Analisis AHP Pemetaan Kerentanan Masyarakat terhadap Perubahan Iklim dan Adaptasi Berbasis Ekosistem Hutan (Studi Kasus : DAS Ciliwung)

Pada Tabel 11 terlihat bahwa seluruh aspek kehidupan SDM, fisikteknologi, ekonomi, sosial dan alam berpengaruh pada penilaian kerentanan masyarakat di DAS Ciliwung. Singkapan hanya dibatasi pada perubahan kondisi hidrologis aspek alam saja. Kepekaan masyarakat dipengaruhi oleh aspek ekonomi, SDM dan fisik. Sedangkan kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh aspek SDM, ekonomi, sosial dan alam.

5.2 Analisis AHP

Analisis AHP digunakan untuk melakukan analisis pembobotan atau prioritas berdasarkan kepentingan relatif antar level. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data nilai berupa daftar pertanyaankuisioner yang tersaji pada Lampiran 10. Data penilaian berdasarkan pertimbangan kebijakan dari pihak- pihak yang berkepentingan. Data penilai atau responden AHP tersaji pada Lampiran 11. Hasil penilaian dari semua responden diolah menggunakan software expert choice. Hasilnya tersaji pada Lampiran 12. Hasil akhir analisis AHP menunjukkan bahwa nilai rasio inkonsistensi inconcictency ratioIR sebesar 0.0 atau di bawah nilai inkonsistensi rasio yang diperbolehkan, yaitu sebesar 0.1. Dapat dikatakan bahwa bobot nilai yang diberikan oleh para responden penilai telah memenuhi syarat kekonsistenan. Nilai bobot dari tiap-tiap indikator hasil analisis AHP tersaji pada Gambar 9. Kerentanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim 100 Adaptive capacity Kemampuan Adaptasi Masyarakat 37.1 Exposure singkapan 21.8 SensitivityKepekaan Masyarakat 41.1 SDM_S 20.9 Alam_E 21.8 Fisik_S 7.4 + - Tujuan : Prinsip : Kriteria : Indikator : Alternatif : Ekon_S 12.8 SDM_AC 6.9 Sosial_AC 12.5 Ekon_AC 5.8 TP 1.4 IPDRB 5.8 PK 2.2 MH 1.6 TK 1.8 KL 12.8 KI 7.4 KP 20.9 IPA 21.8 ....................................................................... Klasifikasi Kerentanan Masyarakat Tinggi, Agak Tinggi, Sedang, Agak Rendah, Rendah DP 7.7 KO 4.8 LH 11.9 Alam_AC 11.9 Gambar 9 Hirarki hasil analisis AHP Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa total nilai bobot adalah 100 atau 1. Pada tingkat prinsip atau level 1, terlihat bahwa bobot nilai untuk kepekaan paling tinggi, sebesar 41.1. Berikutnya adalah kemampuan adaptasi sebesar 37.1, dan singkapan sebesar 21.8. Pada level 2, pada unsur kepekaan, indikator kepadatan penduduk kriteria permintaan air semakin tinggiaspek SDM mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi sebesar 20.9, diikuti aspek ekonomi kriteria ketergantungan pada lahan tinggi sebesar 12.8 dan aspek fisik kriteria infrastruktursarana penyediaan air yang belum memadai sebesar 7.4. Pada unsur kemampuan adaptasi terlihat bahwa aspek sosial kriteria hubungan yang harmonis diantara masyarakat mempunyai nilai bobot paling tinggi, sebesar 12.5. Diikuti oleh aspek alam kriteria tersedianya lahan resapan yang cukup sebesar 11.9, SDM kriteria kualitas masyarakat yang tinggi sebesar 6.9, dan ekonomi terjaminnya pendapatan daerah perkapita sebesar 5.8. Pada aspek SDM kriteria kualitas masyarakat yang tinggi, indikator perilaku konservasi PK mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi sebesar 2.2, diikuti tingkat kesejahteraan TK sebesar 1.8, melek huruf MH sebesar 1.6 dan tingkat pendidikan TP sebesar 1.4. Sedangkan pada kriteria harmonisnya hubungan antara masyarakat aspek sosial, dukungan pemerintah DP mempunyai nilai bobot lebih tinggi sebesar 7.7 dan konflik KO sebesar 4.8.

5.3 Pemetaan Kerentanan Masyarakat