Parenteral Topical Nama dan bobot SKS, Kode Matakuliah dan Semester Penawaran

Obat yang diberikan melalui sublingual, dirancang agar segera diabsorbsi setelah diletakkan dii bawah lidah. Obat ini tidak boleh ditelan, karena jika ditelan, efek yang diharapkan tidak dapat dicapai. Selain itu klien tidak diperkenankan minum sebelum obat menjadi larut. Obat yang biasa diberikan antara lain Nitroglyserin. c. Buccal Obat yang solid diberikan pada mukosa pipi hingga obat terlarut. Bila obat diberikan beberapa kali, klien diminta untuk menggunakan sisi pipi bergantian, untuk mencegah terjadinya iritasi. Klien tidak boleh mengunyah atau menelan obat. Obat ini hanya bekerja pada mukosa atau jika telah tertelan akan bekerja secara sistemik. Meskipun pemberian obat melalui mulut lebih mudah, serta disukai oleh klien, akan tetapi ada beberapa klien tidak diperkenankan melakukannya. Pemberian obat melalui oral tidak diperbolehkan pada klien yang memiliki gangguan fungsi gastrointestinal, motilitas menurun misalnya setelah anastesi general, serta pasca operasi sistem gastrointestinal. Selain itu medikasi oral juga tidak diperkenankan pada klien dengan gastric suction. Kerugian yang terdapat pada medikasi oral adalah klien yang tidak sadar sepenuhnya, tidak dapat menelan atau meletakkan obat di bawah lidah. Medikasi oral dapat menimbulkan rasa tidak enak dan dapat merusak lintasan gastrointestinal, perubahan warna pada gigi.

2. Parenteral

Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh. Ada beberapa cara pemberian obat parenteral: a. Subcutan SC , obat disuntikkan melalui jaringan antara dermis dan kulit. b. Intradermal ID, obat disuntikkan melalui dermis, di bawah epidermis c. Intramuskular IM, obat disuntikkan ke jaringan otot. d. Intravena IV, obat disuntikkan melalui vena. Pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat melalui mulut merupakan kontraindikasi. Obat yang diberikan akan lebih cepat terabsorbsi dibandingkan dengan oral atau topikal. Beberapa kerugian dtitimbulkan oleh pemberin obat melalui parenteral, antara lain: adanya resiko untuk terjadinya infeksi, obat lebih mahal, klien mengalami tusukan jarum. Selain itu Adanya resiko terjadinya kerusakan jaringan dengan cara SC. Pemberian obat dengan IM atau IV lebih beresiko karena cepat terabsorbsi. Pada banyak klien, terutama anak-anak cara ini menimbulkan ketakutan.

3. Topical

Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obatan yang diberikan biasanya memiliki efek lokal. Obat dapat dioleskan di area yang diobati, atau medicated baths. Efek sistemik dapat timbul jika kulit klien tipis atau konsentrasi obat tinggi atau ada kontak lama dengan kulit. Pemberian obat dengan cara ini kurang menimbulkan rasa sakit dan efek samping yang timbul sedikit. Bila obat diberikan pada kulit yang mengalami abrasi, maka dapat terabsorbsi dan menimbulkan efek sistemik. RPS IMUN DAN HEMATOLOGI PSIK Page 33 Obat dapat pula diberikan melalui mukosa. Obat yang diberikan biasanya dapat diabsorbsi dengan cepat. Beberapa cara digunakan untuk memberikan obat melalui mukosa: a. Memberikan cairan secara langsung b. Memasukkan obat melalui body cavity, misalnya dengan memasukkan obat supositoria melaluii rectum atau vagina. c. Instillasi, yaitu memasukkan obat melalui body cavity sehingga obat tersebut dapat terabsorbsii secara perlahan. Misalnya tetes mata, tetes hidung. d. Irigasi yaitu mencuci body cavity misalnya ,menyemprot mata, telinga, vagina, kandung kemih, atau rectum dengan cairan obat. e. Spray , yaitu instilling obat ke hidung dan tenggorokan.

4. Inhalasi