menangkap ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, sehingga banyak karang yang mati.
Resiko tsunami umumnya paling parah menimpa daerah pesisir. Keberadaan ekosistem pesisir merupakan ekosistem penting sebagai
penghalang pertama untuk meredam energi gelombang tsunami.
4.2 Analisis kerawanan tsunami di Kabupaten Sikka 4.2.1 Seismisitas di Kabupaten Sikka
Tsunami merupakan salah satu fenomena bencana alam yang tidak dapat dihindari ataupun dicegah dan memiliki kemungkinan untuk terjadi lagi, sehingga
yang dapat dilakukan adalah mengurangi kemungkinan resikonya. Langkah awal penentuan resiko tsunami adalah menentukan tingkat kerawanan suatu wilayah
terhadap tsunami. Kabupaten Sikka merupakan wilayah yang berpotensi tinggi dilanda
tsunami. Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa Kabupaten Sikka yang
berada di tengah Pulau Flores, diapit oleh Florest Thrust di utara, Wetar Thrust di bagian Timur, Banda Arc di bagian tenggara, dan Sunda Arc di bagian barat
daya yang merupakan daerah patahan lempeng. Daerah tersebut adalah zona seismik aktif yang merupakan sumber gempa dan tsunami. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Sikka sering mengalami gempa bumi, baik gempa dalam, menengah maupun gempa dangkal yang dapat menyebabkan tsunami. Adanya sesar-
sesar di daratan juga menyebabkan gempa-gempa yang bersifat merusak. Besarnya tingkat kegempaan dapat diketahui dengan melihat penyebaran pusat-
pusat gempa bumi seperti pada Gambar 15 berikut.
Gambar 15. Peta seismisitas Kabupaten Sikka Peta seismisitas Kabupaten Sikka dibuat berdasarkan kumpulan data
kegempaan dari tahun 1900 sampai Oktober 2007. Gempa dalam 300 m ditunjukkan dengan node bulat hijau, gempa menengah 60-300 m ditunjukkan
dengan node bulat kuning, dan gempa dangkal 60 m ditunjukkan dengan node bulat merah. Besarnya ukuran node menunjukkan besarnya magnitudo gempa.
Berdasarkan Gambar 15 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar gempa bumi terjadi di laut dan berada di daerah dangkal dengan kedalaman kurang dari
60 km dari dasar laut. Gempa bumi yang berpusat di laut dangkal merupakan pemicu timbulnya tsunami. Pusat gempa bumi dangkal di laut tersebut menyebar
merata dan dominan di bagian utara dan selatan Pulau Flores. Pada bagian utara berpusat pada patahan naik Flores Flores thrust dan bagian selatan
berpusat pada daerah subduksi Sunda Arc dan Banda Arc.
Frekuensi gempa dangkal relatif sering terjadi di zona-zona aktif gempa tersebut. Hampir sebagian besar gempa yang terjadi di Kabupaten Sikka, dipicu
oleh gempa tektonik yang bermagnitudo lebih dari lima SR berpusat di laut. Besarnya frekuensi dan intensitas gempa tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Sikka rawan terhadap gempa dan tsunami. Kelompok pantai yang rawan terhadap tsunami adalah kelompok pantai
yang langsung menghadap ke laut karena langsung berhadapan dengan daerah patahan subduksi yang merupakan sumber gempa besar dan sumber
pembangkit tsunami.
4.2.2 Tingkat kerawanan tsunami di Kabupaten Sikka
Berdasarkan sejarah kegempaan, diketahui Tsunami Flores 1992 merupakan tsunami terbesar yang pernah melanda wilayah NTT, khususnya
Kabupaten Sikka. Oleh karena itu, untuk kajian resiko tsunami, data run up Tsunami Flores 1992 dijadikan sebagai acuan parameter kerawanan tsunami.
Pada saat Tsunami Flores, ketinggian gelombang maksimum saat mencapai pantai adalah 10 m dengan inundasi lebih dari 600 m. Tinggi tsunami
di setiap lokasi tidaklah sama Gambar 16. Hal ini sangat ditentukan oleh kondisi fisik wilayah itu sendiri.
Peta run up tsunami merupakan parameter penting dalam analisis resiko tsunami karena dijadikan sebagai input utama dalam parameter kerawanan
tsunami. Peta run up ini dibuat berdasarkan data survei lapang Tsunami Flores 1992 Lampiran 3. Pengolahan data run up tersebut dilakukan dengan metode
manual untuk menspasialkan tingkat kerawanan daerah berdasarkan kelas tinggi run up tsunami.
Gambar 16. Peta tinggi run up Tsunami Flores tahun 1992 di berbagai lokasi Pantai Utara Kabupaten Sikka
Berdasarkan data survei yang diperoleh diketahui bahwa tinggi run up tsunami di setiap tempat berbeda-beda. Tinggi run up maksimum yang terjadi di
Kabupaten Sikka adalah 10 m, sedangkan yang terendah adalah 1.7 m. Run-up maksimum terjadi pada pantai yang landai dan berteluk. Run-up
tsunami tidak hanya ditentukan oleh magnitudo gempa, tetapi juga sangat ditentukan oleh morfologi dasar laut, bentuk pantai serta karakteristik penjalaran
gelombangnya Fauzi, 2006. Selanjutnya, berdasarkan peta run up hasil survei lapang tersebut kemudian
dibuat peta kerawanan tsunami berdasarkan matriks resiko tsunami Gambar 17. Pada dasarnya peta tersebut menunjukkan tingkat kerawanan suatu daerah
terhadap bencana tsunami.
Gambar 17. Peta kerawanan tsunami berdasarkan data run up Tsunami Flores tahun 1992
Setelah dilakukan pengolahan spasial tinggi run up tsunami, didapatkan tiga kelas kerawanan tsunami di Kabupaten Sikka berdasarkan skala Iida yaitu kelas
kerawanan tinggi, kelas kerawanan sedang dan kelas kerawanan rendah. Berdasarkan peta run up tsunami Gambar 17 di atas dapat diketahui
bahwa hanya wilayah utara Kabupaten Sikka saja yang tergenang oleh limpasan tsunami, sedangkan daerah selatan tidak terkena limpasan tsunami. Hal ini
disebabkan karena pusat tsunami terletak di wilayah utara Flores. Akan tetapi, dampak dari gempa dan tsunami tersebut dirasakan ke seluruh wilayah
Kabupaten Sikka. Kelas kerawanan tinggi memiliki tinggi run up 6-16 m yang meliputi daerah
Kecamatan Alok dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Talibura. Selanjutnya, kelas kerawanan sedang memiliki tinggi run up 2-6 m, meliputi wilayah
Kecamatan Waigete, Magepanda dan sebagian Kecamatan Talibura, Kewapante, dan Alok. Kerawanan rendah memiliki ketinggian 0.75-2 m,
meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Kewapante. Kelas kerawanan tinggi merupakan daerah yang beresiko tinggi terhadap
tsunami. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan tools measure diketahui jarak jangkauan tsunami inundasi pada wilayah kerawanan tinggi
adalah ± 1500 m ke darat. Besarnya kemungkinan jangkauan limpasan tsunami yang masuk ke daratan tersebut menunjukkan pula batas kawasan rawan
tsunami. Setiap kecamatan memiliki tinggi run up dan inundasi tsunami yang
berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan di masing-masing wilayah tersebut. Jika kerentanan lingkungannya tinggi, maka
akan mudah untuk terpapar tsunami, sehingga resikonya pun akan lebih besar. Wilayah pesisir Sikka bagian utara adalah daerah yang memiliki potensi
tinggi terkena tsunami, sedangkan daerah selatan relatif lebih aman.
Hal ini terutama disebabkan karena topografi wilayah utara Sikka lebih rendah daripada daerah selatan. Pengolahan data pada ArcGIS 9.1 dapat diketahui luas
daerah kerawanan tsunami yaitu pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Luasan daerah kerawanan tsunami
No. Tingkat kerawanan
Jumlah sel Luas m
2
Luas Ha
1 Sangat Tinggi
2 Tinggi
5.666 5.099.400
509,94 3
Sedang 34.102
30.691.800 306,18
4 Rendah
4.035 3.631.500
363,15 5
Sangat Rendah
Berdasarkan Tabel 7 di atas, diketahui bahwa luasan daerah kerawanan tinggi adalah 509,94 Ha; luasan daerah kerawanan sedang adalah 306,91 Ha;
dan luasan daerah kerawanan sedang adalah 363,15 Ha. Berdasarkan Skala Iida Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar tinggi
Tsunami Flores termasuk dalam skala menengah. Skala Iida ini merupakan skala yang digunakan sebagai acuan parameter kerawanan dalam kajian resiko
tsunami. Untuk mendapatkan tingkat resiko tsunami, maka parameter kerawanan akan diintegrasikan dengan data-data parameter kerentanan.
4.3 Analisis tingkat kerentanan tsunami di Kabupaten Sikka