Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif
W
C
m FV
W
kmjam
Empat lajur terbagi 42 D atau jalan satu arah
Per lajur 3,00
3,25 3,50
3,75 4,00
-4 -2
2 4
Empat lajur tak terbagi 42 UD Per lajur
3,00 3,25
3,50 3,75
4,00 -4
-2 2
4
Dua lajur dua arak tak terbagi 22 UD
Total dua arah 5
6 7
8 9
10 11
-9,5 -3
3 4
5 7
Sumber: Dep.PU1997
3. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping FFV
SF
Faktor penyesuaian hambatan samping ditentukan berdasarkan jenis jalan, kelas hambatan samping, lebar bahu dan jarak kereb ke penghalang efektif dapat
dilihat pada Tabel 2.10 dan Tabel 2.11.
a. Jalan Dengan Bahu
Tabel 2.10 Faktor penyesuaian untuk pengruh hambatan samping dan lebar bahu FFV
SV
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping
dan Lebar Bahu FFV
SF
Lebar Bahu efektif rata-rata m ≤ 0,5
1,0 1,5
≥ 2,0 42 D
Sangat Rendah 1,02
1,03 1,03
1,04
24
Rendah 0,98
1,00 1,02
1,03 Sedang
0,94 0,97
1,00 1,02
Tinggi 0,89
0,93 0,96
0,99 Sangat Tinggi
0,84 0,88
0,92 0,96
42 UD Sangat Rendah
1,02 1,03
1,03 1,04
Rendah 0,98
1,00 1,02
1,03 Sedang
0,93 0,96
0,99 1,02
Tinggi 0,87
0,91 0,94
0,98 Sangat Tinggi
0,80 0,86
0,90 0,95
22 UD atau jalan satu
arah Sangat Rendah
1,00 1,01
1,01 1,01
Rendah 0,96
0,98 0,99
1,00 Sedang
0,91 0,93
0,96 0,99
Tinggi 0,82
0,86 0,90
0,95 Sangat Tinggi
0,73 0,79
0,85 0,91
Sumber: Dep.PU1997
b. Jalan Dengan Kereb Tabel 2.11 Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan kereb
penghalang FFV
SF
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping
dan Jarak Kereb Penghalang FFV
SF
Jarak Kereb Penghalang m
25
≤ 0,5 1,0
1,5 ≥ 2,0
42 D Sangat Rendah
1 1,01
1,01 1,02
Rendah 0,97
0,98 0,99
1,00 Sedang
0,93 0,95
0,97 0,99
Tinggi 0,87
0,90 0,93
0,96 Sangat Tinggi
0,81 0,85
0,88 0,92
42 UD Sangat Rendah
1 1,01
1,01 1,02
Rendah 0,96
0,98 0,99
1,00 Sedang
0,91 0,93
0,96 0,98
Tinggi 0,84
0,87 0,90
0,94 Sangat Tinggi
0,77 0,81
0,85 0,90
22 UD atau jalan
satu arah Sangat Rendah
0,98 0,995
0,99 1,00
Rendah 0,93
0,95 0,96
0,98 Sedang
0,87 0,89
0,92 0,95
Tinggi 0,78
0,81 0,84
0,88 Sangat Tinggi
0,68 0,72
0,77 0,82
Sumber: Dep.PU1997
4. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FFV
CS
26
Faktor penyesuaian ukuran kota FFV
CS
ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kota tempat ruas jalan yang bersangkutan berada dapat dilihat pada
Tabel 2.12. Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 menyarankan reduksi terhadap kecepatan arus bebas dasar bagi kota berpenduduk kurang dari 1 juta
jiwa dan kenaikn terhadap kapasitas dasar bagi kota berpenduduk lebih dari 3 juta jiwa.
Tabel 2.12 Faktor penyesuaian FFV
CS
untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan perkotaan
Ukuran Kota juta jiwa Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota
0,1 0,90
0,1 – 0,5 0,93
0,5 – 1,0 0,95
1,0 – 3,0 1,00
3,0 1,03
Sumber: Dep.PU1997
2.6.5 Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan adalah indikator yang dapat mencerminkan tingkat kenyamanan ruas jalan, yaitu perbandingan antara volume lalu lintas yang ada
terhadap kapasitas jalan tersebut Dep.PU, 1997 Tingkat pelayanan jalan ditentukan dalam suatu skala interval yang terdiri
dari 6 enam tingkat. Tingkat-tingkat ini dinyatakan dengan huruf A yang merupakan tingkat pelayanan tertinggi sampai F yang merupakan tingkat
pelayanan paling rendah. Apabila volume lalu lintas meningkat, maka tingkat pelayanan jalan menurun karena kondisi lalu lintas yang memburuk akibat
interaksi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pelayanan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pelayanan, antara lain: volume,
kapasitas, dan kecepatan. Tingkat pelayanan berdasarkan KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan diklasifikasikan atas: 1. Tingkat Pelayanan A
a. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.
27
b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimumminimum dan kondisi fisik jalan. c. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya
tanpa atau dengan sedikit tundaan. 2. Tingkat Pelayanan B
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas.
b. Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan.
c. Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
3. Tingkat Pelayanan C a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan
dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi. b. Kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat. c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan,
pindah lajur atau mendahului. 4. Tingkat Pelayanan D
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh
perubahan kondisi arus. b. Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas
dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar.
c. Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan
yang besar. 5. Tingkat Pelayanan E
a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah.
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.
c. Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek. 6. Tingkat Pelayanan F
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang. b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama.
28
c. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0. Tingkat pelayanan jalan tidak hanya dapat dilihat dari perbandingan rasio
QC, namun juga tergantung dari besarnya kecepatan operasi pada suatu ruas jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4 Tamin, 2000.
Gambar 2.4 Tingkat pelayanan berdasarkan volume dengan kapasitas
Tamin, 2000
Hubungan antara tingkat pelayanan jalan, karakteristik arus lalu lintas dan rasio volume terhadap kapasitas rasio DS=QC adalah seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 2.13 sebagai berikut. Tabel 2.13 Hubungan antara tingkat pelayanan, karakteristik arus lalu lintas dan
rasio volume terhadap kapasitas Tingkat
Pelayana n
Keterangan Derajat
Kejenuhan DS
A Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan
volume lalu lintas rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa
hambatan. 0,00 – 0,19
B Dalam zona arus stabil. Pengemudi memiliki
kebebasan yang cukupdalam memilih kecepatan. 0,20 – 0,44
C Dalam zona arus stabil. Pengemudi dibatasi dalam
memilih kecepatan. 0,45 – 0,74
29
D Mendakati arus yang tidak stabil. Dimana hampir
seluruh pengemudi akan dibatasi terganggu. Volume pelayanan berkaitan dengan kapasitas
yang dapat ditolerir. 0,75 – 0,84
E Volume lalu lintas mendekati atau berada pada
kapasitasnya. Arus tidak stabil dengan kondisi yang sering terhenti.
0,85 – 1,00
F Arus yang dipaksakan atau macet pada kecepatan
yang rendah. Antrian yang panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar.
–
Sumber: TRB 1994
2.7. Analisis Bagian Jalinan Tunggal
Bagian jalinan secara formil dikendalikan dengan aturan lalu lintas Indonesia yaitu dengan memberi jalan kepada yang kiri. Bagian jalinan dibagi
menjadi dua tipe yaitu bagian jalinan tunggal dan bagian jalinan bundaran.
2.7.1 Kapasitas
Kapasitas total bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar Co yaitu kapasitas pada kondisi tertentu ideal dan faktor penyesuaian F,
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan sesungguhnya terhadap kapasitas.
Model kapasitas adalah sebagai berikut Dep. PU, 1997: C = 135 x W
W 1.3
x 1 + W
E
W
W 1.5
x 1 – P
W
3
0.5
x 1 + W
W
W
L -1.8
x F
CS
x F
RSU
smpjam…………………………………………………2.7 Dimana :
C : Kapasitas smpjam
WW : Lebar jalinan m
WE : Lebar masuk rata – rata m
Pw : Rasio jalinan
WWLW : Lebar jalinanPanjang jalinan F
CS
: Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota jumlah penduduk F
RSU
: Faktor koreksi kapasitas akibat adanya tipe lingkungan jalan, gangguan samping, dan kendaraan tidak bermotor
30
Untuk menentukan nilai kapasitas dasar pada bagian jalinan tunggal seperti yang dipergunakan dalam mencari kapasitas bagian jalinan tunggal dapat
menggunakan grafik-grafik pada Gambar 2.5, Gambar 2.6, Gambar 2.7, dan Gambar 2.8 sebagai berikut:
Gambar 2.5 Grafik Faktor W
w
= 135 x W
w 1.3
Sumber: Dep. PU1997
Gambar 2.6 Grafik Faktor W
E
W
W
= 1 + W
E
W
W 1.5
Sumber: Dep. PU1997
31
Gambar 2.7 Grafik Faktor P
W
= 1 – P
W
3
0.5
Sumber: Dep. PU1997
Gambar 2.8 Grafik Faktor W
W
W
L
= 1 + W
W
W
L -1.8
Sumber: Dep. PU1997
1. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota F
CS
32
Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel 2.14 berdasarkan jumlah penduduk kota juta jiwa.
Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota F
CS
Ukuran kota CS
Penduduk Juta
Faktor penyesuaian ukuran
kota FCS Sangat kecil
0,1 0,82
Kecil 0,1-0,5
0,88 Sedang
0,5-1,0 0,94
Besar 1,0-3,0
1,00 Sangat Besar
3,0 1,05
Sumber: Dep.PU1997
2. Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Rasio Kendaraan Tak Bermotor F