EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(1)

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (

TEAMS GAMES TOURNAMENTS

) PADA SUB POKOK

BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Jenar Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)

SKRIPSI Oleh :

ANDELINA HENNY MAWARWATI

X1304022

Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (

TEAMS GAMES TOURNAMENTS

) PADA SUB POKOK

BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Jenar Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Oleh:

ANDELINA HENNY MAWARWATI NIM: X 1304022

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user

iv


(5)

commit to user

v

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

ABSTRAK

Andelina Henny Mawarwati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (TEAMS GAMES TOURNAMAENTS) PADA SUB POKOK BAHASAN

SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat, (2) apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan segiempat, (3) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 186 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 76 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VII-E sejumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sejumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Dengan catatan bahwa pada saat tes penelitian dilaksanakan, ada 3 siswa kelas eksperimen yang berhalangan hadir sehingga hanya tinggal 37 siswa kelas eksperimen yang mengikuti tes penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, metode tes dan metode angket. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dalam penelitian ini digunakan uji keseimbangan menggunakan uji-z dan uji prasyarat yaitu, uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu

tabel a

0

,

8946

3,9860

F

F

=

<

=

,pada taraf signifikansi 5%., (2) ada pengaruh motivasi

belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan segiempat atau dengan kata lain, motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fb = 4,4785 > 3,1360 = Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.


(6)

commit to user

vi

Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan siswa dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah., (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fab = 0,2065


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Andelina Henny Mawarwati. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING METHOD WITH COOPERATIVE TYPE IN TGT (TEAMS GAMESTOURNAMENTS) SUB IN REVIEW OF QUADRILATERAL VIEWED FROM STUDENTS MOTIVATION OF LEARN MATHEMATICS. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Surakarta Sebelas maret

University, July 2010.

This research is aim to know: (1) whether the learning of mathematics by using methods of cooperative learning in TGT type has academic achievement more better than conventional methods in the subject sub-quadrilateral, (2) whether there is any effect of students motivation of learn mathematics on achievement students in the subject sub-quadrilateral, (3) whether there is an interaction between teaching methods and students motivation of learn mathematics on achievement in the subject sub-quadrilateral.

This research is a quasi-experimental. The population in this research is students of class VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen 2009/2010 is consist of 186 students. Samples were taken with cluster random sampling technique of 76 students. Samples are class VII-E of 40 students as a classroom experiment and class VII-B of 36 students as a control class. With a note that at the time of testing research is conducted, there were 3 experimental class students unable to attend so that only a class of 37 students who take the test experimental study. The data collection method by used of documentation, test and questionnaire methods. The analysis technique used are two-way analysis of variance with unequal cells. This research used a balance test using test-z and that is a prerequisite test, normality test using Lilliefors and Bartlett's homogeneity test method.

Based on the results of this research concluded that: (1) there is no difference in mathematics achievement between TGT type of cooperative learning methods and conventional methods in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with unequal cells is Fa = 0,8946 < 3,9860 =

Ftabel, at the significance level of 5%., (2) no influence students motivation of

learn mathematics on student achievement in the subject sub-quadrilateral. Or we can say that the students motivation for the high category, medium or low to give a difference studying mathematics achievement in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with unequal cells is Fb = 4,4785 >

3,1360 = Ftable, at the significance level of 5%. Students with high learning

motivation has the same good performance with students who have medium learning motivation. Students with high learning motivation has more better performance than students who have low learning motivation, and students with medium learning motivation has the same good performance with students who have low learning motivation, (3) there is no interaction between method of learning and students motivation of learn mathematics on achievement in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with


(8)

commit to user

viii


(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Belajarlah untuk menghargai waktu, sebelum waktu itu menjadi tidak berharga lagi untukmu...”

“Jangan takut untuk mencoba sesuatu, karena dari sanalah ilmu yang sesungguhnya itu berada...”

“Tak selamanya yang kita inginkan adalah yang baik untuk kita dan tak selamanya yang kita benci adalah yang buruk untuk kita...”


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Karya yang tersusun dengan ketulusan dan kesungguhan hati ini

kupersembahkan kepada:

™

Ibu dan Bapakku Tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang,

perhatian dan pengorbanan yang tiada henti yang telah diberikan

kepadaku.

™

Adik-adikku Tersayang De’ Vita & De’ Syifa’ yang telah memberikan

keceriaan dan kebahagiaan kepadaku.

™

Dear Dwin Indrawan.., Thanks for everything that you give to me.

Without you, may be I cann’t finished. Luv u…

™

Mas Take One, yang juga telah memberi semangat dan kiriman pulsanya

membantu ban_geeeet,he…

™

Sahabat-sahabatku, Atik, Beny, Te2h, Erny, Rini, Uut, Yaya, Anis, Lyul

dan semua Anak Matematik FKIP UNS yang telah mengisi hari-hariku

dan memberiku canda tawa serta bantuan dan doanya..

™

Almamater


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Pada Sub Pokok Bahasan Segiempat ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa” yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun ajaran 2009/2010 sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini.

4. Drs. Suyono, M.Si sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Henny Ekana Ch S.Si, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta motivasi selama penyusunan skripsi ini.

6. Sri Indro Purnomo, S.Pd, Kepala Sekolah SMP N 2 Jenar, Sragen yang telah memberikan izin melakukan try out.


(12)

commit to user

xii

7. Drs. H. Harifin, B.Sc.MM, Kepala SMP N 1 Jenar, Sragen yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

8. Agus Teguh Rifa’i, S.Pd, guru matematika SMP N 1 Jenar Sragen sebagai validator dalam penelitian ini yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian.

9. Joko Triharyanto, S.Pd, guru matematika SMP N 1 Jenar Sragen sebagai validator dalam penelitian ini yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VII B dan kelas VII E SMP N 1 Jenar Sragen yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

11. Siswa-siswi kelas VII SMP N 2 Jenar Sragen yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini

12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vii

MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Prestasi Belajar Matematika ... 8

2. Metode Pembelajaran ... 11

3. Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 20

4. Tinjauan Materi Tentang Sub Pokok Bahasan Segiempat... 24

B. Kerangka Berpikir... 35


(14)

commit to user

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITAN ... 40

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ... 40

1. Tempat dan Subyek Penelitian... 40

2. Waktu Penelitian... 40

B. Metode Penelitian ... 40

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 41

1. Populasi …………... 41

2. Sampel ………... 41

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Identifikasi Variabel... 42

a. Variabel Bebas ... 42

b. Variabel Terikat ... 43

2. Rancangan Penelitian... 43

3. Pelaksanaan Penelitian ... 44

4. Metode Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen.. 44

a.Metode Dokumentasi ... 45

b.Metode Tes ... 45

c.Metode Angket ... 47

E. Teknik Analisis Data... 50

1. Uji Keseimbangan... 50

2. Uji Prasyarat ... 52

a....Uji Normalitas ... 52

b....Uji Homogenitas ... ... 52

3. Pengujian Hipotesis ... 54

4. Uji Komparasi Ganda ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Deskripsi Data... 61


(15)

commit to user

xv

2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 63

3. Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 63

B. Pengujian Persyaratan Analisis... 64

1. Pengujian Persyaratan Eksperimen... 64

2. Persyaratan Analisis... 64

C. Pengujian Hipotesis ... 66

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 66

2. Uji Komparasi Ganda ... 67

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 69

1. Hipotesis Pertama ... 69

2. Hipotesis Kedua ... 70

3. Hipotesis Ketiga... 71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 74

1. Implikasi Teoritis ... 75

2. Implikasi Praktis ... 75

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 44

Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data ... 55

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ... 55

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.... 58

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Segiempat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 4.2 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas... 64

Tabel 4.3 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas... 65

Tabel 4.4 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas ... 65

Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.... 66

Tabel 4.6 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 67


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 81

Lampiran 2 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika... 82

Lampiran 3 Pembahasan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 87

Lampiran 4 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 97

Lampiran 5 Lembar Jawab Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 98

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 99

Lampiran 7 Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa...100

Lampiran 8 Lembar Jawab Uji Coba Angket...105

Lampiran 9 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 106

Lampiran 10 Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 110

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ... 113

Lampiran 12 Uji Validitas Isi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa .. 115

Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 119

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa.... 124

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 127

Lampiran 16 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ... 141

Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika... 144

Lampiran 18 Pembahasan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar ... 145

Lampiran 19 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika... 151

Lampiran 20 Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa... 152

Lampiran 21 Lembar Jawab Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa .... 156

Lampiran 22 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.... 157

Lampiran 23 Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 163

Lampiran 24 Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 167


(18)

commit to user

xviii

Lampiran 25 Soal beserta Pembahasan Untuk Kompetisi dan Soal Beserta

Pembahasan Untuk Diskusi Pada TGT... 169

Lampiran 26 Penghargaan Kelompok, Penghargaan Individu dan Pembagian Meja Kompetisi ... 186

Lampiran 27 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 197

Lampiran 28 Uji Keseimbangan Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 202

Lampiran 29 Uji Homogenitas Awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 204

Lampiran 30 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 207

Lampiran 31 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Motivasi Belajar Tinggi ... 211

Lampiran 32 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Motivasi Belajar Sedang ... 212

Lampiran 33 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Motivasi Belajar Rendah... 214

Lampiran 34 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Metode Pembelajaran ... 215

Lampiran 35 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa ... 218

Lampiran 36 Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 221

Lampiran 37 Uji Komparasi Ganda...227

Lampiran 38 Tabel Statistik... 229


(19)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Nasional di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).

Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab dari pemerintah semata, melainkan juga seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru. Berbicara tentang pendidikan tidak akan terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dijiwai oleh matematika sebagai ilmu dasar (basic science). Matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000: 42). Dengan demikian, matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.

Objek dasar yang dipelajari matematika adalah bersifat abstrak yang meliputi: fakta, konsep, operasi atau aturan dan prinsip. Oleh karena itu, banyak individu yang mempunyai pandangan bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat dari banyaknya individu yang bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar nanti.

Prestasi belajar matematika siswa, rata-rata lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaraan yang lain. Seperti halnya


(20)

commit to user

dengan siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen, dimana nilai ulangan harian matematika siswa kelas VII tahun pelajaran 2009/2010, masih ada sekitar 37% yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 60, sehingga guru lebih sering memberikan remedial daripada pengayaan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa lebih sering terlihat pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apa yang guru tulis di papan tulis. Akibatnya, siswa tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini seharusnya menjadikan periksa bagi guru, apakah metode pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan materi atau belum. Untuk itu, dalam mengajarkan matematika seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk setiap materi yang akan diajarkan karena metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru seharusnya dapat menguasai bermacam-macam metode pembelajaran sehingga dapat memilih metode yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikannya.

Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika kemungkinan adalah metode mengajar guru yang kurang sesuai dengan kondisi siswa maupun pokok bahasan yang disampaikan. Banyak metode mengajar yang dapat digunakan dalam pengajaran matematika, tetapi tidak setiap metode dapat diterapkan dalam setiap pokok bahasan. Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar sangatlah penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun pada kenyataannya masih banyak guru menggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional dan kurang bervariasi seperti, metode ekspositori pada setiap pokok bahasan. Dalam metode ekspositori, guru lebih dominan dibandingkan siswa. Meskipun sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengerjakan latihan soal sendiri, keaktifan siswa belum begitu nampak. Hal ini dikarenakan belum adanya kegiatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk menjadi lebih aktif, dapat berfikir kritis dan kreatif serta mudah memahami materi yang diterima. Karena itu, penggunaan metode ekspositori pada sub pokok bahasan segiempat yang menuntut siswa dapat berpikir kritis dan kreatif serta membutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi dimungkinkan menyebabkan prestasi belajar matematika siswa kurang optimal. Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang


(21)

commit to user

disampaikan, tujuan pengajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Sub Pokok Bahasan Segiempat yang diberikan kepada siswa kelas VII semester genap Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu sub pokok bahasan yang sukar di mata pelajaran matematika. Hal tersebut menyebabkan nilai rata-rata ulangan harian pada sub pokok bahasan ini umumnya rendah, seperti halnya pada SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun pelajaran 2008/2009 yaitu sekitar 58. Sub pokok bahasan ini berhubungan dengan logika dan menuntut pemikiran yang kompleks. Oleh karena itu, sub pokok bahasan ini membutuhkan pemahaman dan penguasaan konsep serta ketelitian.

Terkait dengan masalah kesulitan siswa di atas, maka di dalam pembelajaran matematika, khususnya pada SMP Negeri 1 Jenar Sragen perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif, dimana metode tersebut menempatkan siswa dalam kelompok kerja. Salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Teams Games Tournaments). Hal yang mendasari peneliti memilih metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah karena selain menyenangkan juga dapat menciptakan suasana kompetisi baik antar individu maupun antar team. Dalam hal ini, peneliti beranggapan bahwa jika suasana belajar kondusif serta menyenangkan, siswa akan mudah memahami konsep yang diberikan oleh guru dan dapat menanamkan konsep tersebut pada dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud dengan optimal. Oleh karena itu, metode pembelajan kooperatif tipe TGT tepat diterapkan pada siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen kelas VII yang sudah terbiasa menerima pelajaran dengan menggunakan metode konvensional.

Dalam metode TGT ini, siswa diarahkan dalam kegiatan belajar berkelompok dan bekerjasama dalam memecahkan masalah pemahaman materi serta berkompetisi dengan teamnya secara menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Metode ini memunculkan interaksi antar siswa. Siswa dengan kemampuan lebih tinggi, diarahkan untuk membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah di dalam kelompoknya, sehingga seluruh anggota dalam kelompok tersebut dapat memahami materi yang diajarkan.


(22)

commit to user

Selain itu, rendahnya prestasi belajar matematika siswa tidak mutlak disebabkan oleh metode mengajar yang kurang sesuai dalam proses pembelajaran. Tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya adalah motivasi belajar matematika siswa.

Motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Akan tetapi, pada umumnya di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, dan akan terjadi hal sebaliknya jika tugas yang diberikan terasa sulit. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Jadi, motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan tersebut menyangkut suatu kebutuhan. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Jadi, motivasi belajar matematika siswa adalah dorongan dan penggerak dari dalam diri siswa yang dapat menimbulkan dan memberikan arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang matematika dalam mencapai tujuannya.

Motivasi yang tinggi pada siswa, akan menuntun siswa untuk mau berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal itu tentunya dapat menjadikan siswa paham terhadap setiap sub pokok bahasan yang diberikan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal pada materi segiempat dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT harus didukung dengan motivasi belajar matematika siswa yang tinggi.

Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen, apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat dan juga apakah motivasi belajar matematika siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.


(23)

commit to user

B. Identifikai Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar yang baik adalah yang berorientasikan pada keaktifan dan kekreatifan siswa karena pada dasarnya setiap siswa mempunyai potensi untuk berkembang. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih konvensional yakni guru mendominasi kegiatan belajar mengajar sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan oleh gurunya tanpa berusaha berkembang secara aktif. Akibatnya, siswa akan sulit mengembangkan potensi pada dirinya. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut apakah penggunaan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat, disebabkan karena kurangnya motivasi mereka dalam belajar. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah motivasi belajar matematika siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.

3. Perbedaan motivasi belajar siswa pada setiap metode pembelajaran dapat

menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Sebaliknya, setiap metode pembelajaran untuk tingkat kategori motivasi belajar siswa yang berbeda juga dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Hal ini karena dalam belajar khususnya matematika materi segiempat dibutuhkan pemikiran yang kritis dan kreatif serta pemahaman yang cukup tinggi. Sehingga baik motivasi belajar maupun metode pembelajarn saling menunjang prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:


(24)

commit to user

1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada metode kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol.

2. Motivasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah dorongan dan penggerak dari dalam diri siswa yang dapat menimbulkan dan memberikan arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang matematika dalam mencapai tujuannya. 3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah prestasi belajar siswa

pada sub pokok bahasan segiempat (jajar genjang, persegi panjang, dan persegi) yang dicapai setelah proses belajar mengajar.

4. Siswa dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Jenar kelas VII semester II tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat? 2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi

belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan motivasi belajar

matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik antara metode kooperatif tipe TGT dan metode konvensional dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan segiempat.


(25)

commit to user

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan

motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam

menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif metode mengajar dalam proses belajar mengajar dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam sub pokok bahasan segiempat.

2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan motivasi belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, khususnya pada pokok bahasan segiempat.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian eksperimentasi metode TGT yang lainnya.


(26)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam pengertian ini, prestasi merupakan suatu hasil dari sebuah usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan. Prestasi merupakan akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan pelatihan tertentu. Prestasi yang dicapai sering mendatangkan konsekuensi-konsekuensi berupa imbalan-imbalan yang bersifat material, psikologis, dan sosial. Hal ini hampir sama dengan pernyataan W.S Winkel (1996: 391) yang menyatakan bahwa, “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Sementara itu, Zainal Arifin (1990: 3) juga menyatakan bahwa, “Prestasi adalah hasil dari kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan bukti atau hasil yang telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi trampil. Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Winkel (1996: 53) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan


(27)

commit to user

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas”.

Pengertian lain tentang belajar juga diberikan oleh ahli diantaranya adalah pengertian menurut psikologis. Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Selain itu, definisi belajar menurut Sumadi Suryabrata (Gino, H. J., Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan ,1999: 15) menyebutkan bahwa ada tiga ciri yang khas pada aktivitas manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan “belajar” yakni:

1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) (Behavioral Changes) baik aktual maupun potensial. 2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku

dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), ketrampilan (aspek psikomotor), pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya. Di dalam belajar terkandung suatu aktifitas yang dilakukan dengan segenap panca indra untuk memahami arti dari hubungan-hubungan kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata. c. Pengertian Prestasi Belajar

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang terus menerus dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku. Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.


(28)

commit to user

Menurut Djamarah dan Azwan Zain (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan kemajuan yang diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga berupa kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil penilaian.

Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.

Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:


(29)

commit to user

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir. Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.

2. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 65) adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Muhibbin Syah (1995: 201) bahwa “Metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Hal ini berarti, di dalam metode pembelajaran terdapat langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah disusun untuk mempermudah proses belajar mengajar.

Sedangkan arti metode pembelajaran menurut Purwoto (2003: 65) antara lain: 1) Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari

pengajaran tersebut berhasil dengan baik.

2) Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya.


(30)

commit to user

3) Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.

Dari bebrapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyajikan bahan pengajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

b. Metode Pembelajaran Konvensional

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) dinyatakan bahwa “Konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional sendiri diartikan sebagai “Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Oleh karena itu metode konvensional dapat juga disebut metode tradisional. Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa metode konvensional adalah suatu pembelajaran dimana proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang tradisional, yaitu dalam penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan metode ceramah dan metode ekspositori.

Dalam pembelajaran matematika, metode konvensional yang paling sering dipakai adalah metode ekspositori karena selain memberikan materi, guru juga memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa. Metode konvensional dalam penelitian ini adalah metode ekspositori, guru memegang peranan utama untuk menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga tidak bisa begitu saja dikatakan jelek. Dalam pembelajaran matematika, metode ini mempunyai banyak kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan dan kelemahannya menurut Purwoto (2003 : 67) adalah sebagai berikut:

Kekuatannya:

• Dapat menampung kelas yang besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif murah.

• Bahan pelajaran/keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar bagi siswa.

• Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.

• Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran.


(31)

commit to user

Kelemahannya:

• Pelajaran berjalan membosankan siswa dan siswa menjadi pasif dan tidak

berkembang.

• Kepadatan konsep-konsep yang diberikan hanya akan membuat siswa tidak mampu menguasai materi pelajaran.

• Pengetahuan yang didapat dari metode ini mudah terlupakan.

• Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi ‘Belajar menghafal’ yang tidak

menyebabkan timbulnya pengertian.

c. Metode Pembelajaran Kooperatif

Semua metode mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada jenis-jenis tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran yang berbeda. Struktur tujuan dan hadiah dua-duanya mengacu pada tingkat kooperasi atau kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan dan hadiah mereka. Metode pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Menurut Nur (2001:25), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil mempelajari suatu materi, menerima pendapat dan mengisi kekurangan siswa yang lain. Pada pembelajaran ini, siswa belajar dalam kelompok dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, serta latar belakang yang berbeda-beda.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.


(32)

commit to user

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. (Depdiknas, 2005: 14)

Unsur-unsur yang perlu ditanamkan kepada siswa pada pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3) Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

4) Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.

5) Para peserta didik akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6) Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.

7) Para peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

(Linda, L., 1994) Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.


(33)

commit to user

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

(Depdiknas, 2005: 15)

Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

3) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

4) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

5) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

6) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamain, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

d. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)

Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards. Prinsip model TGT ini pada dasarnya sama dengan model tipe STAD, yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan siswanya saja. Dalam TGT diakhiri dengan permainan / turnamen yang pesertanya perwakilan dari masing-masing kelompok.

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun.


(34)

commit to user

Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournaments dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam Implementasinya, secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:

Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).

Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model TGT dapat diilustrasikan sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran langsung).


(35)

commit to user

2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin atau lainnya).

3) Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan).

4) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengirimkan wakil-wakilnya duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota kelompok lainnya.

Komposisi setiap meja turnamen dapat diilustrasikan sebagai berikut:


(36)

commit to user

Perangkat turnamen:

y Satu set lembar tournament (soal dan jawaban) y Satu set skor tournamet

y Satu set kartu nomor yang bersesuaian dengan nomor soal Pelaksanaan turnamen:

1. Melakukan drawing kartu untuk menentukan pembaca pertama (pembaca

pertama adalah yang memperoleh nomor terbesar)

2. Pembaca pertama mengocok kartu-kartu dan mengambil kartu teratas 3. Pembaca membaca dengan keras soal sesuai dengan nomor yang terambil

4. Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada

pembaca, selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah putaran jarum jam. siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Kalau tidak menjawab boleh diliwati.

5. Penantang kedua boleh menantang kalau mempunyai jawaban yang berbeda, kalau tidak menantang boleh melewatinya. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban mereka salah.

6. Jika semua penantang telah lewat penantang kedua mengecek jawaban dan membacanya dengan keras. Pembaca atau penantang yang memperoleh jawaban yang benar dapat menyimpan kartunya.

7. Putaran berikutnya, posisinya berubah, penatang pertama menjadi pembaca, penantang kedua, menjadi penantang kedua.


(37)

commit to user

9. Skor individu diperoleh dari banyaknya kartu yang diperoleh.

5) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan jumlah dari hasil perolehan skor dari masing-masing meja turnamen.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

• Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman

yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

• Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

• TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.

• TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

• Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

• TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan

gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain. Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

3. Motivasi Belajar Matematika Siswa

Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh suatu motivasi tertentu. Menurut Sadirman (1987: 100), motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.


(38)

commit to user

Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut, terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu :

(1) Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

(2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1987: 75). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Menurut French (1986 dalam Riva’i, 2000: 3) motivasi adalah dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell (1997 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengukur tindakannya dengan cara tertentu.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang diinginkan dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan mengelakkan/menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah proses menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai suatu tujuan (Anonim, 2006: 5).


(39)

commit to user

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu motivator bagi siswa adalah guru. Guru yang dapat menciptakan kondisi belajar yang baik dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan berkembang secara optimal. Pelajar yang mempunyai motivasi untuk belajar bagi pencapaian tujuannya, mereka akan mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajaran yang diberikan oleh guru. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan menerima teguran serta arahan dari guru. Mereka suka memberikan pandangan dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian ini memiliki penggerak dari dalam dirinya untuk mencapai kecermelangan akademik dan juga dalam hidup secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).

Mc. Clelland (1977 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan dalam kegiatan belajar mengajar motivasi sangat penting karena motivasi berfungsi sebagai: 1) Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat

sesuatu misalnya belajar.

2) Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai.

3) Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Seperti yang dikemukakan oleh Mc. Donald (Sadirman. 1987: 73), motivasi dirangsang oleh suatu tujuan dan tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan. Berdasarkan Riva’i (2000: 4), Mc. Clelland (1977) menyatakan bahwa motivasi dapat didasarkan pada tiga jenis kebutuhan, yaitu :

(1) Kebutuhan berprestasi. (2) Kebutuhan afiliasi.

(3) Kebutuhan akan kekuasaan.

Pada situs tuanmat.tripot.com (Anonim, 2006: 6) dijelaskan tentang hirarki kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:

1) Physiological needs (kebutuhan fisiologi)

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu kebutuhan fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam konteks pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat


(40)

commit to user

memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain bila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggu sehingga dapat menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi juga merupakan kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.

2) Safety needs (kebutuhan akan rasa aman/keselamatan)

Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin. Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten. Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar.

3) Social needs (kebutuhan sosial)

Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat diperlukan untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai, tidak dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap.

4) Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)

Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya dalam melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau rumah cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang merasa dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka dihargai, dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi secara positif dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang penting ialah kebutuhan ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai keyakinan diri, kebebasan, perhatian, dan penilaian dari orang lain.

5) Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri)

Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa. Anggapan itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat reaksi individu lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu lain. Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim, 2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri


(41)

commit to user

ini merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup; dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal. Apabila seorang siswa berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai penyempurnaan diri, maka mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin.

Berdasarkan teori Maslow, Sadirman (1987: 80) mengemukakan bahwa motivasi selalu bersangkutan dengan beberapa kebutuhan berikut:

1) Kebutuhan fisiologi seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.

2) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3) Kebutuhan akan cinta dan kasih ; rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. Dengan kata lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan aktualisasi diri.

Berdasarkan penyebab timbulnya suatu motivasi (Suryabrata, 2004: 72), maka motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya karena akan diadakan ujian; syarat untuk melamar pekerjaan dan sebagainya sehingga seseorang berusaha dengan giat melakukan sesuatu.

2) Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya dengan tanpa dirangsang dari luar. Dengan kata lain, dorongan tersebut sudah ada dalam diri individu, misalnya kegemaran, dan sifat diri akan mempengaruhi apa-apa yang akan dikerjakannya.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai, (Sardiman, A.M. 1992, hal 75-76). Dari beberapa pengertian motivasi yang diutarakan di atas dan pengertian motivasi belajar menurut Sardiman, dapat ditarik kesimpulan


(42)

commit to user

bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan penggerak/dorongan dari dalam diri seseorang untuk belajar dan berusaha demi mencapai tujuan yang diinginkannya. Dengan demikian motivasi belajar dapat mendorong usaha-usaha pencapaian hasil belajar yang maksimal termasuk dalam bidang matematika.

4. Tinjauan Materi Tentang Sub Pokok Bahasan

Segiempat

Segiempat merupakan salah satu sub pokok bahasan yang diberikan pada kelas VII semester II. Dalam penelitian ini materi Segiempat yang akan diberikan hanya terdiri dari jajar genjang, persegi panjang, dan persegi.

a. Jajar genjang 1. Definisi

Jajar genjang adalah suatu segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar. (M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 8)

2. Sifat-sifat jajar genjang

gambar 1

Perhatikan gambar 1 di atas!

a) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka: AB → CD

Jadi, AB = CD dan AB ⁄⁄ CD D

C B

A C B

A D


(43)

commit to user

Pada setiap jajar genjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

Pada setiap jajar genjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar. BC → DA

Jadi, BC = DA dan BC ⁄⁄ DA

Karena AB # CD dan BC # DA, maka dapat disimpulkan bahwa:

b) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:

ס ABC →ס CDA. Jadi, ס ABC = ס CDA

ס BAD →ס DBC. Jadi, ס BAD = ס DCB

Karena ס ABC = ס CDA dan ס BAD = ס DCB, maka dapat disimpulkan

bahwa:

gambar 2

C

B A


(44)

commit to user

Perhatikan gambar 2 di atas!

c) Pada jajar genjang ABCD gambar 2, AB ⁄⁄ CD dan AD ⁄⁄ BC.

Karena AB ⁄⁄ CD dan ס A dengan ס D maupun ס B dengan סC merupakan

sudut dalam sepihak, maka:

ס A + ס D = 180º

ס B + ס C = 180º

Karena AD ⁄⁄ BC dan ס A dengan ס B maupun ס C dengan ס D merupakan

sudut dalam sepihak, maka:


(45)

commit to user

Pada setiap jajar genjang, jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 180º.

Kedua diagonal pada setiap jajar genjang, saling membagi dua sama panjang. ס C + ס D = 180º

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

d) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:

gambar 3

Perhatikan gambar 3 di atas! OA → OC

Jadi, OA = OC. OB → OD Jadi, OB = OD.

Karena OA = OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan bahwa: D

C

B A

C

B A

D


(46)

commit to user

Untuk setiap jajar genjang dengan alas a, tinggi t dan luas L, maka selalu berlaku: L = a x tatauL = at

(M. Cholik A., 2004: 73)

3. Luas jajar genjang

Gambar (i) adalah jajar genjang dengan alas a dan tinggi t kemudian dipotong seperti ditunjukkan pada gambar (ii) dan selanjutnya dirangkai seperti gambar (iii).

a a

(i) (ii) (iii)

Luas bangun (i) sama dengan luas bangun (iii), sehingga luas jajar genjang (i) = a x t.

(M.Cholik A.,2004: 77)

b. Persegi panjang 1. Definisi

Persegi panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya siku-siku.

(M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 11)


(47)

commit to user

2. Sifat-sifat persegi panjang

Akibatnya:

1) Persegi panjang keempat sudutnya siku-siku. 2) Semua sifat jajar genjang berlaku untuk persegi

panjang. a) Sifat sisi-sisi persegi panjang

gambar 4 gambar 5

letak (1) letak (2)

Pada letak (1), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu simetri PQ, maka:

A menempati B, ditulis A → B. D menempati C, ditulis D → C. AD → BC.

Jadi AD = BC

Pada letak (2), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu simetri RS, maka:

A menempati D, ditulis A → D. B menempati C, ditulis B → C. AD → BC.

Q P

B A A

B

C D D

C

R C S

B A

D

C B D


(48)

commit to user

Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.

Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar. Jadi AB = DC

Karena AD = BC dan AB = DC, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Selanjutnya perhatikan gambar berikut!

Ubin-ubin yang berbentuk persegi panjang dapat digeser sepanjang baris ke kanan atau ke kiri dan sepanjang lajur ke atas atau ke bawah. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan selalu mempunyai jarak yang tetap. Karena jarak sisi-sisi yang berhadapan tetap, maka dikatakan sisi-sisi yang berhadapan sejajar.

(M.Cholik A.,2004: 57)

b) Sifat sudut-sudut persegi panjang

Berdasarkan pada letak (1) pada gambar 4 dan letak (2) gambar 5 di atas dapat dinyatakan tentang besar sudut-sudut suatu persegi panjang sebagai berikut:


(49)

commit to user

ס C menempati ס D, ditulis ס C →ס D

Jadi, ס A = ס B ………… (1)

ס C = ס D ………… (2)

ס A menempati ס D, ditulis ס A →ס D

ס B menempati ס C, ditulis ס B →ס C

Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.


(50)

commit to user

Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya sama besar. ס B = ס C ………… (4)

Dari bentuk persamaan (1) smpai (4), dapat disimpulkan hal sebagai berikut:

ס A = ס B = ס C = ס D

(M.Cholik A.,2004: 57) c) Sifat diagonal-diagonal persegi panjang

Letak (3) Letak (4)

Pada letak (4), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu PQ, maka: A → B

C → D AC → BD Jadi, AC = BD

Q P

B B A

A

C C D

D

Q P

B A A

B

C D D


(51)

commit to user

Diagonal-digonal dalam setiap persegi panjang sama panjang. Dengan demikian dapat disimpulkan hal sebagai berikut:

Untuk menyelidiki sifat diagonal lainnya, perhatikan gambar berikut ini!

Letak (5) letak (6) letak (7)

Pada letak (6), persegi panjang ABCD diputar putaran pada pusat O, maka: O → O

A → C OA → OC Jadi, OA = OC

Pada letak (7), persegi panjang ABCD diputar putaran pada pusat O, maka: O → O

B → D OB → OD Jadi, OB = OD

Karena OA = OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut: O

B B A

A

C C D

D

O

B D A

C

C A D

B

O

B D A

C

C A D


(52)

commit to user

Diagonal-digonal dalam setiap persegi panjang, berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.

Dari sifat-sifat di atas, maka pada persegi panjang ABCD disamping dapat dinyatakan:

AC = BD OA = OC OB = OD

Karena AC = BD, sedangkan OA = OC dan OB = OD, maka:

OA = OC = OB = OD (M.Cholik A., 2004: 58)

3. Keliling persegi panjang

Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi persegi panjang.

(M.Cholik A., 2004: 66)

Rumus keliling persegi panjang: Perhatikan gambar dibawah!

Keliling persegi panjang ABCD = AB + BC + CD + DA Karena AB = CD dan BC = AD, maka:

Keliling persegi panjang ABCD = 2 x AB + 2 x BC. AB disebut panjang dan BC disebut lebar.

O

B A

C D

l

p

B A

C D


(53)

commit to user

K = 2p +2l atau K = 2 (p + l)

L = p x l

Jadi, keliling persegi panjang ABCD = 2 x panjang + 2 x lebar Jika panjang = p cm, lebar = l cm, dan keliling = K cm, maka: Rumus keliling persegi panjang adalah:

(M.Cholik A., 2004: 67)

4. Luas persegi panjang

Rumus luas persegi panjang = panjang x lebar.

Jika panjang = p cm, lebar = l cm dan luas = L cm2, maka:

Rumus luas persegi panjang adalah:

(M.Cholik A., 2004: 70)

c. Persegi 1. Definisi

Persegi ialah suatu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan satu sudutnya

siku-siku. (M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 14)

Akibatnya:

1) Persegi, keempat sudutnya siku-siku. 2) Persegi yang disebut segi empat beraturan. 3) Pada persegi berlaku sifat-sifat belah ketupat

maupun persegi panjang. 2. Sifat-Sifat Persegi

a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. b) Diagonalnya sama panjang.


(54)

commit to user

c) Diagonalnya berpotongan membagi dua sama panjang.

Untuk selanjutnya akan diselidiki sifat-sifat lainnya yang dimiliki oleh persegi.

Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC, maka:

A A C C

B D B D

AB AD CB CD

Jadi, AB = AD …(1) Jadi, CB = CD …(2)

Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD, maka:

A C A C

B B D D AB CB AD CD

Jadi, AB = CB …(3) Jadi, AD = CD …(4)

D A

C B

B A

C D

B C

A D

B A

C D


(55)

commit to user

Sisi-sisi dalam setiap persegi sama panjang. Dari hasil-hasil tersebut didapat:

AB = AD ...………(1) AD = CD ………...(4)

CD = CB ………...(2)

Jadi, AB = AD = CD = CB

Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagoal AC maka:

ס BAC ס DAC

Jadi, ס BAC = ס DAC

D A

C B

B A

C D


(56)

commit to user

ס ACB ס ACD

Jadi, ס ACB = ס ACD

Karena ס BAC = ס DAB dan ס ACB = ס ACD, maka diagonal AC membagi ס A

dan ס C menjadi dua bagian yang sama besar.

Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD, maka:

B C

A D

B A

C D


(57)

commit to user

ס ABD ס CBD

Jadi, ס ABD = ס CBD

ס ADB ס CDB

Jadi, ס ADB = ס CDB

Karena ס ABD = ס CBD dan ס ADB = ס CDB, maka diagonal BD membagi ס B


(58)

commit to user

Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.

Pada gambar di atas, persegi ABCD diputar putaran dengan pusat O, maka:

ס DOC ס AOD ס DOC ס AOD

Jadi, ס DOC = ס AOD. Jadi, ס DOC = ס AOD.

ס BOA ס COB ס AOD ס BOA

Jadi, ס BOA = ס COB. Jadi, ס AOD = ס BOA. O

C B

D A

B A

C D


(59)

commit to user

Diagonal-diagonal setiap persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku.

Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang. Dari hasil-hasil di atas dapat disimpulkan bahwa:

ס AOD = ס DOC = ס COB = ס BOA

ס AOD + ס DOC + ס COB + ס BOA = 3600 (satu putaran penuh)

Jadi, ס AOD = ס DOC = ס COB = ס BOA =

= 900 (sudut siku-siku)

Berdasarkan sifat-sifat persegi, maka dapat dinyatakan hal sebagai berikut:

(M.Cholik A., 2004: 62)

3. Keliling Persegi


(60)

commit to user

Rumus keliling persegi adalah:

K 4

Rumus untuk luas setiap persegi adalah:

L L 2

(M.Cholik A., 2004: 66)

Rumus keliling persegi:

Perhatikan gambar di samping!

Keliling persegi ABCD = AB + BC + CD + DA.

Karena AB = BC = CD = DA maka:

Keliling persegi ABCD = 4 × AB.

Jika panjang sisi AB = s cm dan keliling persegi = K cm, maka:

(M.Cholik A., 2004: 68)

4. Luas Persegi Rumus luas persegi:

Pada gambar di samping, daerah yang berwarna hitam menunjukkan luas persegi ABCD. Karena persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama, yang selanjutnya disebut sisi maka:

Rumus luas persegi = sisi x sisi

Jika panjang sisi = s cm dan luas = L cm2, maka:

s

A B

C D

s

A B

C D


(1)

commit to user

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh

Fab = 0,2065 < 3,1360 = Ftabel, maka H0AB tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji

pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB berarti tidak terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.

Siswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun siswa yang diberi pengajaran dengan metode pembelajaran konvensional memiliki prestasi yang sama baik untuk tiap kategori motivasi belajar matematika tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan rendah baik untuk pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun dengan metode pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.

Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar mungkin dikarenakan siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan belajar matematika dan kurang serius dalam mengisi angket motivasi belajar matematika. Selain itu adanya variabel bebas lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang tidak terkontrol oleh peneliti.


(2)

(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Secara umum, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sama baiknya dengan metode

pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan segiempat.

Tidak dipenuhinya hipotesis pertama mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu:

1) Siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan adanya penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran yang sebelumnya masih terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional.

2) Kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran dengan metode pembelajaran


(4)

kelompok-commit to user

kelompok dan dalam membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok serta dalam kompetisi masih perlu bimbingan lebih.

3) Peneliti kurang mampu membimbing semua kelompok saat kegiatan diskusi

berlangsung.

4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan oleh guru.

5) Saat diskusi kelompok berlangsung, seringkali terdapat siswa yang kurang

bersemangat, hanya diam tanpa mau membicarakan kesulitannya dalam memahami materi yang diberikan oleh guru.

Selain faktor-faktor di atas, mungkin masih ada faktor lain di luar kegiatan belajar-mengajar yang tidak terkontrol oleh peneliti.

b. Secara umum, motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah

memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat.

1) Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang pada sub pokok bahasan segiempat.

2) Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada sub pokok bahasan segiempat.

3) Siswa dengan motivasi belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar

matematika sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika rendah pada sub pokok bahasan segiempat.

c. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang sama untuk tiap kategori motivasi belajar siswa, baik kategori tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan rendah baik


(5)

commit to user

untuk pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun dengan metode pembelajaran konvensional.

B. Implikasi

Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar yang tidak lebih baik dari pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa di luar kegiatan belajar-mengajar. Meskipun pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar yang tidak lebih baik dari pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional namun ada beberapa kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun kelebihan tersebut yaitu, dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat penghargaan kelompok dan penghargaan individu dimana hal tersebut dapat membantu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan bersaing secara sehat. Selain itu dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dapat belajar untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Dan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Bertolak dari hal tersebut guru harus memperhatikan motivasi belajar siswa sehingga dapat memberikan perlakuan yang tepat untuk siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, maupun rendah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.


(6)

commit to user

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar-mengajar dan prestasi belajar matematika siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode yang tepat, efektif dan efisien serta memperhatikan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran yang ditujukan pada guru, calon guru dan peneliti lain sebagai berikut:

a. Kepada kepala sekolah hendaknya menghimbau kepada guru agar guru mau

menerapkan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu seorang kepala sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

b. Kepada guru dan calon guru bidang studi matematika khususnya untuk Sekolah

Menengah Pertama (SMP) hendaknya menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran matematika.

c. Kepada peneliti lain, mungkin dapat melakukan penelitian dengan peninjauan lain

misalnya kemampuan awal, minat belajar, kreativitas belajar, aktivitas belajar, gaya belajar, tingkat intelegensi dan lain-lain agar lebih dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu peneliti lain dapat meneliti pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada sub pokok bahasan lain selain sub pokok bahasan segiempat.

d. Kepada siswa hendaknya meningkatkan semangat dan intensitas belajar matematika

baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SUB POKOK BAHASAN TEOREMA PHYTAGORAS PADA BANGUN RUANG DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

0 3 76

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI POKOK ALJABAR DITINJAU DARI KREATIFITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 71

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 5 109

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA (Studi Eksperimentasi Kelas VIII SMP Ibu S. Soemoharmanto Jatipurno W

0 2 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TREFFINGER DAN CIRCUIT LEARNING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT.

0 0 6

PENGARUH METODE PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE TGT(TEAM GAME TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA.

0 0 7

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA ( Pada Pokok Bahasan Sudut ).

0 1 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKANKOOPERATIF TIPE STAD EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN KOOPE RATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)PADA SUB POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

0 0 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA.

0 1 19