Faktor-faktor pendukung tingkat kerentanan tsunami

Pemetaan jarak dari sungai ini dibatasi sampai ketinggian 10 m di daratan sesuai dengan run up Tsunami Flores 10 m dan pemetaan dilakukan pada sungai-sungai besar saja. Pada pemetaan di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Sikka memiliki sedikit sungai-sungai besar. Pada umumnya sungai-sungai besar tersebut terdapat pada daerah selatan dan jarak antara sungai pun sangat berjauhan. Berdasarkan literatur ilmiah, pada saat limpasan tsunami ke daratan, jika jarak antara dua sungai saling berdekatan akan menimbulkan kerusakan yang besar karena terjadi akumulasi energi gelombang tsunami dan massa air. Penempatan area pemukiman padat pada zona paling aman dari bahaya tsunami merupakan prioritas utama, sehingga harus diletakkan pada daerah yang jauh dari perkiraan jangkauan tsunami. Berdasarkan Gambar 23 di atas dapat dilihat bahwa daerah yang berwarna merah merupakan daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap tsunami. Area padat penduduk dan area akonomi penting, sebaiknya berada pada jarak 100 m dari sungai.

4.4 Faktor-faktor pendukung tingkat kerentanan tsunami

Parameter-parameter yang sudah dibahas sebelumnya merupakan parameter utama penentu tingkat resiko tsunami yang dikelaskan dalam matriks. Selain parameter di atas, terdapat parameter lain yang menentukan tingkat resiko tsunami yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu batimetri, ekosistem pesisir, dan pulau penghalang. Parameter tersebut tidak dibobotkan dan dikelaskan dalam matriks sehingga tidak dioverlay pada pemodelan spasial tingkat resiko tsunami.

4.4.1 Batimetri

Batimetri merupakan parameter yang penting dikaji karena mempengaruhi refraksi gelombang dan tinggi run up. Kecepatan dan energi gelombang tsunami akan menurun sejalan dengan berkurangnya kedalaman, akan tetapi tinggi gelombang semakin meningkat. Batimetri Kabupaten Sikka dapat dilihat pada Gambar 25. Secara umum dapat dilihat bahwa batimetri Kabupaten Sikka termasuk dalam perairan dalam. Kisaran kedalaman perairan laut adalah 0-5200 m. Kedalaman dekat pantai umumnya dangkal dan semakin ke tengah laut, perairan semakin bertambah dalam. Perairan bagian utara yang merupakan wilayah perairan Flores, batimetrinya kasar karena banyak terdapat pulau-pulau, sedangkan pada bagian selatan batimetrinya halus. Gambar 25. Peta 3D batimetri Kabupaten Sikka Berdasarkan Gambar 25 di atas dapat diketahui bahwa daerah pesisir utara Sikka memiliki tingkat resiko yang lebih besar daripada daerah selatan. Hal ini karena pada daerah utara, batimetrinya perairan dekat pantai dalam dan curam. Jika batimetri curam, maka jarak daerah pecah gelombang dengan pesisir akan semakin kecil. Akan tetapi, energi yang dibawa oleh tsunami sangat besar. -5200 -5000 -4800 -4600 -4400 -4200 -4000 -3800 -3600 -3400 -3200 -3000 -2800 -2600 -2400 -2200 -2000 -1800 -1600 -1400 -1200 -1000 -800 -600 -400 -200 Lau t Sa wu Akibatnya pada daerah utara, run up tsunami akan semakin besar. Pada daerah selatan batimetrinya cenderung dalam dan landai. Pada daerah yang batimetrinya landai, jarak gelombang pecah dengan pesisir jauh, sehingga dampak kerusakan yang ditimbulkan akan lebih rendah dibandingkan dengan perairan yang curam. Berdasarkan pemetaan di atas dapat diketahui bahwa daerah pesisir utara Sikka lebih rentan terhadap tsunami daripada daerah selatan.

4.4.2 Ekosistem pesisir alami Kabupaten Sikka

Keberadaan ekosistem pesisir merupakan pelindung alami terhadap ancaman gelombang tsunami. Yang termasuk dalam ekosistem pesisir alami adalah mangrove, lamun, dan terumbu karang. Data ekosistem pesisir ini, keseluruhannya diekstrak dari citra seperti yang sudah dijelaskan pada ekstraksi data citra. Ekosistem pesisir di Kabupaten Sikka dapat dilihat pada Gambar 14. Terumbu karang merupakan penghalang pertama di laut terhadap ancaman tsunami. Ekosistem terumbu karang banyak dijumpai di pesisir Kabupaten Sikka. Akan tetapi, ekosistem yang paling dominan adalah karang mati. Ekosistem lamun dan mangrove, meskipun jumlahnya sedikit tapi masih dijumpai di daerah pesisir. Ekosistem ini berperan penting dalam meredam energi gelombang tsunami Dalam kerangka mitigasi tsunami, ekosistem pesisir sering disebut “soft structure mitigation”.

4.4.3 Pulau-pulau kecil penghalang

Keberadaan pulau penghalang Gambar 26 terbukti sangat efektif dalam meredam energi gelombang tsunami. Berdasarkan kejadian Tsunami Flores 1992, gelombang datang dari arah barat laut dan dalam waktu tiga menit sudah menghantam pesisir utara Sikka. Daerah yang terhalangi oleh pulau penghalang, mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah. Jarak, bentuk, dan ukuran pulau sangat menentukan tingkat resiko tsunami. Sebagai contoh, bencana Tsunami Flores paling parah dialami oleh Pulau Bater yang berjarak lima km dari pesisir utara Flores. Pulau tersebut berbentuk konikal. Bentuk pulau ini menyebabkan gelombang yang datang mengalami refraksi dan difraksi serta terperangkapnya energi gelombang di pulau tersebut wave trapping Diposaptono dan Budiman, 2006. Gambar 26. Peta pulau penghalang

4.5 Analisis spasial tingkat resiko tsunami di Kabupaten Sikka