Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE

19 komunikasi, teknologi, pertanian, maupun terhadap objek wisata itu sendiri. Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan Gambar 3.

3.3 Tahap Perencanaan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan penetapan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta konsep dasar yang sejalan dengan program pemerintah di bidang agrowisata. Berdasarkan hasil Penelitian sebelumnya tentang Zonasi Lahan di DAS Cianjur, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah zona lahan Pertanian. Survey lapang dilakukan untuk melihat kondisi aktual eksisting Zonasi Lahan Pertanian secara keseluruhan. Pada saat dilakukan survey lapang, sekaligus pula melakukan pendekatan sosial terhadap tokoh-tokoh masyarakat maupun pelaku aktivitas pertanian, baik lokal maupun pendatangnya. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan pengamatan, terutama saat pengambilan data berupa gambar atau image dengan menggunakan kamera dijital. Titik-titik pengamatan merupakan lokasi yang berpotensi untuk agrowisata dan mewakili zona hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Hanya tapak yang berpotensi saja yang diamati, tidak harus memaksakan untuk dapat mewakili tiap daerah DAS Cianjur berdasarkan elevasinya. Perwakilan daerah tersebut untuk menentukan karakeristik perencanaan yang akan dihasilkan. Pengumpulan data keadaan awal tapak, mencakup data aspek fisik, dan biologis. Data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara pihak-pihak yang terkait dengan kawasan pemilik dan pengelola tapak, pemerintah desa dan kecamatan, penduduk lokal dan wisatawan sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil akhirnya adalah ditentukannya tapak pengamatan yang berpotensi untuk dikaji sebagai tempat tujuan wisata pada setiap zona DAS Cianjur. 3.4 Tahap Evaluasi 3.4.1 Indeks Kesesuaian Pertanian T Indeks kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian diperoleh dari kriteria spasial Tabel 1 yang ditentukan dengan metode analisis SIG. Kriteria pembatas berupa ketinggian tempat menjadi faktor utama yang menjadi dasar pemikiran 20 nilai IKT ini. Nilai IKT kemudian dikelompokkan ke dalam empat kelas interval kesesuaian yakni sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuai S3 dan tidak sesuai N. Selanjutnya nilai IKT dioverlay dengan tiga karakter nilai indeks lainnya. Tabel 1 Kriteria kesesuaian pertanian tanaman padi sawah Kriteria atribut unit Kesesuaian Kegiatan Pertanian S1 S2 S3 N Ketersediaan Air Curah hujan mmbln 200-1000 1000-1500 1500 200 Bahaya erosi Tingkat Erosi Ringan Sedang Berat Sangat Berat Kemiringan lereng Persentase 3 3-5 5-8 8 Ketinggian Elevasi m dpl 500 500-750 750-1000 1000 Drainase Kecepatan Terhambat Agak Terhambat Sangat Terhambat Cepat Sumber: Hardjowigeno, Yogaswara dan Widiatmaka 2001 Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai

3.4.2 Kesesuaian untuk Kegiatan Wisata W

Indeks kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata diperoleh dari kriteria spasial Tabel 2 yang ditentukan dengan metode analisis SIG. Kriteria pembatas berupa jarak dari jalan utama, menjadi faktor utama yang menjadi dasar pemikiran nilai IKW ini. Nilai IKW dikelompokkan ke dalam empat kelas interval kesesuaian yakni pada sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuai S3 dan tidak sesuai N. Selanjutnya nilai IKW dioverlay dengan tiga karakter nilai indeks lainnya. Tabel 2 Kriteria kesesuaian wisata Kriteria atribut unit Kesesuaian Kawasan Wisata S1 S2 S3 N Keterbukaan Penutupan lahan Kebun Hutan Sawah Lainnya Penutupan kanopi 6-25 25-65 0-5 65-100 Aksesibiltas Jarak dari jalan Utama 0-5 km 5-10 km 10-15 km 15 km Kemiringan Derajat kontur °-20° 20 °-25° 26 °-30° 30 ° Vegetasi Jenis vegetasi Pohon Semak Sawah - Topografi Elevasi m dpl 0-500 500-1000 1000-1500 1500 Diadaptasi dari Kliskey 2000 untuk kawasan wisata; USDA 1968 untuk daerah piknik Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak sesuai 21

3.4.3 Tingkat Keindahan I

Prinsip perhitungan tingkat keindahan lanskap landscape beautification dilakukan dengan metode menerjemahkan kualitas.karakter bentukan lanskap dan TGL melalui studi citra Landsat 2004. Tahapan penilaian ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Brown dan Itami 1982 dan Munandar 1990, yakni sebagai berikut: 1. Delapan kriteria variasi dikuantifikasikan yaitu : a. Tingkat variasi lereng, b. Derajat relief, c. Kontras relief, d. Cekunganpelembahan lahan, e. Kealamiahan, f. Kompatibilitas tata guna lahan, g. Kontras tinggi vegetasi, dan h. Variasi internal koherensi pemandangan. 2. Penilaian dilakukan pada citra Landsat dengan pemberian grid untuk menilai kualitas estetik dari lanskap di DAS Cianjur. 3. Validasi dilakukan melalui tingkat preferensi perencana untuk menilai kualitas lanskap dalam slide foto dengan metode SBE Scenic Beauty Estimation Daniel dan Boster 1976. Hasil SBE berupa grafik dan dispasialkan sehingga dapat memberi gambaran terhadap lokasi yang diambil pemandangannya melalui foto. Foto diambil searah jalan utama dan waktu pengambilan gambar pukul 8 – 10 pagi.