (i) describe the points that are criticized by SLANK through the lyrics and to (ii) describe how critisize speech act is applied in the lyrics of SLANK songs, in this case speech act is classified into four kinds: directly literal speech act, directly unliteral speech act, undirectly literal speech act, and undirectly unliteral speech act.

In this research, the data is taken from 16 lyrics of SLANK songs. The data is collected by using simak methode and catat technique. The simak methode is done by observing and heeding directly the use of the lyric language as the research material. The term of heeding in this research exists the heed of SLANK song lyrics in the form of word, phrase, or a sentence that contains critic. Then, with note-taking technique, the researcher classifies the data in the form of the points that are criticized and the kinds of speech act embodiments.

The analysis of the data is done by using two sub-kinds padan methode: referential padan methode and pragmatic padan methode. The referential padan methode is used to describe the points that SLANK criticizes by classifying it into five criticized points from the utterances that contain critic. The methode determinant tool of referential padan methode is reference, which is everything outside the language (for example: act, incident, etc). The function of pragmatic padan methode is to determine the speech act embodiments from the points that are criticized before.

This research results the points that are criticized by SLANK: (i) violence and criminality, (ii) enviromentaln damage, (iii) corruption, (iv) prostitution and promiscuity, and (v) terrorism. Moreover, this research also results many kinds of speech act embodiments that are classified into four kinds intersections: directly literal speech act, directly unliteral speech act, undirectly literal speech act, and undirectly unliteral speech act.


(3)

i

DAN TINDAK TUTUR MENGKRITIK DALAM 16 LAGU GRUP MUSIK “SLANK”

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Stefanus Kendra Dwi Nugraha 084114018

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juni 2015

Stefanus Kendra Dwi Nugraha 084114018


(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stefanus Kendra Dwi Nugraha

NIM : 084114018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul HAL-HAL YANG DIKRITIK DAN TINDAK TUTUR MENGKRITIK DALAM 16 LAGU GRUP MUSIK “SLANK” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 26 Juni 2015 Yang menyatakan,


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik SLANK” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala hormat, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar menerima keluh kesah penulis dan memberi solusi yang baik bagi penulis. 2. Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku pembimbing II yang selalu sabar

memberi masukan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sastra Indonesia, Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum., S. E. Peni Adji, S. S., Dra. F. Tjandrasih, M. Hum., Drs. FX. Santosa, M. S., dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., yang telah memberikan ilmu serta pengalamannya


(9)

vii

selama penulis menjalani studi di Prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang selalu membantu proses kelancaran perkuliahan.

5. Segenap karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang dengan ramah melayani dan menyediakan buku yang diperlukan sebagai sumber pustaka.

6. Keluarga tercinta, Bapak Yohanes Marsugi, Ibu Theresia Yuliastutie, S. Pd., Yohana Vica Raimandasari, serta Martinus Didit, yang selalu sabar memberi semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Mgr. Ignatius Suharyo yang telah bersedia membantu dalam pendanaan kuliah penulis.

8. Amadea Nanda Laksita, yang selalu sabar memberi semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman grup musik Horse Shoe.

10.Teman-teman UKM Band Sexen Universitas Sanata Dharma. 11.Teman-teman Prodi Sastra Indonesia.

Akhirnya dengan penuh kesadaran, penulis menyadari segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu, demi perbaikan tugas akhir ini, kritik dan saran yang membangun akan penulis tampung dengan senang hati.


(10)

viii Abstrak

Nugraha, Stefanus Kendra Dwi. 2015. “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik SLANK”. Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutur Mengkritik dalam 16 Lagu Grup Musik SLANK” ini bertujuan untuk (i) menguraikan hal-hal apa saja yang dikritik oleh SLANK melalui lirik lagu serta (ii) mendeskripsikan bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK, dalam hal ini tindak tutur dikelompokkan dalam empat macam, yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

Data penelitian ini adalah 16 lirik lagu karya grup musik SLANK. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa lirik lagu sebagai bahan penelitian. Istilah menyimak dalam penelitian ini berwujud penyimakan atas lirik-lirik lagu SLANK yang berupa kata, frasa, maupun kalimat yang bermuatan kritik. Selanjutnya, dengan teknik catat, peneliti mengklasifikasikan data berupa hal yang dikritik dan macam-macam perwujudan tindak tuturnya.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua sub-jenis metode padan, yaitu metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang dikritik dalam lirik-lirik lagu SLANK dengan cara menggolongkan ke dalam lima hal yang dikritik dari tuturan yang memiliki muatan kritik. Alat penentu metode padan referensial berupa referen, yaitu segala sesuatu di luar bahasa (misalnya: tindakan, peristiwa, dsb). Metode padan pragmatis berfungsi untuk menentukan perwujudan tindak tutur atas hal-hal yang dikritik pada bab sebelumnya.

Hasil penelitian ini adalah hal-hal yang dikritik oleh SLANK, yaitu (i) kekerasan dan kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan bebas, dan (v) terorisme. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan berbagai perwujudan tindak tutur yang dikelompokkan dalam empat macam interseksi, yakni tindak tutur mengkritik secara langsung literal, tindak tutur mengkritik secara langsung tidak literal, tindak tutur mengkritik secara tidak langsung literal, dan tindak tutur mengkritik secara tidak langsung tidak literal.


(11)

ix Abstract

Nugraha, Stefanus Kendra Dwi. 2015. “The Things that are Criticized and Criticize Speech Act in 16 SLANK Band’s Songs”. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

Thesis entitled “The Things that are Criticized and Criticize Speech Act in 16 SLANK Band’s Songs” is the research that is purposed to (i) describe the points that are criticized by SLANK through the lyrics and to (ii) describe how critisize speech act is applied in the lyrics of SLANK songs, in this case speech act is classified into four kinds: directly literal speech act, directly unliteral speech act, undirectly literal speech act, and undirectly unliteral speech act.

In this research, the data is taken from 16 lyrics of SLANK songs. The data is collected by using simak methode and catat technique. The simak methode is done by observing and heeding directly the use of the lyric language as the research material. The term of heeding in this research exists the heed of SLANK song lyrics in the form of word, phrase, or a sentence that contains critic. Then, with note-taking technique, the researcher classifies the data in the form of the points that are criticized and the kinds of speech act embodiments.

The analysis of the data is done by using two sub-kinds padan methode: referential padan methode and pragmatic padan methode. The referential padan methode is used to describe the points that SLANK criticizes by classifying it into five criticized points from the utterances that contain critic. The methode determinant tool of referential padan methode is reference, which is everything outside the language (for example: act, incident, etc). The function of pragmatic padan methode is to determine the speech act embodiments from the points that are criticized before.

This research results the points that are criticized by SLANK: (i) violence and criminality, (ii) enviromentaln damage, (iii) corruption, (iv) prostitution and promiscuity, and (v) terrorism. Moreover, this research also results many kinds of speech act embodiments that are classified into four kinds intersections: directly literal speech act, directly unliteral speech act, undirectly literal speech act, and undirectly unliteral speech act.


(12)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 9

1.6.1 Kritik ... 9

1.6.2 Topik Wacana ... 10

1.6.3 Fungsi Lagu atau Musik ... 11

1.6.4 Pragmatik ... 14

1.6.5 Tindak Tutur dan Jenis-jenis Tindak Tutur ... 16

1.6.5.1 Tindak Tutur ... 16

1.6.5.2 Jenis-jenis Tindak Tutur ... 17

1.6.5.2.1 Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung ... 17


(13)

xi

Tindak Tutur Tidak Literal ... 19

1.6.5.3 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur ... 20

1.6.5.3.1 Tindak Tutur Langsung Literal ... 20

1.6.5.3.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 20

1.6.5.3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ... 21

1.6.5.3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ... 21

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 21

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 23

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 24

1.8 Sistematika Penyajian ... 25

BAB II HAL-HAL YANG DIKRITIK DALAM LIRIK LAGU GRUP MUSIK SLANK ... 26

2.1 Kekerasan dan Kriminalitas ... 26

2.2 Kerusakan Lingkungan ... 31

2.3 Korupsi ... 36

2.4 Prostitusi dan Pergaulan Bebas ... 42

2.5 Terorisme ... 47

BAB III TINDAK TUTUR MENGKRITIK DALAM LIRIK-LIRIK LAGU GRUP MUSIK SLANK 3.1 Tindak Tutur Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas ... 50

3.1.1 Tindak Tutur Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas secara Langsung Literal ... 50 3.1.2 Tindak Tutur Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas


(14)

xii

3.1.3 Tindak Tutur Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas secara Tidak Langsung Literal ... 53 3.1.4 Tindak Tutur Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas

secara Tidak Langsung Tidak Literal ... 54 3.1.5 Tabel Daftar Jenis-jenis Tindak Tutur Mengkritik

Kekerasan dan Kriminalitas ... 55 3.2 Tindak Tutur Mengkritik Kerusakan Lingkungan ... 56

3.2.1 Tindak Tutur Mengkritik Kerusakan Lingkungan

secara Langsung Literal ... 56 3.2.2 Tindak Tutur Mengkritik Kerusakan Lingkungan

secara Langsung Tidak Literal ... 57 3.2.3 Tindak Tutur Mengkritik Kerusakan Lingkungan

secara Tidak Langsung Literal ... 58 3.2.4 Tabel Daftar Jenis-jenis Tindak Tutur Mengkritik

Kerusakan Lingkungan ... 59 3.3 Tindak Tutur Mengkritik Korupsi ... 60

3.3.1 Tindak Tutur Mengkritik Korupsi

secara Langsung Literal ... 60 3.3.2 Tindak Tutur Mengkritik Korupsi

secara Langsung Tidak Literal ... 61 3.3.3 Tindak Tutur Mengkritik Korupsi

secara Tidak Langsung Literal ... 62 3.3.4 Tindak Tutur Mengkritik Korupsi

secara Tidak Langsung Tidak Literal ... 63 3.3.5 Tabel Daftar Jenis-jenis Tindak Tutur Mengkritik

Korupsi ... 64 3.4 Tindak Tutur Mengkritik Prostitusi dan Pergaulan Bebas ... 65


(15)

xiii

3.4.2 Tindak Tutur Mengkritik Prostitusi dan Pergaulan

Bebas secara Tidak Langsung Tidak Literal ... 66

3.4.3 Tabel Daftar Jenis-jenis Tindak Tutur Mengkritik Prostitusi dan Pergaulan Bebas ... 67

3.5 Tindak Tutur Mengkritik Terorisme ... 68

3.5.1 Tindak Tutur Mengkritik Terorisme secara Langsung Literal ... 68

3.5.2 Tindak Tutur Mengkritik Terorisme secara Langsung Tidak Literal ... 69

3.5.3 Tabel Daftar Jenis-jenis Tindak Tutur Mengkritik Terorisme ... 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 71

4.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN 1 ... 75

LAMPIRAN 2 ... 76

LAMPIRAN 3 ... 81


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam mengembangkan akal budinya, manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa. Hal ini didasari atas kedudukan bahasa sebagai penunjang aktualisasi ide dan gagasan. Melalui kegiatan komunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana penyampai gagasan. Dilihat dari fungsinya, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Fungsi ideasional dalam bahasa berperan sebagai alat pengabstraksian pengalaman. Fungsi interpersonal bahasa berkaitan erat dengan interaksi antarindividu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan fungsi tekstual dalam bahasa adalah bahasa digunakan sebagai alat untuk mengkonstruksikan atau menyusun sebuah teks.

Dalam perkembangannya, bahasa digunakan untuk sarana kesenian, salah satunya lirik lagu dalam seni musik. Seni musik awalnya merupakan kegiatan mengolah nada dan irama untuk menghasilkan komposisi suara yang harmonis. Namun, seni musik juga memerlukan media bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan. Hal inilah yang melatari kehadiran lirik dalam suatu lagu.

Perkembangan industri musik di Indonesia dapat dikatakan sangatlah pesat (rizkyattyullah.blogdetik.com). Hal ini ditandai dengan banyaknya genre musik yang bermunculan. Fenomena inilah yang digunakan para pemusik (solo maupun


(17)

grup) untuk menyampaikan gagasan serta ide mereka kepada publik, yaitu melalui penciptaan lagu yang bernada dan berlirik mudah diingat.

Salah satu grup musik yang mampu menarik jutaan penggemar di Indonesia melalui kekuatan lirik-liriknya ialah SLANK. SLANK berdiri pada Desember 1983 dengan nama awal Cikini Stone Complex, yang beranggotakan Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vokal), dan Wel Welly (vokal). Dengan nama dan formasi tersebut, mereka membawakan lagu-lagu dari grup musik ternama, yaitu The Rolling Stone, salah satu grup musik yang menjadi idola mereka. Seiring berjalannya waktu, beberapa personil Cikini Stone Complex mengundurkan diri dan hanya tersisa dua orang, Bimo Setiawan, atau yang akrab dipanggil Bimbim dan Kiki. Dengan mengajak Bongki (gitar), Denny (bas), serta Erwan (vokal), mereka kembali membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Red Evil. Mulai saat itulah mereka sudah membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri. Grup musik yang menggabungkan beberapa genre musik, antara lain Pop, Rock and Roll, Blues dan Etnic ini dikenal dengan penampilan mereka yang selenge’an oleh para penggemarnya. Karena hal itu, mereka merubah nama menjadi SLANK dengan formasi akhir Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bas), Ridho (gitar) dan Abdee (gitar). Hingga kini Slank tetap menjadi grup musik yang paling digemari karena kelugasan yang tertuang dalam lirik-lirik lagu mereka. Sebagai salah satu grup musik tersohor di Indonesia, SLANK telah mengeluarkan sedikitnya 21 album studio musik yang telah dirilis sejak tahun 1990 dengan lirik-lirik lagu yang unik. Salah satu keunikan gaya


(18)

bahasa pada lirik-lirik lagu mereka yang terkenal adalah gaya bahasa mengkritik fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia.

Penelitian ini mengambil 16 lirik lagu yang diciptakan oleh SLANK sebagai data. Keenam belas lagu tersebut adalah (i) Aborsi, (ii) Aktor Intelektual, (iii) American Style, (iv) Amrozy Gitting, (v) Anarki di RI, (vi) Birokrasi Kompleks, (vii) Bobrokisasi Borokisme, (viii) Gossip Jalanan, (ix) Hey Bung!, (x) Jakarta Meledak Lagi, (xi) Jakarta Pagi ini, (xii) Jerry (Preman Urban), (xiii) Krisis Air, (xiv) Kritis BBM, (xv) L.A.P.I.N.D.O., dan (xvi) Merdeka.

Dalam perkembangannya, lirik lagu digunakan sebagai media kritik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, dkk., 2008: 761), kritik memiliki definisi yaitu sebuah kecaman atau tanggapan, terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik maupun buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Adapun mengkritik adalah suatu tindakan mengemukakan kritik atau mengecam. Tindakan mengkritik juga merupakan salah satu model pembahasaan yang menunjang aktualisasi ide maupun gagasan. Kritik berbeda dengan mengecam ataupun mencaci. Mengkritik, sama halnya dengan menilai secara obyektif.

Penelitian ini membahas tentang hal-hal yang dikritik serta tindak tutur mengkritik yang terdapat dalam lirik-lirik lagu SLANK. Namun, penelitian ini hanya membahas bagian mikro dari wacana keseluruhan. Berikut ini merupakan contoh hal-hal apa saja yang dikritik oleh SLANK:

(1) Ketika sungai-sungai kotor Mata air terkontaminasi Ketika air tanah berlimbah


(19)

(SLANK, “Krisis Air”)

(2) Ada yang lempar-lemparan batu Sambil saling getok-getokkan Coba lihat siapa itu?

Pelajar ribut di jalan

(SLANK, “Anarki di RI”)

Pada contoh (1), dijumpai kritik tentang „pencemaran air‟. Hal ini ditunjukkan dengan adanya frasa yang mengarah pada hal yang dikritik, yaitu tentang „pencemaran air‟. Dalam contoh (1), bagian lirik yang menunjukkan kritik tentang „pencemaran air‟ adalah sungai-sungai kotor, mata air terkontaminasi, dan air tanah berlimbah. Sementara itu, contoh (2) mengkritik tentang „kekerasan‟. Bagian lirik yang menunjukkan kritik dalam contoh (2) adalah lempar-lemparan, getok-getokkan, dan ribut.

Pada permasalahan kedua, akan dideskripsikan empat macam interseksi tindak tutur mengkritik dalam lagu-lagu SLANK. Berikut ini merupakan contoh tindak tutur mengkritik:

(3) Banyak Cina melarat Apes kena disikat

(SLANK, “Aktor Intelektual”)

(4) Hei Bung yang diatas sana coba turun ke jalan Lihat-lihat situasi apa yang terjadi


(20)

Contoh (3) merupakan tindak tutur mengkritik langsung literal, hal tersebut dibuktikan dengan maksud mengkritik disampaikan dengan kalimat deklaratif (berita) dan maknanya sesuai dengan maksud pengutaraannya, yaitu tentang kekerasan. Contoh (4) merupakan tindak tutur mengkritik secara tidak langsung tidak literal karena modus kalimat dan makna kalimat tidak sesuai dengan maksud yang diutarakan. Contoh (4) memiliki modus untuk memerintah dan memiliki maksud untuk mengungkap ketidakpedulian pemerintah.

Alasan peneliti memilih topik kritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK, (i) SLANK adalah grup musik yang terkenal hingga saat ini, (ii) salah satu fungsi lagu-lagu SLANK adalah untuk mengkritik. Sementara itu, lagu-lagu yang diciptakan oleh grup musik lain di Indonesia, pada umumnya bermuatan tentang kisah cinta atau asmara, (iii) lagu merupakan salah satu ekspresi jiwa yang dapat digunakan sebagai sarana “mengatakan” sesuatu, dan (iv) selama ini, penelitian linguistik tentang bahasa lirik lagu belum terlalu diperhatikan. Ketiga alasan tersebut yang melatarbelakangi penulis dalam meneliti kritik serta tindak tutur mengkritik yang diwujudkan dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:


(21)

1.2.1 Apa saja yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagu yang diteliti?

1.2.2 Bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam 16 lirik lagu grup musik SLANK yang diteliti?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:

1.3.1 Mendeskripsikan hal-hal yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagunya yang diteliti.

1.3.2 Mendeskripsikan perwujudan tindak tutur mengkritik dalam 16 lirik lagu grup musik SLANK yang diteliti.

1.4Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam 16 lirik lagu SLANK yang diteliti. Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

Manfaat teoretis dari penelitian ini memberi perkembangan terhadap pengkajian linguistik, khususnya pengkajian tentang tindak tutur mengkritik yang terkandung dalam lirik-lirik lagu, sehingga penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pustaka di bidang pragmatik. Selain itu, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tambahan dalam mengkaji hal-hal apa yang dikritik serta tindak tutur mengkritik yang terkandung dalam lirik lagu. Sementara itu, manfaat praktis


(22)

dari penelitian ini adalah sebagai referensi dalam penciptaan sebuah lagu yang bertujuan untuk mengkritik.

1.5Tinjauan Pustaka

Pengkajian tentang lirik-lirik lagu, khususnya yang meneliti lirik-lirik lagu grup musik SLANK sudah ada sebelumnya. Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Ardiansyah (2010), Wijayanti (2010), Darmato (2013), serta Nada (2014).

Ferry Ardiansyah (2010) menyebutkan bahwa representasi yang terkandung pada lirik lagu naik-naik ke puncak gunung dari Slank sebagai ungkapan kritik sosial terhadap berbagai masalah atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, menggunakan studi semiotika. Dari penelitian yang berjudul “Representasi Kritik Sosial Di Balik Lirik Lagu (Studi Semiotik terhadap Lirik Lagu “Naik-Naik ke Puncak Gunung” dari Slank dalam Album Mata Hati Reformasi)” ini diperoleh hasil bahwa masih banyak pejabat yang bertindak seenaknya, dan hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa berpikir tentang kepentingan rakyat, terutama kepentingan rakyat kecil. Kesimpulan dengan banyaknya permasalahan-permasalahan yang dialami negara Indonesia, dari yang diakibatkan oleh sikap-sikap para pejabat pemerintah yang bertindak seenaknya, yang seharusnya kepentingan rakyat itu diatas segala-galanya.

Dalam penelitiannya yang berjudul “Representasi Krisis Air dalam Lirik Lagu (Studi Semiologi Representasi Krisis Air dalam Lirik Lagu „Krisis Air‟ Album Jurus Tandur No. 18 oleh Kelompok Musik Slank)”, Ruly Wijayanti (2010) menyebutkan bahwa penelitiannya tersebut memiliki kesimpulan krisis air


(23)

yang dikontruksikan dalam lagu “Krisis Air”, merupakan masalah penting bagi umat manusia. Kondisi alam saat ini sangat tercemar oleh pencemaran air yang disebabkan oleh manusia yang berakibat bencana atau perubahan alam yang diceritakan didalam lirik lagu “Krisis Air” oleh kelompok musik Slank dengan menggunakan studi semiologi.

Darmanto (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Lirik Lagu Sebagai Kritik Sosial (Analisis Semiotika Pada Lirik Lagu Slank "Krisis BBM")” menyebutkan bahwa hasil penelitian ini memberikan rekomendasi pada industri musik Indonesia agar tidak tunduk pada kapitalisme yang lebih berpihak pada pasar yang umumnya menciptakan lagu sesuai permintaan pasar, seharusnya berpihak pada kepentingan kelompok marjinal dan mengkritik pemerintah yaitu dengan menciptakan lagu yang membangun.

Silvia Qotrun Nada (2014) bertujuan untuk menganalisis gambaran (representasi) stereotipe pada perempuan dalam lirik lagu tersebut. Penulis menggunakan perspektif strereotipe, gender dan analisis wacana untuk menguak makna dibalik penciptaan lagu tentang perempuan dan seksualitas. Penulis menggunakan metode Analisis wacana kritis milik Sara Mills. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kentalnya stereotipe negatif tentang perempuan di Indonesia, sehingga tertuang dalam lirik lagu dari beberapa judul dalam album Slank. Penelitiannya tersebut diberi judul Stereotipe Perempuan dalam Lirik Lagu(Studi Analisis Wacana Kritis Sara Mills Lirik Lagu Slank “Jinna Belasan Dalam Pelarian, Telanjang, dan Aborsi”).


(24)

Dari keempat penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tentang lirik-lirik lagu SLANK telah ada sebelumnya, namun baru sebatas tujuh lagu saja yang telah diteliti. Dari keempat penelitian di atas pula dapat disimpulkan bahwa pengkajian tentang hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu SLANK merupakan hal yang baru.

1.6Landasan Teori

Dalam penelitian ini akan dijabarkan apa yang dimaksud dengan kritik, topik wacana, fungsi lagu atau musik, teori pragmatik, serta tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur.

1.6.1 Kritik

Menurut KBBI (Sugono, dkk., 2008: 761), kritik memiliki definisi yaitu sebuah kecaman atau tanggapan, terkadang disertai uraian dan pertimbangan baik maupun buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Adapun mengkritik adalah suatu tindakan mengemukakan kritik atau mengecam.

Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut ini adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (a) membanding dan membedakan, (b) membuat kategori, (c) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (d) menerangkan sebab, (e) membuat sekuen atau urutan, (f) menentukan sumber yang dipercayai, dan (g) membuat ramalan.


(25)

1.6.2 Topik Wacana

Muatan kritik merupakan salah satu hal yang dibahas dalam penelitian ini. Untuk mengetahui hal-hal yang dikritik dalam lirik-lirik lagu SLANK, topik dalam lirik lagu terlebih dahulu harus diketahui. Hal tersebut mengindikasi bahwa muatan kritik yang terkandung dalam lirik lagu SLANK, sekaligus merupakan sebuah topik dalam lirik-lirik lagu SLANK.

Baryadi (2002: 54) mengatakan bahwa topik (topic) adalah perihal yang dibicarakan dalam wacana. Hal ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana. Topiklah yang menyebabkan lahirnya wacana dan berfungsinya wacana dalam proses komunikasi verbal karena suatu wacana akan lahir jika ada yang dibicarakan dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi jika mengandung sesuatu yang dibicarakan.

Menurut Baryadi (2002: 55), dalam proses komunikasi, topik dalam wacana memiliki kedudukan yang sangat penting. Kedudukan yang sangat penting ini bersangkutan dengan peranannya dalam memperlancar proses komunikasi. Ia juga menambahkan bahwa peranannya secara potensial dan dalam permukaan tampak baik bagi pembicara atau penulis (pembuat wacana) maupun bagi pendengar atau pembaca (penerima wacana). Bagi pembuat wacana, topik merupakan informasi embrional dan informasi inti yang menjadi pangkal inspirasi untuk mengungkapkannya secara verbal dalam struktur lahir (surface structure) yang berupa jenis wacana tertentu. Sementara itu, bagi penerima wacana, topik adalah sesuatu yang dicari, diintepretasikan, dan dipahami, serta ditanggapi. Topik adalah arah utama seseorang dalam memahami wacana.


(26)

Menurut van Dijk, struktur wacana dibagi menjadi bagian, yaitu (i) bagian makro, (ii) bagian superstruktur, dan (iii) bagian mikro. Bagian makro merupakan makna global dari suatu wacana, bagian superstruktur merupakan kerangka suatu wacana, dan bagian mikro merupakan makna wacana yang dapat dipahami dari penggunaan kata (keywords), kalimat, dan sebagainya (Baryadi, 2002: 15). Dalam penelitian ini hanya menggunakan bagian mikro saja atau kata kunci (keywords) untuk memahami isi sebuah lirik lagu.

1.6.3 Fungsi Lagu atau Musik

Alan P. Merriam (1964: 32-33) berpendapat bahwa musik merupakan suatu lambang dari hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide, maupun perilaku suatu masyarakat. Musik merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan (Koentjaraningrat, 1986: 203-204), serta merupakan salah satu kebutuhan manusia secara unviersal yang tidak pernah lepas dari masyarakat (Boedhisantoso, 1982: 23).

Musik merupakan salah satu dari kebudayaan, yang berarti musik diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah keindahan. Dapat disimpulkan bahwa musik memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music menyatakan ada 10 fungsi dari musik:


(27)

(a) Fungsi Pengungkapan Emosional

Musik berfungsi sebagai suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya. Dengan kata lain, si pemain dapat mengungkapkan perasaan atau emosinya melalui musik.

(b) Fungsi Penghayatan Estetis

Musik merupakan suatu karya seni. Suatu karya dapat dikatakan karya seni apabila dia memiliki unsur keindahan atau estetika di dalamnya. Melalui musik kita dapat merasakan nilai-nilai keindahan baik melalui melodi atupun dinamikanya.

(c) Fungsi Hiburan

Musik memiliki fungsi hiburan mengacu kepada pengertian bahwa sebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur. Hal ini dapat dinilai dari Melodi ataupun liriknya.

(d) Fungsi Komunikasi

Musik memiliki fungsi komunikasi berarti bahwa sebuah musik yang berlaku di suatu daerah kebudayaan mengandung isyarat-isyarat tertentu yang hanya diketahui oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari teks atau pun melodi musik tersebut.


(28)

Musik memiliki fungsi dalam melambangkan suatu hal. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek musik tersebut, misalmya tempo sebuah musik. Jika tempo sebuah musik lambat, maka kebanyakan teksnya menceritakan hal-hal yang menyedihkan. Sehingga musik itu melambangkan akan kesedihan.

(f) Fungsi Reaksi Jasmani

Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel-sel saraf manusia sehingga menyebabkan tubuh kita bergerak mengikuti irama musik tersebut. Jika musiknya cepat maka gerakan kita cepat, demikian juga sebaliknya.

(g) Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial

Musik berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atau peraturan-peraturan. Penyampaian kebanyakan melalui teks-teks nyanyian yang berisi aturan-aturan.

(h) Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial

Fungsi musik berarti bahwa sebuah musik memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu upacara. Musik merupakan salah satu unsur yang penting dan menjadi bagian dalam upacara, bukan hanya sebagai pengiring.

(i) Fungsi Kesinambungan Budaya

Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang berkaitan dengan norma sosial. Dalam hal ini musik berisi tentang ajaran-ajaran untuk meneruskan sebuah sistem dalam kebudayaan terhadap generasi selanjutnya.


(29)

(j) Fungsi Pengintegrasian Masyarakat

Musik memiliki fungsi dalam pengintegrasian masyarakat. Suatu musik jika dimainkan secara bersama-sama maka tanpa disadari musik tersebut menimbulkan rasa kebersamaan di antara pemain atau penikmat musik itu.

1.6.4 Pragmatik

Pragmatik (Pragmatics) adalah sebuah kajian pemaknaan yang muncul dalam penggunaan bahasa. Pragmatik adalah kajian tentang makna yang disampaikan oleh pembicara, dalam hal ini penulis lirik, dan diintepretasikan oleh pendengar atau dalam hal ini penikmat lagu. Dengan kata lain, kajian pragmatik mecakup makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Dalam hal ini, makna yang disampaikan oleh penulis lirik melebihi makna yang tersurat dalam lirik, namun lebih mengacu kepada makna yang tersirat dalam lirik itu sendiri.

Menurut pandangan berbagai pakar, pragmatik memiliki definisi yang berbeda-beda. Menurut Leech (1993: 32) “Pragmatik merupakan studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar atau speech situations.” Lubis (1993: 4) menambahkan bahwa bahasa merupakan gejala sosial dan pemakaiannya banyak ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor linguistik seperti kata-kata maupun kalimat-kalimat saja belum cukup untuk melancarkan sebuah komunikasi.

Levinson (dalam Tarigan, 1990: 33) mengatakan bahwa pragmatik merupakan telaah mengenai relasi antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain, pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa, menghubungkan


(30)

serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Wijana (1996: 14) mengatakan bahwa pragmatik menganalisis tuturan, baik tuturan panjang, satu kata maupun injeksi. Ia menambahkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Gunarwan (dalam Rustono, 1999: 4) bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan (timbal-balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran.

Dalam pragmatik, pengkajian bahasa tidak hanya didasarkan pada struktural saja, namun juga dari penggunaan bahasanya. Wijana (1996: 14) menyatakan bahwa pragmatik menganalisis tuturan, baik tuturan panjang, satu kata atau injeksi. Ia juga menyatakan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi.

Penerapan pragmatik dapat dilakukan dengan menganalisis bentuk-bentuk penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan yang berbentuk tuturan. Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (a) bidang yang mengkaji makna pembicara, (b) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, (c) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara, dan (d) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.


(31)

Dari beberapa pengertian tentang pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek makna tuturan berdasarkan maksud penutur, yang dihubungkan dengan konteks bahasa maupun nonbahasa. Dalam hal ini, konteks sangat mempengaruhi makna dalam satuan bahasa, mulai dari kata sampai dengan wacana.

1.6.5 Tindak Tutur dan Jenis-jenis Tindak Tutur 1.6.5.1Tindak Tutur

Menurut The Concise Oxford Dictionary of Linguistics, tindak tutur (speech act) adalah ucapan yang dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh penutur. Teori tentang tindak tutur awalnya diperkenalkan oleh J. L. Austin. Kemudian teori itu diperkenalkan kembali setelah Searle menerbitkan sebuah buku yang berjudul Speech Act: An Eassy in The Philosophy of Language pada tahun 1969.

Leech (1993: 5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari tentang maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran tersebut dilakukan, menanyakan apa yang dimaksud oleh sesorang dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan sentral dari pragmatik, dan merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini, seperti pra-anggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja sama, serta prinsip kesantunan.

Menurut Austin (dalam Leech, 1993: 280), semua tuturan adalah sebuah bentuk tindakan dan tidak sekedar sesuatu tentang dunia tindak ujar atau tutur


(32)

(Speech Act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikatif tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mengujarkan sesuatu dapat disebut sebagai aktivitas atau tindakan. Hal tersebut dikarenakan dalam setiap tuturan memiliki maksud tertentu untuk mempengaruhi orang lain.

Sementara itu, Chaer dan Leonie (2010: 50) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna tindakan dalam tuturannya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas dengan menuturkan sesuatu. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur.

1.6.5.2Jenis-jenis Tindak Tutur (Wijana, 1996: 30-36)

Tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tidak langsung serta tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Berikut ini didefinisikan kedua jenis tindak tutur tersebut.

1.6.5.2.1 Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu


(33)

(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan sebagainya, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act), seperti contoh (5) sampai dengan (7) berikut ini:

(5) Sidin memiliki lima ekor kucing (6) Di manakah letak pulau Bali? (7) Ambilkan baju saya!

Sementara itu, untuk berbicara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini yang terjadi, terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect speech act), seperti contoh kalimat (8) dan (9) berikut ini:

(8) Ada makanan di almari (9) Di mana sapunya?

Kalimat (8), bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Demikian pula tuturan (9) bila diutarakan oleh seorang ibu kepada seorang anak, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak sapu itu, tetapi juga secara tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil sapu itu.

Dari uraian di atas, penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur dapat ditabelkan sebagai berikut:


(34)

Tabel 1: Skema Penggunaan Modus

Modus

Tindak Tutur

Langsung Tidak Langsung

Berita Memberitakan Menyuruh

Tanya Bertanya Menyuruh

Perintah Menyuruh -

Tabel di atas menjelaskan bahwa kalimat berita dapat digunakan untuk memberitakan maupun untuk menyuruh, demikian pula kalimat tanya yang dapat digunakan untuk bertanya maupun menyuruh, sedangkan kalimat perintah hanya dapat digunakan untuk menyuruh.

1.6.5.2.2 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Untuk lebih jelas perhatikan contoh kalimat (10) sampai dengan (13) berikut:

(10) Penyanyi itu suaranya bagus.

(11) Suaramu bagus, tapi tak usah nyanyi saja.

(12) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu.

(13) Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar.

Kalimat (10), bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, merupakan tindak tutur literal, sedangkan (11), karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus dengan


(35)

mengatakan „tak usah nyanyi saja’, merupakan tindak tutur tidak literal. Demikian pula karena penutur benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan (membesarkan) volume radio untuk dapat secara lebih mudah mencatat lagu yang didengarkannya, tindak tutur kalimat (12) adalah tindak tutur literal. Sebaliknya, karena penutur sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya, tindak tutur dalam (13) adalah tindak tutur tidak literal dengan mengatakan ‘aku mau belajar’.

1.6.5.3Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur

Bila tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tidak literal, akan didapatkan berbagai macam tindak tutur berikut ini:

1.6.5.3.1 Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya.

1.6.5.3.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.


(36)

1.6.5.3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. 1.6.5.3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan dengan maksud yang hendak diutarakan.

1.7Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut uraian masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Obyek dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu SLANK. Dari obyek tersebut, peneliti mengambil tuturan bermuatan kritik yang terdapat dalam lirik-lirik lagu SLANK sebagai data penelitian.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, dengan menyimak lirik-lirik lagu SLANK. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi mengenai hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu tersebut. Selain itu, dilakukan studi pustaka terhadap artikel-artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian di atas.


(37)

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2: Data Penelitian

No. Judul Lagu Album Tahun Terbit

(Release)

1. Aborsi Kampungan 1991

2. Aktor Intelektual Mata Hati Reformasi 1998 3. American Style Suit-suit... He.. He.. Gadis

Sexy 1990

4. Amrozy Gitting Road To Peace 2004

5. Anarki di RI Lagi Sedih 1997

6. Birokrasi Kompleks Generasi Biru 1994

7. Bobrokisasi Borokisme Jurus Tandur No. 18 2010

8. Gossip Jalanan Plur 2004

9. Hey Bung! Generasi Biru 1994

10. Jakarta Meledak Lagi Plur 2004

11. Jakarta Pagi Ini Virus 2001

12. Jerry (Preman Urban) Tujuh 1998

13. Krisis Air Jurus Tandur No. 18 2010

14. Kritis BBM Slankissme 2005

15. L.A.P.I.N.D.O. Slow But Sure 2007

16. Merdeka Jurus Tandur No. 18 2010

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


(38)

mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa sebagai bahan penelitian (Sudaryanto, 1993: 133). Istilah menyimak dalam penelitian ini berwujud penyimakan atas lirik-lirik lagu SLANK yang berupa wacana tulis.

Tahap selanjutnya, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catat. Dalam hal ini, teknik catat dilakukan dengan cara mengetik pengklasifikasian data berupa hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu SLANK, dengan cara mengetik pada komputer serta mencari referen bahasa (segala sesuatu di luar bahasa) pada internet, sebagai data pendukung.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode padan. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Masalah pertama dalam penelitian ini adalah hal-hal pa saja yang dikritik dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK? Untuk menjawab masalah tersebut, digunakan metode padan referensial, yaitu metode yang dilaksanakan dengan alat penentunya berupa referen. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang dikritik dalam lirik-lirik lagu SLANK. Alat penentu metode padan referensial berupa referen, yaitu segala sesuatu di luar bahasa (misalnya: tindakan, peristiwa, dsb). Berikut ini merupakan contoh penerapan metode padan referensial dalam penelitian ini:


(39)

(14) Putih embun pun kini telah terkontaminasi

(SLANK, “Jakarta Pagi Ini”) Contoh (14) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata terkontaminasi, berasal dari kata “kontaminasi” yang bermakna „pengotoran atau pencemaran‟ (Sugono, dkk. , 2008: 751).

Sementara itu, masalah kedua dalam penelitian ini adalah bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dibutuhkan metode padan pragmatik, yaitu metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra tutur. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicaranya (Mastoyo, 2007: 49).

(15) Kelebihan dananya kemana?

(SLANK, “Kritis BBM”) Contoh (15) merupakan tindak tutur mengkritik secara tidak langsung tidak literal. Hal tersebut dibuktikan dengan kalimat tersebut merupakan kalimat interogatif dan makna yang berbeda dengan maksud yaitu ingin mengkritik adanya tindak korupsi.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan metode informal dan formal. Menurut Sudaryanto (1993: 145), metode informal adalah perumusan


(40)

dengan kata-kata biasa. Demikian pula dengan penelitian ini akan disajikan kaidah-kaidah yang menggunakan kata-kata biasa sehingga langsung dapat dipahami. Sementara itu, metode formal dalam penelitian ini adalah penyajian menggunakan tabel-tabel.

1.8Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Pada bab I merupakan bab Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian. Pada bab II, dimuat klasifikasi berbagai macam kritik yang disajikan dalam lirik-lirik lagu SLANK. Bab ini berisi uraian dan deskripsi tentang hal-hal atau fenomena-fenomena apa saja yang dikritik oleh SLANK dalam lirik-lirik lagunya. Sementara itu, pada bab III diuraian tentang tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu SLANK. Pada bab ini, tindak tutur mengkritik dalam lirik-lirik lagu SLANK akan dideskripsikan ke dalam empat jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Bab IV atau bab terakhir berisi kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan akan berisi mengenai klasifikasi kritik dan tindak tutur mengkritik yang diwujudkan dalam lirik-lirik lagu grup musik SLANK. Dalam bab ini, apa yang telah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya akan disimpulkan. Tujuannya agar membentuk suatu kesimpulan yang mewakili seluruh isi penelitian.


(41)

26 BAB II

HAL-HAL YANG DIKRITIK DALAM LIRIK LAGU GRUP MUSIK SLANK

Pada bab ini akan dibahas tentang hal-hal apa saja yang dikritik oleh SLANK dalam lagu-lagunya. Hal-hal yang dikritik oleh SLANK meliputi: (i) kekerasan dan kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan bebas, serta (v) terorisme.

2.1Kekerasan dan Kriminalitas

Kritik kekerasan dan kriminalitas terdapat dalam lagu “Anarki di RI”, ”Aborsi”, “Aktor Intelektual”, “Gossip Jalanan”, “Jakarta Meledak Lagi”, dan “Jerry (Preman Urban)”. Berikut ini terlebih dahulu disajikan contoh satu lagu yang memiliki muatan kritik kekerasan dan kriminalitas.

(16) Ada yang lempar-lemparan batu Sambil saling getok-getokan Coba lihat siapa itu?

Pelajar ribut di jalan Ada yang bikin kerusuhan Sambil teriak-teriak nggak puas Coba lihat apaan itu?

Buruh ngamuk di jalanan Ada hiburan dan pertandingan

Kumpul-kumpul emosi nggak tertahan Coba terka apakah itu?


(42)

Ada suara jerit-jeritan

Sia-sia banyak yang jadi korban Coba lihat apa sih itu?

Petugas bentrok sama demonstran Refren:

Oo... Anarki diri Oo... Anarki di RI Untuk apa.. uu yee! Buat apa.. uu yee! Mau apa.. uu yee!

(SLANK, “Anarki di RI”) Dalam contoh (16), SLANK mengkritik berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh berbagai kalangan sosial. Hal ini dibuktikan dalam masing-masing bagian lirik (pada masing-masing bait) yang mengacu pada kekerasan dan kriminalitas (dicetak miring). Pada bait pertama, kata lempar-lemparan memiliki makna „saling melempar‟. Menurut KBBI (Sugono, dkk., 2008: 477), kata getok memiliki makna „pukul‟ (Sugono, dkk., 2008: 450), jadi makna getok-getokan adalah „saling pukul‟, serta kata ribut memiliki makna „rusuh‟ (Sugono, dkk., 2008: 1174).

Pada bait kedua, kata kerusuhan memiliki makna „keadaan rusuh (tidak aman); keributan; kekacauan; huru-hara‟ (Sugono, dkk., 2008: 1194). Sementara itu, kata ngamuk merupakan bentuk pendek dari kata mengamuk yang memiliki makna „menyerang secara membabi buta karena sangat marah‟ (Sugono, dkk., 2008: 55).

Pada bait ketiga, kata emosi memiliki makna „keadaan dan reaksi psikologis serta fisiologis (spt kegembiraan, kesedihan, keharusan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif)‟ (Sugono, dkk., 2008: 368), namun dalam


(43)

lagu ini lebih mengacu pada keadaan „sangat marah‟. Sementara itu, kata histeris memiliki makna „bersifat histeris‟ (Sugono, dkk. , 2008: 503) yang masih berhubungan dengan kata histeri, sedangkan kata histeri memiliki makna „gangguan pada susunan saraf, dengan luapan emosi yang tidak terkendalikan‟ (Sugono, dkk., 2008: 503).

Pada bait keempat, kata korban memiliki makna „orang, binatang, dsb yang menderita (mati dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb‟ (Sugono, dkk., 2008: 733). Sementara itu, kata bentrok memiliki makna „bercekcok; berselisih‟ (Sugono, dkk., 2008: 173). Pada bagian refren, kata anarki memiliki makna „kekacauan (dl suatu negara)‟ (Sugono, dkk., 2008: 59).

Selanjutnya, berikut ini merupakan contoh-contoh penggalan lirik yang juga mengandung hal kekerasan dan kriminalitas.

(17) Papa bilang gugurkan sajalah kandungan!

(SLANK, “Aborsi”) Kritik kekerasan dan kriminalitas juga terlihat dalam contoh (17). Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata gugurkan yang bermakna „sengaja mengeluarkan janin sebelum waktunya‟ (Sugono, dkk., 2008: 491).

(18) Banyak Cina melarat Apes kena disikat

(SLANK, “Aktor Intelektual”) Contoh (18) juga mengandung kritik tentang kekerasan. Hal itu dibuktikan dengan pemakaian kata disikat yang memiliki kata dasar sikat yang memiliki


(44)

makna „pembersih‟ (Sugono, dkk., 2008: 1304). Jadi makna kata disikat dalam bagian ini adalah „dibersihkan‟ atau „disingkirkan secara paksa‟.

(19) Pernah denger „gak triakan Allahu Akbar? Pake peci, tapi kelakuan bar-bar?

Ngerusakin bar, orang ditampar-tampar!

(SLANK, “Gossip Jalanan”) Contoh (19) mengandung kritik kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata bar-bar yang memiliki makna „tidak beradab‟ (Sugono, dkk., 2008: 140). Bukti selanjutnya, digunakan kata ditampar-tampar yang bermakna „memukul dengan telapak tangan‟ (Sugono, dkk., 2008: 1389).

(20) Di alam merdeka butuh toleransi

Cara kekerasan 'gak “welcome di sini!

(SLANK, “Jakarta Meledak Lagi”) Contoh (20) mengandung kritik kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata kekerasan yang memiliki makna „perbuatan seseorang atau sekelompok orang yg menyebabkan kerusakan fisik atau matinya orang lain atau barang orang lain‟ (Sugono, dkk., 2008: 677).

(21) Dia terpaksa turun ke jalan Dia jalani dunia hitam Karna Jakarta penuh curiga

Karna Jakarta bukan kota yang ramah


(45)

Contoh (21) mengandung kritik kekerasan dan kriminalitas. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan istilah dunia hitam yang mengacu pada „dunia kriminalitas‟. Sementara itu, penggunaan istilah bukan kota yang ramah mengacu pada suatu hal, yaitu „sebuah kota dengan kadar kriminalitas yang tinggi‟.

Berikut ini disajikan tabel daftar kata/frasa yang digunakan dalam mengkritik kekerasan dan kriminalitas:

Tabel 3: Daftar Kata/Frasa untuk Mengkritik Kekerasan dan Kriminalitas No.

Data Judul Lagu Kata/Frasa Makna

16 Anarki di RI

lempar-lemparan saling melempar getok-getokan saling memukul

Ribut Rusuh

Kerusuhan

keadaan rusuh (tidak aman); keributan; kekacauan; huru-hara

Ngamuk menyerang secara membabi

buta karena sangat marah

Emosi sangat marah

Histeris luapan emosi yang tidak terkendalikan

Korban

orang, binatang, dsb yang menderita (mati dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb

Bentrok bercekcok; berselisih

Anarki menentang setiap kekuasaan negara

17 Aborsi Gugurkan sengaja mengeluarkan janin

sebelum waktunya 18 Aktor

Intelektual Disikat

dibersihkan atau

disingkirkan secara paksa 19 Gossip Jalanan

bar-bar tidak beradab

ditampar-tampar memukul dengan telapak tangan

20 Jakarta


(46)

21 Jerry (Preman Urban)

dunia hitam dunia kriminalitas bukan kota yang

ramah

sebuah kota dengan kadar kriminalitas yang tinggi 2.2Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan juga menjadi salah satu perhatian SLANK dalam menciptakan karya mereka. Kritik kerusakan lingkungan terdapat dalam lagu “Krisis Air”, “Jakarta Pagi Ini”, dan “L.A.P.I.N.D.O.”. Berikut ini merupakan lirik sebuah lagu yang mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan.

(22) Ketika sungai-sungai kotor Mata air terkontaminasi Ketika air tanah berlimbah Jangan cuma diam dan menunggu Berbuatlah untuk air

Ketika sumur-sumur mengering Ketika bumi makin memanas Sumber kehidupan nggak ada lagi Jangan cuma diam dan menunggu Berhematlah untuk air

Krisis-krisis, air-air Ketika kesegaran hilang Ketika kehausan datang Ketika kematian menjelang Jangan cuma diam dan menunggu Berlarilah untuk air

Krisis-krisis, air-air

(SLANK, “Krisis Air”) Dalam contoh (22), SLANK mengkritik tentang kerusakan lingkungan. Hal ini dibuktikan dalam masing-masing bagian lirik (pada masing-masing bait) yang mengacu pada hal kerusakan lingkungan. Pada bait pertama, ditandai dengan


(47)

penggunaan frasa sungai-sungai kotor. Kata kotor, dari frasa sungai-sungai kotor memiliki makna „jorok atau menjijikkan‟ (Sugono, dkk., 2008: 759), maka maknanya adalah „sungai-sungai yang menjadi jorok atau menjijikkan‟. Pada bait pertama juga ditandai dengan penggunaan frasa mata air terkontaminasi. Kata terkontaminasi, dari frasa mata air terkontaminasi dibentuk dari kata dasar kontaminasi yang memiliki makna „pengotoran atau pencemaran‟ (Sugono, dkk., 2008: 751), maka maknanya adalah „mata air yang telah mengalami proses pengotoran atau pencemaran‟. Selain itu juga ditandai dengan penggunaan frasa air tanah berlimbah. Kata berlimbah, dari frasa air tanah berlimbah berasal dari kata limbah yang memiliki makna „sisa proses produksi, spt air buangan dr pabrik (serpihan bahan karet, kayu, plastik, dsb)‟ (Sugono, dkk., 2008: 861), maka makna dari frasa tersebut adalah „air tanah yang telah tercampur dengan sisa proses produksi‟.

Pada bait kedua, ditandai dengan penggunaan frasa sumur-sumur mengering. Kata mengering, dari frasa sumur-sumur mengering dibentuk dari kata dasar kering yang memiliki makna „tidak basah; tidak berair; tidak lembab; tidak ada airnya lagi‟ (Sugono, dkk., 2008: 702), maka makna frasa tersebut adalah „sumur-sumur yang tidak ada airnya lagi‟. Selanjutnya, yang dimaksud dengan bumi makin memanas adalah „lapisan ozon (lapisan pelindung bumi) yang semakin menipis atau berlubang karena telah mengalami kerusakan, sehingga sinar matahari bebas masuk tanpa ada penghalangnya‟.


(48)

Sementara itu, frasa lain yang digunakan dalam bait ini adalah sumber kehidupan ga ada lagi. Sumber kehidupan dalam istilah ini lebih mengacu kepada air‟, maka yang dimaksud dalam istilah ini adalah „keadaan kekurangan air‟.

Pada bait ketiga, ditandai dengan penggunaan frasa kesegaran hilang dan kehausan datang, yang mengacu pada hal „akibat yang ditimbulkan apabila terjadi krisis air atau kekeringan‟. Sementara itu pada bagian refren ditandai dengan frasa krisis-krisis yang memiliki makna „keadaan suram (tt ekonomi, moral, dsb)‟ (Sugono, dkk., 2008: 761), dalam hal ini adalah krisis air.

Selain itu, kritik tentang kerusakan lingkungan juga terdapat dalam kutipan-kutipan berikut ini.

(23) Pagi dingin 'gak ada sinar mentari Dan langit pun terlihat gelap Mendung datang lagi

(SLANK, “Jakarta Pagi Ini”) Contoh (23) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata gelap, yang mengacu pada „langit yang tertutup oleh asap polusi‟. Sementara itu penggunaan kata mendung mengacu pada „asap polusi‟.

(24) Putih embun pun kini telah terkontaminasi


(49)

Contoh (24) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata terkontaminasi yang memiliki makna „tercemar‟ (bdk. Sugono, dkk., 2008: 751).

(25) ... membuang sampah ke dalam sungai

(SLANK, “L.A.P.I.N.D.O.”) Contoh (25) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata sampah yang memiliki makna „barang atau benda yg dibuang krn tidak terpakai lagi, dsb‟ (Sugono, dkk., 2008: 1255).

(26) ... membuang kotoran ke dalam kali

(SLANK, “L.A.P.I.N.D.O.”) Contoh (26) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata kotoran yang memiliki makna „sesuatu yang menyebabkan kotor‟ (Sugono, dkk., 2008: 759).

(27) ... membuang limbah ke dalam laut

(SLANK, “L.A.P.I.N.D.O.”) Contoh (27) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata limbah yang memiliki makna „sisa proses produksi, spt air buangan dr pabrik (serpihan bahan karet, kayu, plastik, dsb)‟ (Sugono, dkk., 2008: 861).


(50)

(28) ... membuang-buang comberan ke selokan

(SLANK, “L.A.P.I.N.D.O.”) Contoh (28) mengandung kritik tentang kerusakan lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata comberan yang memiliki makna „selokan (lubang) pembuangan air kotor; perlimbahan; got‟ (Sugono, dkk., 2008: 292).

Berikut ini disajikan tabel daftar kata/frasa yang digunakan dalam mengkritik kerusakan lingkungan.

Tabel 4: Daftar Kata/Frasa untuk Mengkritik Kerusakan Lingkungan No.

Data Judul Lagu Kata/Frasa Makna

22 Krisis Air

sungai-sungai kotor

sungai-sungai yang menjadi jorok atau menjijikkan mata air

terkontaminasi

mata air yang telah mengalami proses pengotoran atau pencemaran air tanah berlimbah

air tanah yang telah tercampur dengan sisa proses produksi sumur-sumur

mengering

sumur-sumur yang tidak ada airnya lagi

bumi makin memanas

lapisan ozon (lapisan pelindung bumi) yang semakin menipis atau berlubang karena telah mengalami kerusakan, sehingga sinar matahari bebas masuk tanpa ada penghalangnya

sumber kehidupan nggak ada lagi

keadaan kekurangan air krisis keadaan suram (tt air) kesegaran hilang

akibat yang ditimbulkan apabila terjadi krisis air atau kekeringan


(51)

kehausan datang

akibat yang ditimbulkan apabila terjadi krisis air atau kekeringan

23 Jakarta Pagi Ini gelap

langit yang tertutup oleh asap polusi

mendung asap polusi

24 Jakarta Pagi Ini terkontaminasi Tercemar 25 L.A.P.I.N.D.O. sampah

barang atau benda yg dibuang krn tidak terpakai lagi, dsb

26 L.A.P.I.N.D.O. kotoran sesuatu yang menyebabkan kotor 27 L.A.P.I.N.D.O. limbah

sisa proses produksi, spt air buangan dr pabrik (serpihan bahan karet, kayu, plastik, dsb) 28 L.A.P.I.N.D.O. comberan

selokan (lubang) pembuangan air kotor; perlimbahan; got

2.3Korupsi

Tindak korupsi menjadi sasaran kritik utama grup musik SLANK. Kritik tentang korupsi terdapat dalam lagu “Aktor Intelektual”, “Birokrasi Kompleks”, “Bobrokisasi Borokisme”, “Gossip Jalanan”, “Kritis BBM”, dan “Merdeka”. Berikut ini disajikan satu contoh lirik satu lagu yang mengandung kritik tentang korupsi.

(29) Minta disuap Doyan disogok

Seneng disuapin sambil disogok-sogok (Aw) Cari yang basah

Yang banyak air


(52)

Di bagi rata Semua diam

Rame-rame kita korupsi berjamaah (Amin) Bobrokisasi Borokisme 2x

Tutup telinga Mulut & mata

Tapi bau busuk masih tercium juga

(SLANK, “Bobrokisasi Borokisme”) Contoh (29) mengandung kritik tindak korupsi. Pada bait pertama ditandai dengan penggunaan kata disuap yang bermakna „diberi uang sogok; disogok‟ (bdk. Sugono, dkk., 2008: 1378). Selain itu, digunakan kata disogok yang bermakna „proses, cara, perbuatan disogok; disuap‟ (bdk. Sugono, dkk., 2008: 1366).

Pada bait kedua ditandai dengan penggunaan kata basah. Makna kata tersebut adalah „licin atau banyak uang suap‟. Selanjutnya digunakan frasa banyak air yang bermakna „banyak uang suap‟. Dalam mengkritik tindak korupsi, digunakan pula frasa dari hulu sampai hilir yang bermakna „dari bawahan sampai atasan; dari pegawai paling rendah jabatannya hingga paling tinggi jabatannya‟.

Kritik tindak korupsi juga terdapat dalam bait ketiga. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan kata korupsi itu sendiri. Kata korupsi memiliki makna „perbuatan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri (spt menggelapkan uang atau menerima uang sogok)‟ (Sugono, dkk., 2008: 756).

Pada bait keempat juga mengandung kritik tindak korupsi. Hal tersebut ditandai dengan adanya frasa bau busuk yang bermakna „tindak kejahatan‟, dalam hal ini adalah tindak korupsi.


(53)

Selain itu, frasa atau kata yang menunjukkan kritik tentang korupsi juga terdapat dalam lirik-lirik berikut ini:

(30) Dan memperkaya diri

(SLANK, “Aktor Intelektual”) Contoh (30) mengandung kritik tentang korupsi. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan frasa memperkaya diri. Dalam lagu “Aktor Intelektual” tersebut, frasa memperkaya diri bermakna „menjadikan diri sendiri kaya; dalam hal ini mengambil uang rakyat untuk kepentingan pribadi‟.

(31) Yang ngambil uang rakyat

(SLANK, “Aktor Intelektual”) Contoh (31) juga mengandung kritik tindak korupsi. Hal tersebut dibuktikan dengan pemakaian kata ngambil. Kata ngambil merupakan pemendekkan dari kata mengambil yang memiliki makna „memiliki atau merebut‟ (Sugono, dkk., 2008: 50).

(32) Yang sering banyak nyunat Duit haram punya rakyat

(SLANK, “Aktor Intelektual”) Contoh (32) mengandung kritik tindak pidana korupsi. Hal itu ditandai dengan pemakaian kata nyunat. Kata nyunat merupakan bentuk pendek dari kata menyunat yang bermakna „memotong secara tidak sah (tt gaji, dsb)‟ (Sugono,


(54)

dkk., 2008: 1389-1390). Selain itu, ditandai juga dengan penggunaan frasa duit haram yang bermakna „uang yang bukan merupakan hak milik pribadi‟.

(33) Mau bikin usaha

Harus lewat sini, lewat sana Meja sini, meja sana

Sogok sini, sogok sana Izin sini, izin

(SLANK, “Birokrasi Kompleks”) Contoh (33) mengandung kritik tindak korupsi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan kata sogok. Dalam hal ini kata sogok merupakan pemendekkan dari kata penyogokan yang bermakna „proses, cara, perbuatan menyogok; menyuap‟ (Sugono, dkk., 2008: 1366).

(34) Katanya banyak uang suap polisi

(SLANK, “Gossip Jalanan”) Dalam contoh (34) di atas juga mengandung unsur korupsi. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata suap yang memiliki makna „memberi uang sogok; menyogok; menyuapi‟ (Sugono, dkk., 2008: 1378).

(35) Para pejabat foya-foya .. oya .. AHA

(SLANK, “Kritis BBM”) Contoh (35) mengandung kritik tindak korupsi. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan kata foya-foya. Kata foya-foya memiliki makna „bersenang


(55)

-senang (nonton, makan minum, bermain-main, dsb)‟ (Sugono, dkk., 2008: 418). Dalam hal ini, foya-foya dilakukan dengan menggunakan uang rakyat.

(36) Mengapa dipermudah kalau bisa dipersulit Mengapa harus gratis kalo bisa dapet duit

Kenapa juga pilih yang susah kalo ada yang minta disuapi Kenapa pula pusing cari bisnis kalo banyak dapet komisi

(SLANK, “Merdeka”) Pada contoh (36), kritik tindak korupsi ditandai dengan adanya penggunaan frasa dapet duit yang bermakna „mendapatkan uang suap‟. Selanjutnya, digunakan istilah disuapi yang bermakna „diberi uang sogok; disogok‟ (bdk. Sugono, dkk. , 2008: 1378). Selain itu, digunakan pula kata komisi yang bermakna „imbalan (uang) atau persentase tertentu yg dibayarkan krn jasa yg diberikan‟ (Sugono, dkk., 2008: 742).

(37) Kenapa mesti murah kalo bisa dimark-up-in Kenapa ditenderin kalo bisa dikongkalikongin Kenapa juga harus dikasusin kalo bisa di86-in

Kenapa pula terang-terangan kalo bisa dikasak-kusukkin

(SLANK, “Merdeka”) Kritik tindak korupsi pada contoh (37), ditandai dengan adanya penggunaan kata dimark-up-in yang bermakna „dilebihkan‟. Selain itu, ditandai pula dengan penggunaan kata dikongkalikongin yang bermakna „disepakati secara bersama‟, di86-in yang bermakna „dibereskan (kata sandi dalam Kepolisian)‟, serta kata dikasak-kusukkin yang bermakna „perbuatan mempengaruhi orang lain


(56)

secara bersembunyi-sembunyi (tidak terang-terangan) dengan tujuan tertentu (biasanya disampaikan dng cara berbisik)‟ (Sugono, dkk., 2008: 645).

(38) Merdeka ... Tenang ada si markus (Yang bakal beresin)

(SLANK, “Merdeka”) Pada contoh (38) juga terdapat kritik tindak korupsi. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata si markus yang merupakan singkatan dari makelar kasus. Kata makelar bermakna „orang atau badan yg menjual barang-barang atas dasar komisi‟ (Sugono, dkk., 2008: 902).

Berikut ini disajikan tabel daftar kata/frasa yang digunakan dalam mengkritik tindak korupsi.

Tabel 5: Daftar Kata/Frasa untuk Mengkritik Korupsi No.

Data Judul Lagu Kata/Frasa Makna

29 Bobrokisasi Borokisme

disuap memberi uang sogok; menyogok; menyuapi disogok proses, cara, perbuatan

menyogok; menyuap basah licin atau banyak uang suap banyak air banyak uang suap

dari hulu sampai hilir

dari bawahan sampai atasan; dari pegawai paling rendah jabatannya hingga paling tinggi jabatannya

korupsi

perbuatan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri (spt menggelapkan uang atau menerima uang sogok)

bau busuk tindak kejahatan


(57)

Intelektual dalam hal ini mengambil uang rakyat untuk kepentingan pribadi 31 Aktor

Intelektual „ngambil memiliki atau merebut 32 Aktor

Intelektual „nyunat

memotong secara tidak sah (tt gaji, dsb)

duit haram uang yang bukan merupakan hak milik pribadi

33 Birokrasi

Kompleks sogok

proses, cara, perbuatan menyogok; menyuap 34 Gossip Jalanan suap memberi uang sogok;

menyogok 35 Kritis BBM foya-foya

bersenang-senang (nonton, makan minum, bermain-main, dsb)

36 Merdeka

dapet duit mendapatkan uang suap disuapi memberi uang sogok;

menyogok; menyuapi komisi

imbalan (uang) atau persentase tertentu yg dibayarkan krn jasa yg diberikan

37 Merdeka dimark-up-in Dilebihkan

dikongkalikongin disepakati secara bersama di-86-in dibereskan (kata sandi dalam

Kepolisian)

dikasak-kusukkin

perbuatan mempengaruhi orang lain secara

bersembunyi-sembunyi (tidak terang-terangan) dengan tujuan tertentu (biasanya disampaikan dng cara berbisik)

38 Merdeka si markus (makelar kasus)

orang atau badan yg menjual barang-barang atas dasar komisi

2.4Prostitusi dan Pergaulan Bebas

Prostitusi dan pergaulan bebeas juga menjadi sasaran kritik grup musik SLANK. Kritik prostitusi dan pergaulan bebas terdapat dalam lagu “Gossip


(58)

Jalanan”, “Aborsi”, dan “American Style”. Berikut ini disajikan satu contoh istilah yang digunakan Slank dalam mengkritik prostitusi dan pergaulan bebas.

(39) Siapa yg tau mafia s’langkangan? Tempatnya lendir-lendir berceceran? Uang jutaan... bisa dapat perawan?

(SLANK, “Gossip Jalanan”) Pada contoh (39), kritik prostitusi ditandai dengan penggunaan kata s’langkangan atau selangkangan yang memiliki makna „selah kangkang; kunci paha‟ (Sugono, dkk., 2008: 1291). Kata tersebut mengacu pada posisi alat kelamin.

Selain itu, digunakan pula frasa lendir-lendir berceceran. Lendir memiliki makna „cairan pekat dan licin spt lengus atau dahak‟ (Sugono, dkk., 2008: 844), sedangkan berceceran memiliki makna „berjatuhan sedikit-sedikit dan berhamburan‟ (Sugono, dkk., 2008: 267). Jadi frasa lendir-lendir berceceran mengacu pada „banyak cairan yang dikeluarkan oleh alat-alat kelamin ketika terjadi hubungan seksual‟.

(40) Belum dewasa main bercinta

(SLANK, “Aborsi”) Pada contoh (40) mengandung kritik pergaulan bebas yang ditandai dengan penggunaan kata bercinta yang bermakna „menaruh (rasa) cinta‟ (Sugono, dkk., 2008: 288). Hal tersebut lebih mengacu pada „berhubungan seksual yang dilakukan dua orang dengan perasaan cinta‟.


(59)

(41) Gadis kecil perutnya hamil... Mampus!

(SLANK, “Aborsi”) Contoh (41) mengandung kritik pergaulan bebas yang ditandai dengan penggunaan kata hamil yang memiliki makna „mengandung janin dl rahim wanita hasil pembuahan spermatoara pd sel telur‟ (Sugono, dkk., 2008: 506).

(42) Dua remaja berpeluk mesra

(SLANK, “Aborsi”) Dalam contoh (42), dikandung kritik pergaulan bebas yang ditandai dengan penggunaan kata mesra yang bermakna „lekat (berpadu dsb) benar; merasuk‟ (Sugono, dkk., 2008: 949). Hal tersebut mengacu pada „hubungan seksual‟.

(43) Lakukan itu karena melihat

Dari buku dan film, film, film biru... BF!

(SLANK, “Aborsi”) Contoh (43) mengandung kritik pergaulan bebas. Hal itu ditandai dengan adanya frasa film biru dan BF (Blue Film) yang memiliki makna „film yang menayangkan adegan-adegan hubungan seksualitas‟.

(44) Satu gadis lagi benih di tubuhnya Dia tak tahu siapa yang menanam Bergaul bebas melanda kota-kota


(1)

Di Bagi Rata Semua Diam

Rame – rame Kita Korupsi Berjamaah .. (Amin) BOBROKISASI BOROKISME 2x

Tutup Telinga Mulut & Mata

Tapi Bau Busuk Masih Tercium Juga

8. Gossip Jalanan

Album “Plur” 2004 Pernahkah lo denger Mafia judi? Katanya banyak uang suap polisi? Tentara jadi... pengawal pribadi? Apa lo tau Mafia Narkoba?

K’Luar masuk jadi Bandar di penjara? Terhukum mati .. tapi bisa di tunda?

Siapa yg tau Mafia s’langkangan? Tempatnya lendir2 berceceran? Uang jutaan... bisa dpt perawan? Kacau balau 2x

Negaraku ini!

Ada yg tau Mafia peradilan?

Tangan kanan hukum di kiri pidan? Di kasih uang... habis perkara? Apa bener ada Mafia Pemilu?

Entah GAPTEK apa manipulasi data? Jual beli... su.. suara Rakyat!

Mau tau ‘gak Mafia di Senayan?

Kerjaannya tukang buat peraturan! Bikin UUD... ujung-ujungnya duit! Pernah denger ‘gak triakan Allahu Akbar? Pake peci... tp kelakuan Bar-Bar?


(2)

9. Hey Bung!

Album “Generasi Biru” 1994

Hei Bung yang diatas sana coba turun ke jalan Lihat-lihat situasi apa yang terjadi

Hei bung... yang dibalik meja coba turun ke jalan Tunjukkan rasa perhatian

Hei Bung didalam gedung megah coba turun ke jalan Lihat-lihat kondisi biar pasti

Hei Bung yang berkuasa coba turun ke jalan Berikan rasa kelembutan

Jangan tunggu kami Turun di jalanan Jangan sampai kami Yang tunjukkan rasa... Rasa...

10.Jakarta Meledak Lagi

Album “Plur” 2004 JKT meledak lagi...

Kemarin ada BOM lagi.... Apakah demokrasi spt ini... Orang bebas berbuat sesuka hati... INDONESIA sedih lagi...

Airmata banjir lagi...

Orang spt mereka harus pergi... Jgn beri tempat di bumi pertiwi... Di alam merdeka butuh toleransi...

Cara kekerasan 'gak WELCOME di sini !! B O M !

Ciptaan : Bimbim


(3)

11.Jakarta Pagi Ini

Album “Virus” 2001 Pagi dingin 'gak ada sinar mentari Dan langit pun terlihat gelap Mendung datang lagi

Dan aku berdiri di atas gedung yang tinggi Memandang ramainya Jakarta

Menyambut pagi ini Aku di sini... sendiri Aku di sini... oh sepi Mengapa aku di sini Jakarta pagi ini

Pagi sunyi 'gak ada burung bernyanyi Putih embun pun kini telah terkontaminasi Aku seperti terbang 'gak memijak bumi Di antara merahnya emosi Jakarta yang S'makin ternodai

Aku di sini

Walau apa yang terjadi sampai aku mati Tempatku bukan di sini...

Jakarta pagi ini Aku di sini... sendiri Aku di sini... oh sepi Tempatku bukan di sini... Jakarta pagi ini....

12.Jerry (Preman Urban)

Album “Tujuh” 1998 Temanku seorang pengembara Yang datang dari Timur negeri ini Coba mengadu nasib di Jakarta


(4)

Ternyata Jakarta kota yang penuh srigala Jakarta juga banyak ular-ular

Ternyata Jakarta kota yang penuh curiga Jakarta juga bukan kota yang ramah

Sehari bertahan.. Seminggu bertahan.. Sebulan bertahan.. Setahun benak mulai menghitam..

Dia terpaksa turun ke jalan... Dia jalani dunia hitam Karna Jakarta penuh curiga..

Karna Jakarta bukan kota yang ramah

Berminggu berlalu.. berbulan berlalu.. bertahun berlalu Dia terperosok semakin dalam..

Suatu malam menjelang pagi di dekat rumahku Dia buron karena ulahnya, 3 peluru ditubuhnya Jerry tewas di tangan petugas!!!

13.Krisis Air

Album “Jurustandur No. 18” 2010 Ketika Sungai – sungai Kotor

Mata Air Terkontaminasi Ketika Air Tanah Berlimbah

Jangan Cuma Diam Dan Menunggu Berbuatlah Untuk Air

Ketika Sumur – sumur Mengering Ketika Bumi Makin Memanas Sumber Kehidupan nggak ada Lagi Jangan Cuma Diam Dan Menunggu Berhematlah Untuk Air

KRISIS – KRISIS, AIR – AIR Ketika Kesegaran Hilang Ketika Kehausan Datang Ketika Kematian Menjelang

Jangan Cuma Diam Dan Menunggu Berlarilah Untuk Air


(5)

KRISIS – KRISIS, AIR – AIR

14.Kritis BBM

Album “Slankissme” 2005 GENERASI... MASA DEPAN

Gak BERPENDIDIKAN.... PENYAKITAN ! BBM naik Rakyatnya jadi pada miskin ..

Kita di suruh ngirit-ngirit, DPR minta naik gaji .. BBM naik Rakyat gak punya apa-apa ..

Diminta hidup sederhana ..

Para Pejabat foya-foya .. oya .. AHA ! * BBM naik hidup penuh tanda tanya? Kelebihan dananya kemana?

Tambah noda Hitam PERTAMINA .. oya ! Aha

15.L.A.P.I.N.D.O

Album “Slow But Sure” 2007 Hanya orang Bodoh yang membuang Sampah ke dalam sungai...

Hanya orang bego yang membuang Kotoran ke dalam kali

Hanya orang yang ‘gak Berpendidikan

Membuang limbah ke dalam laut.. Hanya orang stupid ! yang membuang Buang comberan ke selokan...

LAPINDO

Anak kecil pun tau...

Jangan buang sampah sembarangan LAPINDO (Recycle dong)


(6)

LAPINDO (LAPINDO) Brantas LAPINDO

16.Merdeka

Album “Jurustandur No. 18” 2010 Mengapa Dipermudah Kalau Bisa Dipersulit Mengapa Harus Gratis Kalo Bisa Dapet Duit

Kenapa Juga Pilih Yang Susah Kalo Ada Yang Minta Disuapi Kenapa Pula Pusing Cari Bisnis Kalo Banyak Dapet Komisi Merdeka ... Yang Penting Lancar

Merdeka ... Yang Penting Aku Merdeka (Peduli Setan Yang Lain)

Kenapa Mesti Murah Kalo Bisa Di Mark Up in Kenapa Di Tenderin Kalo Bisa Di Kongkalikongin Kenapa Juga Harus Di Kasusin Kalo Bisa Di 86 in

Kenapa Pula Terang – terangan Kalo Bisa Di Kasak – kusukin Merdeka ... Yang Penting Lancar

Merdeka ... Tenang Ada Si Markus (Yang Bakal Beresin)

Bangsa Ini Butuh Antibiotik Biar Gak Infeksi

Institusi Disini Butuh Oprasi Atau Di Amputasi

Merdeka ... Kita Bangsa Merdeka