xliii sendiri pengetahuan, membuat makna, mencari kajelasan, bersikap kritis. Oleh
sebab itu tugas guru berdasarkan teori belajar konstruktivis adalah merangsang pemikiran siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya, dan
kristis menguji konsep siswa.
6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Koopratif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual yang memiliki kesamaan ciri dalam
hal : 1 menekankan pada pemecahan masalah, 2 menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti di
rumah, masyarakat, dan perkerjaan, 3 mengajak siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar
mandiri, 4 mengaitkan pengajaran terhadap konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, 5 mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar
bersama, 6 menerapkan penelitian autentik, dan7 menyenangkan.
a. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Eggen et all 1993 medefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk
membantu satu dengan yang lain dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu. Slavin 1995 menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara
ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya.
xliv Dari pandangan pembelajaran kooperatif tersebut di atas dapat diambil
pengertian bahawa Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling
membantu. Setiap anggota kelompok saling membantu dan bekerja sama dalam memahami materi pelajaran atau tugasnya. Dalam hal ini belajar dianggap selesai
jika setiap anggota kelompok telah menguasai bahan pelajaran. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur
tugas, srruktur tujuan, struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang
dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan apa selama
pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan sosial terhadap siswa pada saat mereka belajar menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepada
meraka. Struktur tugas berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat di dalam pengajaran tertentu.
Struktur tujuan suatu pembelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Terdapat
tiga macam struktur tujuan yang telah berhasil diidentifikasi, pertama struktur tujuan individualistik terjadi jika pencapaiaan tujuan itu tidak memerlukan
interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada baik buruknya pencapaian orang lain. Siswa yakin upaya mereka dalam mencapai
hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. Kedua struktur tujuan kooperatif bila seseorang dapat mencapai suatu tujuan jika dan
xlv hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap
usaha yang dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan saingan bagi individu lainnya. Pembelajaran kooperatif ini dapat diilustrasikan
sebagai dua orang yang sedang tarik tambang . Keberhasilan seorang penarik tambang berarti kegagalan bagi penarik tambang lainya. Struktur tujuan
kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lainya dengan siapa mereka berkerjasama mencapai tujuan tersebut.
Struktur penghargaan untuk berbagai model pembelajaran juga bervariasi. Seperti halnya tujuan yang dapat diklasifikasikan menjadi
individualistik kompetitif dan kooperratif. Begitu pula halnya dengan struktur penghargaan ini. Struktur penghargaan individualistik terjadi bila suatu
penghargaan itu bisa dicapai oleh siswa maupun tidak tergantung pada pencapaiaan individu lain . Struktur penghargaan kompetitif tejadi bila
penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingannya dengan orang lain. Pemberian nilai berdasarkan rangking dalam kelas
merupakan contoh struktur penghargaan komperatif itu. Begitu pula halnya dengan penentuan pemenang pada berbagai lomba lain. Situasi di mana upaya
individu membantu individu lain mendapat penghargaan kooperatif ialah pemenang buat pertandingan olah raga beregu seperti sepak bola. Meskipun
regu tersebut harus bersaing dengan regu lain, namun keberhasilan regu tidaklah akibat keberhasilan satu atau dua orang , melainkan karena keberhasilan
bersama antara regu tersebut . Tiap-tiap individu ikut andil menyembang
xlvi pencapaian tujuan itu. Siswa yakni bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan
hanya jika siswa lainya juga mencapai tujuan tersebut. Struktur tujuan dan penghargaan pada pembelajaran kooperafif dicirikan
oleh struktur tugas, tujuan, dan pengharagaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk
berkerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasi usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan
tersebut seandainya mereka berhasil mereka berhasil sebagai kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
“sehidup sepenanggungan bersama”. 2.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama. 4.
Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah\penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6.
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
xlvii 7.
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakkan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya. 2.
Kelompok dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin berbeda-beda. 4.
Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Dalam penataan setting kelas, unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif perlu diinformasikan terlebih dahulu kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Hal ini penting mengingat setiap kelompok harus ditekan
pada penyelesaian tuga dan hubungan interpersonal yang berorientasi pada hasil belajar kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus bertanggungjawab terhadap teman sekelompoknya. Kesuksesan individu yang berarti kesuksesan
kelompok. Karena setiap siswa harus dapat memikirkan, memecahkan masalah dan mengintregrasikan serta menerapkan pengetahuan dan keterampilannya,
maka setiap anggota kelompok harus saling membantu. Dengan kata lain untuk mencapai sukses, anggota kelompok harus memahami bahwa mereka adalah
bagian dari tim dan semua anggota kelompok harus bekerja untuk mencapai
xlviii tujuan. Anggota kelompok harus memahami bahwa kesuksesan atau kegagalan
kelompok sama-sama ditanggung oleh seluruh anggota kelompok. Kesuksesan kelompok akan berakibat langsung pada kerja individu dan anggota kelompok
Penggunaan strategi belajar kooperatif akan memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika. Implikasi positif adalah sebagai
berikut: 1.
Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika. Kelompok kecil membentuk satu forum dimana siswa menanyakan
pertanyaan, mendikusikan pendapat, belajar untuk menanggapi pendapat orang lain, memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan
penemuan mereka dalam bentuk tulisan. 2.
Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk
semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah. 3.
Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara obyektif. Seorang
siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis. 4.
Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prodesur perhitungan yang perlu dalam
konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan maslaah-masalah yang bermanfaat.
5. Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan
menantang yang bermaanfaat bila didiskusikan.
xlix Uraian di atas mendorong perlunya pelaksanaan belajar kooperatif dalam
pembelajaran khususnya matematika. Pelaksanaan belajar kooperatif sangat diperlukan karena dangan belajar kooperatif dapat diperoleh: 1siswa dapat
belajar lebih banyak, 2siswa lebih menyukai lingkungan persekolahan, 3siswa lebih menyukai satu sama lain, 4siswa mempunyai penghargaan yang lebih
besar terhadap diri sendiri, dan 5 siswa belajar keterampilan sosial secara lebih efektif.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif