2.3 Perubahan Iklim dan Siklus Hidrologi
IPCC 2001 menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata- rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara
statistik dalam jangka waktu yang panjang, minimal 30 tahun. Lebih lanjut dikatakan bahwa selama 100 tahun terakhir 1906-2005 suhu permukaan bumi
rata-rata telah naik sekitar 0.74 C, dengan pemanasan yang lebih besar pada
daratan dibandingkan lautan. Proses perubahan iklim juga terjadi di Indonesia, yang ditandai dengan
adanya peningkatan suhu Rozari et al. 1992 serta pergeseran musim atau musim semakin kering atau musim kemarau lebih panjang Kaimuddin 2000; Tobing
2007. Lamb 1978 dalam Rozari et al. 1992, membahas perubahan iklim harus memperhatikan dua hal, yaitu: a pergeseran musim, musim dingin terjadi pada
periode panas dan begitu sebaliknya; b perubahan tidak terjadi seketika dan serentak disemua tempat atau wilayah.
Perubahan iklim berpengaruh pada siklus hidrologi Rozari et al. 1991; Susetyo et al. 1994; KNLH 1998; Kaimuddin 2000. Peningkatan suhu
menyebabkan terjadinya peningkatan evapotranspirasi yang akan berpengaruh pada run off aliran permukaanlimpasan sehingga keseimbangan hidrologi akan
terganggu Waggoner et al. 1990. Dampak perubahan iklim dapat diuji dengan menggunakan model proyeksi iklim GCMs Global Circulation Models. KNLH
1998 mencoba memproyeksikan dampak perubahan iklim terhadap IPA di beberapa DAS di Jawa. Hasilnya terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perubahan IPA pada DAS di Jawa dengan skenario iklim
No. DAS IPA
1 x CO
2
Sebelum Emisi 2 X C0
2
Sesudah Emisi
1 Ciliman-Ciujung 0.30
0.32 2 Cisadane-Ciliwung
0.47 0.53
3 Citarum 0.97
0.99 4 Citanduy
0.33 0.32
5 Serayu 0.39
0.38 6 Progo-Opak
0.68 0.68
7 Bengawan Solo
0.89 0.94
8 Jratun- Seluna
0.80 0.83
9 Brantas 1.12
0.92 10 Pakelan-Sampeyan
0.66 0.70
sumber : KNLH 1998
Dari Tabel 1 terlihat bahwa perubahan iklim menyebabkan siklus hidrologi di beberapa DAS terganggu atau DAS cenderung lebih rentan. Selain itu, terlihat
bahwa dampak perubahan iklim berbeda secara spasial. Pada beberapa daerah mengalami penurunan curah hujan sehingga ketersediaan air makin turun ex.
DAS Citarum. Sedangkan di tempat lain mengalami kenaikan curah hujan sehingga ketersediaan air makin bertambah ex. DAS Brantas. Namun demikian,
ada juga DAS yang tidak berubah siklus hidrologinya atau tidak rentan terhadap perubahan iklim ex. DAS Progo Opak.
2.4 Kerentanan Vulnerability