21
3.4.3 Tingkat Keindahan I
Prinsip perhitungan tingkat keindahan lanskap landscape beautification dilakukan dengan metode menerjemahkan kualitas.karakter bentukan lanskap dan
TGL melalui studi citra Landsat 2004. Tahapan penilaian ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Brown dan Itami 1982 dan Munandar
1990, yakni sebagai berikut: 1.
Delapan kriteria variasi dikuantifikasikan yaitu : a.
Tingkat variasi lereng, b.
Derajat relief, c.
Kontras relief, d.
Cekunganpelembahan lahan, e.
Kealamiahan, f.
Kompatibilitas tata guna lahan, g.
Kontras tinggi vegetasi, dan h.
Variasi internal koherensi pemandangan. 2.
Penilaian dilakukan pada citra Landsat dengan pemberian grid untuk menilai kualitas estetik dari lanskap di DAS Cianjur.
3. Validasi dilakukan melalui tingkat preferensi perencana untuk menilai kualitas
lanskap dalam slide foto dengan metode SBE Scenic Beauty Estimation Daniel dan Boster 1976. Hasil SBE berupa grafik dan dispasialkan sehingga
dapat memberi gambaran terhadap lokasi yang diambil pemandangannya melalui foto. Foto diambil searah jalan utama dan waktu pengambilan gambar
pukul 8 – 10 pagi.
22
Gambar 4 Kriteria delapan variasi karakter lanskap pada pada tampilan terestrial Munandar 1990
Nilai ITI dikelompokan menjadi empat kelas interval tingkat keindahan yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuai S3 dan tidak sesuai N.
Sebagai faktor pembatasnya adalah kealamiahan. Selanjutnya hasil ITI dioverlay dengan tiga karakter nilai kesesuaian lainnya.
6. Kompatibilitas Tata Guna Lahan
TGL sama TGL mirip TGL berbeda TGL sangat kontras
sama tinggi sedikit kontras kontras sedang sangat kontras 7. Kontras Tinggi Vegetasi
8. Variasi Internal Koherensi Pemandangan
ruang tanpa pola pola geometris pola campuran lengkung organik 1. Tingkat Variasi Lereng
2. Derajat Relief medan datar medan landai medan curam medan terjal
r. relatif datar variasi r. rendah variasi r. sedang variasi r. tinggi
lahan r. datar sedikit kontras kontras sedang kontras tinggi 3. Kontras Relief
4. Cekungan Lahan
ruang melandai ruang bola ruang tegak ruang sangat bervariasi 5. Kealamiahan
pemukiman sawah kebun tegalan hutan
23
Tabel 3 Delapan kriteria variasi keindahan
No Kriteria Variasi Tingkatan
Kesesuaian
1 Tingkat variasi lereng
Kemiringan lereng 45 S1
Kemiringan lereng 25-45 S2
Kemiringan lereng 8-25 S3
Kemiringan lereng 0-8 N
2 Derajat Relief
Kontur berbeda 3 S1
Kontur berbeda 2 S2
Kontur berbeda 1 S3
Datar tanpa variasi kontur N
3 Kontras Relief
Jenis aspect ≥ 5
S1 Jenis aspect 4
S2 Jenis aspect 3
S3 Jenis aspect 2
N 4
Cekunganpelembahan lahan Garis kontur 45
° S1
Garis kontur 45 °
S2 Garis kontur 90
° S3
Garis kontur 180 °
N 5
Kealamiahan Penutupan vegetasi 75
S1 Penutupan vegetasi 50 – 75
S2 Penutupan vegetasi 25 – 50
S3 Penutupan vegetasi 25
N 6
Kompabilitas TGL TGL berbeda
≥ 4 S1
TGL berbeda 3 S2
TGL berbeda 2 S3
TGL sama =1 N
7 Kontras tinggi vegetasi
Jenis strata tanaman ≥ 4
S1 Jenis strata tanaman 3
S2 Jenis strata tanaman 2
S3 Jenis strata 1 tanpa vegetasi
N 8
Variasi Internal Koherensi pemandangan
Pola mosaik organik S1
Pola mosaik campuran S2
Pola mosaik geometris S3
Tanpa pola mosaik N
Diadaptasi dari Brown dan ITami 1982 dan Munandar 1990 Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak
sesuai
3.4.4 Validasi Nilai ITI dengan Metode SBE
Validasi nilai keindahan lanskap dari citra dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation SBE yang menilai perbedaan dalam perceived scenic beauty
dengan membandingkan distribusi rating seorang pengamat untuk satu area lanskap dengan yang lainnya. Metode ini dapat diselesaikan secara grafik dengan
memplotkan sebuah Relative Operating Charateristic ROC, sebuah grafik bivariat dari kumulatif peluang rating 1-10 untuk perbandingan lanskap yang
terpilih dengan kumulatif peluang rating 1-10 berturut-turut, untuk setiap lanskap lainnya.
Penentuan vantage point dilakukan pada grid-grid dari citra yang dianggap mewakili ketiga zona DAS. Setiap zona diambil 12 foto tentang lanskapnya,
24
sehingga dihasilkan 36 foto pada zona hulu, tengah dan hilir. Kemudian setiap foto dinilai oleh 30 mahasiswa Arsitektur Lanskap dan diuji dengan analisis
statistika nonparametrik korelasi Pearson. Diuji 36 lembar foto dari 36 vantage point lokasi yang berbeda. Lokasi vantage point ini berasal dari tiga puluh enam
lokasi berbeda yang difoto dengan kamera digital pada waktu yang sama dengan kondisi cuaca cerah sesuai dengan prinsip evaluasi nilai SBE Daniel, 1976.
Pemilihan lokasi vantage point ini lebih dikarenakan faktor aksesibilitas dan kemudahan pengambilan sudut padang foto. Kamera digital yang digunakan
mempunyai resolusi 10 mega pixel. Data yang diperoleh, diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE
pada setiap fotonya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai z, dengan rumus :
Zij = Rij – RjSj
Keterangan : Zij
: standar nilai Z untuk penilaian ke-i dari pengamatan ke-j Rij
: nilai ke-i dari pengamat ke-j Rj
: rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j Sj
: standar deviasi dari seluruh pengamat ke-j
SBEx = Z
LX
–Z
LS
Keterangan :
x 100
SBE
X
Z : nilai SBE pemandangan ke-x
LX
Z : nilai rata-rata Z pemandangan ke x
LS
: nilai rata-rata Z pemandangan yang digunakan sebagai standar Uji ini akan didapatkan gambaran persepsi pengunjung tentang tujuan ke
lokasi dan pemahaman agrowisata, dan preferensi pengunjung terhadap usaha pertanian, bentuk kegiatan dan fasilitas agrowisata yang nantinya akan
direncanakan sebagai tujuan agrowisata.
3.4.5 Tingkat Kenyamanan N
Perhitungan kenyamanan lanskap landscape amenity idealnya didekati dengan menilai data temperature T, relative humidity RH dan curah hujan
CH tahunan dan bulanan dalam kawasan DAS Cianjur. Proses perencanaan dan pengelolaan lanskap dalam areal lanskap tidak dapat hanya dilihat dari aspek
visual estetik, tetapi juga mencakup iklim mikro di antara vegetasi yang melibatkan kegiatan manusia.
25
Kenyamanan yang dipreoleh dari aktifitas agrowisata dapat didekati dengani jumlah kerja yang dilakukan akibat kemiringan lereng dari tapak yang dilalui.
Semakin terjal maka akan semakin membutuhkan banyak usaha sehingga kenyamanan akan semakin berkurang. Berdasarkan asumsi di atas, maka tingkat
kenyamanan dapat didekati dengan enam faktor, yakni suhu udara, kelembaban udara, kedekatan dengan badan air, jenis vegetasi, kemiringan lereng dan elevasi
yang dibedakan menjadi empat tingkatan kesesuaian. Selanjutnya nilai IKN dioverlaykan dengan tiga karakter nilai kesesuaian lainnya.
Tabel 4 Kriteria tingkat kenyamanan
No Faktor Kenyamanan Tingkatan
Kesesuaian
1 Suhu udara SU
Suhu udara 20-22 °C S1
Suhu udara 22-24 °C S2
Suhu udara 24-26 °C S3
Suhu udara 26-28 °C N
2 Kelembaban udara KU
Kelembaban udara 85-90 S1
Kelembaban udara 80-85 S2
Kelembaban udara 75-80 S3
Kelembaban udara 70-75 N
3 Kedekatan dengan badan air KA
Jarak dengan badan air 1 km S1
Jarak dengan badan air 1 - 2 km S2
Jarak dengan badan air 2 - 5 km S3
Jarak dengan badan air 5 km N
4 Jenis Penutupan JP
Hutan S1
Kebun campuranTegalan S2
Sawah S3
Pemukiman N
5 Kemiringan lereng KL
Kemiringan lereng 0-8 S1
Kemiringan lereng 8-25 S2
Kemiringan lereng 25-45 S3
Kemiringan lereng 45 N
6 Elevasi EL
Elevasi 750 - 1250 m dpl S1
Elevasi 250 - 750 m dpl S2
Elevasi 1250 m dpl S3
Elevasi 250 m dpl N
Diadaptasi dari Freitas 2002, Schiller 2001, Sakaida 2001 Keterangan : S1= kesesuaian tinggi; S2= kesesuaian sedang; S3= kesesuaian rendah; N= tidak
sesuai
3.5 Evaluasi Potensi Kawasan Agrowisata
Seluruh parameter TWIN tani – wisata – indah – nyaman atau ATBA agriculture – tourism – beautification – amenity dispasialkan hingga memiliki
penzonaan masing-masing, lalu muncul produk berupa potensi kawasan rekreasi agrowisata yang berwawasan lingkungan. Selanjutnya dilakukan pembandingan
dengan kondisi yang sebenarnya existing condition yang berasal dari peta rupa bumi dan RTRW dari kawasan Cianjur.
26
Hasil akhir pembanding dipresentasikan dalam beberapa bentukan, yakni skenario dan rekomendasi. Skenario adalah deskripsi beberapa alternatif yang
mungkin terjadi secara konsisten di masa depan, dimana masing-masing fungsi memberikan gambaran mengenai apa yang dapat terjadi dengan berbagai asumsi
tertentu. Rekomendasi adalah anjuran teknis berdasarkan analisis hasil dari penelitian dan evalusi yang telah dilakukan.
3.6 Tahap Presentasi Hasil
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap analisis, yaitu pemanfaatan potensi dan mencari pemecahan dari kendala yang ada pada aspek teknik fisik
dan biologis, guna perencanaan agrowisata pada tapak. Setiap tindakan pemanfataan potensi dan pemecahan kendala dilakukan dengan
mempertimbangkan fungsi rekreasi, fungsi produksi, fungsi konservasi, fungsi sirkulasi dan fungsi pelayanan.
Pada tahap ini juga ditetapkan pemecahan kendala faktor pembatas pada hasil analisis kelas kesesuaian lahan aktual yaitu dengan melakukan usaha
perbaikan sehingga menjadi kelas kesesuaian lahan potensial. Dalam penentuan jenis usaha perbaikan, diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam
masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat
pengelolaan teknologi yang akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki.
Kelas kesesuaian lahan yang mempunyai karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki tidak mengalami perubahan kelas kesesuaian lahannya, sedang
yang karakteristik lahannya dapat diperbaiki, kelas kesesuaian lahannya dapat berubah menjadi satu tingkat lebih baik dengan memberikan manajemen lahan
yang diperlukan. Pada tahap ini dihasilkan Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk agrowisata padi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik geografi
Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah 350.157 Ha, memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan ini dapat dimanfaatkan
sebagai modal pembangunan yang sangat potensial. Walaupun demikian sumberdaya alam yang melimpah ini, harus juga dijaga kelestariannya untuk
menjaga kelangsungan hidup generasi berikutnya. DAS Cianjur adalah salah satu sumberdaya alam yang melewati kota kabupaten Cianjur. Daerah Aliran Sungai
Cianjur secara geografis terletak diantara 106 25
’
00
’’
BT - 107 14
’
30
’’
BT dan 06
45
’
35
’’
LS - 06 50
’
40
’’
Kawasan ini mencakup 27 desa, 6 wilayah kecamatan dalam kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kawasan ini merupakan salah satu Sub-DAS
Citarum Tengah terutama pada Daerah Aliran Sungai Cisokan. Oleh sebab itu DAS Cianjur sesungguhnya merupakan Sub-DAS Cisokan atau Sub-sub-DAS
Citarum Tengah. Luas kawasan yang termasuk dalam kawasan DAS Cianjur adalah 7.467 Ha. Luas wilayah DAS Cianjur ini sebesar 24.2 dari luas wilayah
administratif tingkat kecamatan 30.810,5 ha dan hanya 2.1 dari luas total wilayah administratif kota Kabupaten Cianjur. DAS Cianjur juga merupakan
DAS lokal yang berada di wilayah Kabupaten Cianjur, sehingga lebih mudah dalam pengelolaan dan pelestarian fungsi-fungsi DAS bagi pemerintah daerah
dalam upaya pengelolaan DAS tersebut. Deskripsi secara umum untuk tiga zona DAS Cianjur terdapat pada Tabel 5. Batas lokasi penelitian ini adalah sebagai
berikut: LS, letaknya berbatasan dengan puncak dan
punggungan Gunung Gede Pangrango di bagian barat, Waduk Cirata di bagian timur, perbukitan Gunung Geulis di bagian utara dan Gunung Puntang di bagian
selatan. DAS Cianjur terdiri dari sungai utama yaitu Sungai Cianjur dengan beberapa anak sungai Cigadog, Cianjur Leutik, Cibeureum, dan Cikukulu yang
bermuara pada sungai utama.
Sebelah utara berbatasan dengan perbukitan Gunung Geulis
Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cilaku
Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Puntang
28
Sebelah barat berbatasan dengan berbatasan dengan puncak dan punggungan Gunung Gede Pangrango
Tabel 5. Deskripsi Lokasi Penelitian di Daerah Aliran Sungai Cianjur
Zona Deskripsi
Ketinggian tempat
mdpl Koordinat
lokasi Tofografi
Jarak dari
kota Cianjur
km Luas
Wilayah ha
Jumlah Penduduk
jiwa Kepadatan
rata- rata km
Hulu 900
S 6 46’ 23” –
6 47’ 15” ; E
106 59’ 7” –
107 70
perbukitan, 3’ 16”
30 dataran 12,9
373.40 3.807
102
Tengah 300-900
107 03` 11” -
107 05` 08”
BT dan 6 40
perbukitan, 48`
14” LS 60 dataran
9.8 212.90
5.029 210
Hilir ±300
107 03` 11” -
107 05` 08”
BT dan 6 seluruhnya
berupa dataran
48` 14” LS
10 115.48
6.359 287
Sumber : Pranoto et al 2009
4.2 Karakteristik Topografi
Daerah dataran tinggi merupakan pegunungan dengan kemiringan lereng yang bervarisi dengan pola lereng mengikuti pola alur sungai. Secara umum kelas
kemiringan lereng wilayah DAS Cianjur dapat dibagi menjadi 6 kelas lereng dengan karakter serta luasannya Tabel 6.
Tabel 6 Kelas Kemiringan Lereng Wilayah DAS Cianjur dengan luasannya
No Kelas Lereng
Kemiringan Keterangan
Luasan Ha
1 A
0-3 Datar
2017,21 33,99
2 B
3-8 Agak Landai
1350,22 22,75
3 C
8-15 Landai
71,29 22,99
4 D
15-25 Agak Curam
457,96 7,72
5 E
25-45 Curam
1149,65 19,37
6 F
45 Curam sekali
189,89 3,18
Total 5935,42
100 Sumber : Saroinsong 2002
4.3 Karakterisitik Iklim
Kondisi iklim di wilayah DAS Cianjur secara umum merupakan daerah iklim hujan tropis, selalu basah dengan curah hujan rata-rata setiap bulannya lebih
dari 60 mm. Berdasarkan serial curah hujan selama 10 tahun, maka menurut