Tsunami .1 Karakteristik tsunami Pemetaan Tingkat Resiko Tsunami Di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tsunami 2.1.1 Karakteristik tsunami Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif pada medium laut yang bersifat transien gelombangnya bersifat sesar dan nondispersive fasa gelombang tidak bergantung pada panjang gelombang. Gangguan impulsif tersebut disebabkan oleh aktivitas gempa tektonik, erupsi vukanik atau longsoran bawah laut Diposaptono dan Budiman, 2006. Tsunami bergerak keluar dari daerah pembangkitannya dalam bentuk serangkaian gelombang. Kecepatannya bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya kedalaman dasar laut. Proses ini menyebabkan arah pergerakan gelombang berubah dengan energi gelombang bisa menjadi terfokus atau menyebar UNESCO-IOC, 2006. Tsunami bersifat unik karena bentuk gelombangnya memanjang sampai ke seluruh kolom air yaitu dari permukaan sampai ke dasar lautan. Karakteristik inilah yang menjadi penyebab gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut yang terjadi karena terpaan angin dan pasang surut yang hanya mengganggu permukaan laut. Hal ini juga yang merupakan penyebab dasar besarnya jumlah tenaga yang dibentuk oleh suatu gelombang tsunami UNESCO-IOC, 2006. Pada laut dalam, gelombang tsunami dapat bergerak pada kecepatan 500 sampai 1.000 kilometer per jam. Periode tsunami waktu untuk siklus satu gelombang bisa berkisar dari beberapa menit hingga satu jam. Saat mendekati pantai, kecepatan gelombang melambat menjadi beberapa puluh kilometer per jam dan tinggi tsunami bisa mencapai hingga puluhan meter pada garis pantai seperti yang terlihat pada Gambar 1 UNESCO-IOC, 2006. Gambar 1. Hubungan panjang, tinggi, dan kecepatan tsunami di laut UNESCO-IOC, 2006 Tinggi tsunami tersebut disebabkan karena terjadi konversi energi kinetik gelombang menjadi energi potensial. Artinya, kehilangan energi akibat berkurangnya kecepatan ditransfer ke dalam bentuk pembesaran tinggi gelombang run up Diposaptono dan Budiman, 2006. Kecepatan run up ke daratan bisa mencapai 25-100 kmjam. Kecepatan gelombang tsunami ini yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, rusaknya lahan pertanian, sarana prasarana wilayah, dan dataran rendah menjadi tergenang membentuk lautan baru. Kembalinya air ke laut setelah mencapai puncak gelombang run-down juga bersifat merusak karena menyeret segala sesuatu kembali ke laut Diposaptono dan Budiman, 2006.

2.1.2 Penyebab tsunami

Secara umum faktor penyebab terjadinya tsunami adalah gempa tektonik letusan vulkanik, dan longsoran landslide BMG, 2007; Fauzi dan Wandono, 2005; Diposaptono dan Budiman, 2006.

2.1.2.1 Gempa tektonik

Gempa tektonik merupakan gempa yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik, yaitu pergerakan, pergeseran dan tumbukan lempeng tektonik Diposaptono dan Budiman, 2006. Gempa ini merupakan penyumbang terbesar terjadinya tsunami.yang biasanya terjadi di zona subduksi atau zona tumbukan antarlempeng tektonik. Pada zona ini, lempeng yang mempunyai berat jenis yang lebih tinggi lempeng samudera akan menyusup di bawah lempeng yang berat jenisnya lebih ringan lempeng benua. Apabila akumulasi tegangan lempeng benua di sekitar tumbukan mencapai batas maksimum maka ujung lempeng samudera akan melenting ke atas yang mengakibatkan terjadinya patahan sesar dan selanjutnya menimbulkan tsunami UNESCO-IOC, 2006; Gambar 2. Gambar 2. Proses terjadinya tsunami akibat gempa tektonik UNESCO-IOC, 2006 Secara umum karakteristik gempa yang dapat menimbulkan terjadinya tsunami adalah sebagai berikut : 1. Lokasi pusat gempa episenter berada di laut dengan magnitudo lebih besar dari 6.0 SR. 2. Kedalaman pusat gempa hiposenter kurang dari 60 km dari permukaan bumi gempa dangkal. 3. Mekanisme patahan gempa tektonik bertipe sesar naik reverse fault atau sesar turun normal fault BMG, 2007; International Tsunami Information Center, 2006; Himpunan Ahli Geologi Indonesia, 2006 dan Diposaptono dan Budiman, 2006. Wilayah NTT merupakan kawasan aktif gempa tektonik karena berada dekat lempeng Australia yang menyusup ke lempeng Eurasia. Selain itu, terdapat sesar busur muka dan sesar busur belakang di bagian utara Pulau Flores dan sesar lokal yang memotong Pulau Flores. Sesar busur muka fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Sesar busur belakang back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik. Sesar atau patahan merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan tanah longsor Wah, 2006.

2.1.2.2 Letusan vulkanik

Aktivitas erupsi vulkanik dapat juga menyebabkan tsunami, namun frekuensinya sangat jarang terjadi karena kekuatan aktivitas vulkanik biasanya tidak terlalu besar dan hanya bersifat lokal Diposaptono dan Budiman, 2006. Untuk Indonesia, daerah yang berpotensi mengalami tsunami akibat letusan vulkanik merupakan bagian dari lingkar api pasifik The Pasific Ring of Fire yang bermula dari Kamchatka Alaska, Jepang, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Sulawesi dan berakhir di Filipina Gambar 3; USGS, 2006. Gambar 3. Lingkar api di daerah Pasifik USGS, 2006 Menurut data historis, sejak tahun 1814 sampai tahun 2006, dari 25 kali kejadian tsunami di wilayah NTT, hanya dua kejadian yang dipicu oleh letusan gunung berapi yakni meletusnya Gunung Rokatenda tahun 1928 dan longsornya Gunung Werung tahun 1979 Wah, 2006.

2.1.2.3 Longsoran Landslide

Longsoran landslide dapat mengakibatkan terjadinya tsunami dan biasanya longsoran ini terjadi akibat gempa bumi yang kuat, letusan vulkanik, longsor di dasar laut dan longsor di atas permukaan laut sea level Diposaptono dan Budiman, 2006.

2.1.3 Klasifikasi tsunami

Berdasarkan jaraknya, tsunami diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: tsunami lokal near fieldlocal field tsunami dan tsunami jarak jauh far field tsunami Puspito, 2007 dan ITIC, 2006.

2.1.3.1 Tsunami lokal near fieldlocal field tsunami

Tsunami lokal adalah tsunami yang terjadi bilamana jarak antara pusat gempa dan daerah bencana tsunami kurang dari 100 km ITIC, 2006. Dari segi waktu terjadinya tsunami, tsunami lokal terjadi antara 5 sampai 40 menit setelah gempa utamanya. Hal ini menyebabkan bahwa secara teoritis kejadian tsunami lebih mudah diprediksi dibandingkan dengan kejadian gempa Puspito, 2007. Adanya tenggang waktu antara terjadinya gempa dan tibanya tsunami di pantai memungkinkan tindakan untuk dapat menganalisis karakteristik apakah suatu gempa dapat menimbulkan tsunami atau tidak. Secara umum tsunami yang terjadi di Indonesia adalah tsunami lokal dan mengingat sistem informasi di Indonesia belum memadai maka biasanya sebelum informasi kejadian tsunami sampai ke masyarakat, gelombang tsunami telah menyapu pantai. Hal ini menyebabkan Indonesia belum bisa memaksimalkan sistem peringatan dini tsunami Tsunami Early Warning System Puspito, 2007.

2.1.3.2 Tsunami jarak jauh far field tsunami

Tsunami jarak jauh far field tsunami adalah tsunami yang diakibatkan oleh gempa laut yang jaraknya ribuan kilometer dari pantai ITIC, 2006. Waktu datang tsunami berkisar antara beberapa jam sampai 24 jam setelah gempa utamanya. Contoh tsunami jarak jauh ini adalah tsunami Aceh yang terjadi tahun 2004, dimana gelombang tsunami tersebut merambat menyebrangi Samudera Hindia sampai ke Pantai Afrika Selatan.

2.2 Penilaian tingkat resiko tsunami Tsunami Risk Assesment