Reklamasi Lahan Bekas Tambang Karakteristik Tanah Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya Kepmen ESDM No. 18 Tahun 2008. Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam landscape yang stabil terhadap erosi. Selain itu, reklamasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pascatambang. Penentuan tataguna lahan pascatambang sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain potensi ekologis lokasi tambang, dan keinginan masyarakat dan pemerintah Suprapto, 2010. Reklamasi pada umumnya dilakukan dengan metode back filling, dimana diusahakan semaksimal mungkin untuk melakukan penutupan kembali lubang bekas tambang dengan overburden dan bahan tanah hasil penggalian sebelumnya. Bahan tanah ditimbun pada areal yang akan dilakukan reklamasi setelah penutupan dengan overburden dengan susunan bahan induk di bagian bawah kemudian sub soil dan top soil diletakkan paling atas dengan ketebalan ± 1 m. Kompos ditambahkan pada saat lahan akan ditanami tanaman penutup tanah cover crop. Setelah kondisi permukaan tanah sudah tertutup dengan baik, selanjutnya dilakukan penanaman dengan jenis sengon, buah-buahan serta tanaman kehutanan lainnya. Jenis pohon yang akan ditanam dikoordinasikan dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya. Secara keseluruhan, reklamasi meliputi pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan land scaping , pengaturan penempatan bahan tambang nilai ekonomis rendah low grade , pengelolaan top soil, pengendalian erosi, dan revegetasi Anonim, 2001.

2.2. Karakteristik Tanah Penelitian

Kondisi tanah secara umum menunjukkan perkembangan sedang hingga lanjut, terdapat pada tipe lahan dataran berombak dan perbukitan. Bahan induk tanah umumnya berasal dari endapan Alluvium-Colluvium, batupasir dan batuliat. Jenis tanah utama di tambang Sanggata adalah Inceptisol, Ultisol dan Alfisol. Jenis tanah Inceptisol menunjukkan perkembangan tanah sedang, dimana diferensiasi horizon belum tegas umumnya berasosiasi dengan jenis tanah Ultisol. Tanah ini sebagian besar terdapat di daerah dataran berbukit hummocky dan hillocky . Terdapat 2 great grup tanah untuk Inceptisol, yaitu Dystropepts dan Eutropepts . Kondisi lahan dimana tanah Inceptisol dijumpai, beberapa diantaranya menunjukkan adanya bahaya erosi lokal dengan bentuk erosi berupa erosi parit gully erosion Anonim, 2001. Jenis tanah Ultisol menunjukkan reaksi tanah yang sangat masam hingga masam, dengan kejenuhan alumunium yang rendah hingga sangat tinggi. Solum tanah agak dalam sampai dalam, drainase tanah agak cepat hingga cepat. Jenis Ultisol dapat diklasifikasikan dalam 2 great grup yaitu; Hapludults dan Kandiudults . Kondisi lahan dimana tanah Ultisol dijumpai, diantaranya menunjukkan erosi lokal dengan tingkat bahaya erosi sedang hingga berat dengan kenampakan erosi parit gully erosion. Jenis Alfisol yang ada di Tambang Sangata luasnya sangat terbatas. Secara khusus jenis tanah ini terdapat di Pit HarapanC-Northeks-Surya, Pit AB, dan dumping AB. Jenis Alfisols yang terdapat di lokasi tersebut diklasifikasikan ke dalam great grup Kandiudalfs Anonim, 2001. Hasil analisis contoh tanah di wilayah studi penambangan PT. Kaltim Prima Coal PT. KPC disajikan pada Tabel 1.

2.3. Karakteristik Abu Terbang Fly Ash