Ragam jenis ektoparasit pada tubuh burung

4.2.2 Pakan

Tempat pakan terbuat dari plastik yang ditempatkan dengan cara digantung pada kawat dekat tempat bertengger. Kapasitas tempat makan tersebut mencapai 100 gr yang cukup untuk pakan burung selama satu hari. Pakan diberikan setiap harinya sebanyak 50 gr. Pakan yang diberikan berupa jagung, gabah, ketan hitam, kacang hijau, millet merah, dan beras merah. Palatabilitas burung tekukur dan puter dari jenis makanan ini yaitu millet merah dan ketan hitam. Pemberian vitamin atau obat tidak pernah dilakukan.

4.2.3 Minum

Sumber air yang digunakan untuk penangkaran burung tekukur dan puter didapatkan dari air sumur yang dialirkan melalui keran. Mengingat burung ini tidak memerlukan banyak ketersediaan air, maka air yang didapatkan dari sumber tersebut sangat baik digunakan dalam penangkaran. Sama halnya dengan pemberian pakan, air minum diganti satu hari sekali.

4.2.4 Sanitasi kandang

Pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan saat pergantian pemberian pakan dan minum, dengan cara membuang sisa dari pakan dan minum dan membersihkan tempatnya, hal ini dimaksudkan agar pakan dan minum yang baru tidak bercampur dengan yang lama serta terhindar dari kotoran. Selanjutnya pakan dan minum baru diisi kembali. Pembersihan kandang dilakukan dengan cara mengeluarkan tempat penampung kotoran dan mencucinya, sedangkan untuk pembersihan kandang secara keseluruhan tidak pernah dilakukan oleh pihak pengelola.

4.3 Ragam Jenis Ektoparasit

4.3.1 Ragam jenis ektoparasit pada tubuh burung

Berdasarkan penelitian, pada tubuh burung tekukur didapatkan jenis-jenis ektoparasit dari Klas Insekta yaitu Goniocotes sp. dan Columbicola columbae dari Ordo Phthiraptera dan Pseudolynchia canariensis dari Ordo Diptera, serta Klas Arachnida yaitu tungau dari Famili Pterolichidae. Semua jenis ektoparasit tersebut juga ditemukan pada burung puter, tetapi pada burung puter tidak ditemukan Pseudolynchia canariensis. Selama penelitian, burung puter terlihat lebih sehat dengan bulu yang bagus dibandingkan dengan burung tekukur. Bahkan didapatkan dua individu puter yang diperiksa sama sekali tidak terinfestasi oleh kutu. Walaupun demikian tungau dari Ordo Acari tetap ditemukan. Hal yang serupa dilakukan pada burung merpati domestik di Samaru dan pasar Sabon-Gari di Nigeria, Afrika yang terinfestasi oleh lima jenis ektoparasit yaitu Menopon gallinae, Columbicola columbae dan Goniodes sp.; Pseudolynchia canariensis dari ordo diptera; dan tungau Dermanyssus gallinae Adang et al. 2008. Sumber: Marshall 1981 Gambar 4 Bagian-bagian bulu burung. Kutu yang ditemukan menginfestasi unggas terutama pada bulu-bulu halus vane Gambar 4 yaitu Goniocotes sp. Gambar 5a. Menurut Flynn 1973, morfologi Goniocotes sp. memiliki bentuk tubuh yang terlihat hampir bundar dengan panjang 1,5 mm dan berwarna kuning pucat, memiliki kepala yang lebih lebar dari panjangnya, membundar pada bagian depan dan membentuk sudut pada bagian belakang; antena terdiri dari lima bagian terlihat seluruhnya, dan sama di masing-masing bagian. Memiliki empat rambut-rambut panjang dan masing- masing pendek di salah satu kepalanya. Pada bagian tangan memiliki dua kuku yang terbagi. Pada bagian dorsal abdomennya terlihat rambut-rambut. Siklus hidup dari jenis kutu tidak diketahui secara pasti namun penularannya dapat dipastikan dengan melalui kontak langsung antar inang. Berdasarkan hasil pengamatan, jenis kutu Columbicola columbae Gambar 5b banyak ditemukan pada coarse barbules percabangan dari barb yang memiliki struktur lebih keras pada sayap atau ekor walaupun terkadang ditemukan juga pada vane yang terdapat pada bagian tubuh dan kepala Gambar 4. Ukuran C. columbae cenderung lebih panjang dibandingkan dengan Goniocotes sp. Menurut Prasetyo 2008, jenis kutu ini memiliki ukuran sekitar 2- 3 mm dan berwarna cokelat kehitaman. Memiliki ukuran kepala yang lebih panjang dibandingkan dengan lebarnya, terdapat dua sekumpulan rambut dekat permukaan kepalanya. Antena terdiri atas lima bagian yang seluruhnya terlihat jelas. Dalam siklus hidupnya, kutu betina menyimpan telurnya di bawah bagian bulu sayap yang selanjutnya pada tubuh inang. Betina dapat meletakkan hingga sembilan telur setiap harinya pada bulu inang. Telur mengikat dirinya pada bulu di antara ruang barb atau kait percabangan dari shafttulang bulu Gambar 4 dan pengeraman antara tiga sampai lima hari, selanjutnya berubah menjadi nimfa dan berkembang melalui tiga tahapan instar sebelum mereka mencapai kematangan seksual. Kedua jenis kutu ini memiliki tipe mulut mandibulata atau penggigit sehingga termasuk dalam Ordo Mallophaga atau kutu penggigit. Mallophaga mengalami metamorfosis tidak lengkap sederhana, hemimetabolous dimulai dari telur menetas menjadi nimfa dan melalui tiga stadium nimfa, kemudian akan mengalami metamorfosis sampai dewasa. Kedua jenis kutu ini bersifat obligat. Obligat berarti seluruh stadiumnya, mulai dari pradewasa sampai dengan dewasa hidup bergantung kepada inangnya Hadi 2010. Kutu penggigit memakan rambut, bulu, sisik kulit, dan struktur luar lainnya yang dapat menyebabkan rangsangan yang hebat dan dapat berakibat penurunan kondisi umum hewan yang diserang. Secara umum pada burung, peranan kutu Ischnocera memakan bulu burung Hadi Soviana 2000. Berdasarkan pengamatan, kedua jenis kutu ditemukan dalam jumlah sedikit infestasi ringan pada kedua jenis burung. Infestasi ringan kutu tidak menimbulkan dampak yang berarti pada inangnya, namun rentan pada burung muda. Menurut Hadi 2010, ektoparasit yang tinggal di permukaan kulit dan di antara bulu dapat menimbulkan iritasi, kegatalan, peradangan, kudisan, miasis, atau berbagai bentuk reaksi alergi dan sejenisnya. Burung yang terinfeksi umumnya tidak menunjukkan gejala klinis. Menurut Flynn 1973, pada umumnya Goniocotes sp. menyebabkan sedikit iritasi tetapi pada infestasi yang tinggi dapat menimbulkan kegatalan sehingga unggas kurang istirahat, kerusakan bulu, dan terkadang menyebabkan kerugian yang besar pada inang. Iritasi disebabkanoleh aktifitas secara langsung atau karena burung mematuk-matuk tubuhnya sendiri untuk menghilangkan rasa gatal dan dapat menimbulkan luka serta kegundulan. Iritasi ini dapat menimbulkan gangguan nafsu makan, penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat Novina 1992. Pada burung tekukur dan puter yang memiliki nilai komersil, apabila infestasi ektoparasit pada burung tinggi maka akan menurunkan nilai ekonomis dari jenis burung tersebut sebagai burung berkicau. Misalnya burung akan gelisah, bulu burung yang rusak akan menurunkan penampilan burung, baik dari bulu, suara, maupun kualitas reproduksinya. Dampak yang paling parah dari keadaan ini yaitu kurangnya nafsu makan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga burung mudah terkena penyakit yang pada akhirnya akan menimbulkan kematian. Penularan kutu antar inang dapat terjadi melalui kontak langsung. Hal ini juga terlihat pada burung-burung karnivor dalam penangkaran yang menggunakan besi yang berlubang sehingga udara antar kandang dapat keluar dan masuk secara bebas Wijaya 2008. Ektoparasit lain yang ditemukan adalah tungau dari Famili Pterolichidae Gambar 5c yang merupakan Ordo Acari. Tungau ditemukan di setiap bulu yang memiliki struktur lebih keras dan menempel pada bagian shaftrachis tulang bulu pada burung yaitu di ekor dan sayap. Tungau memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil yaitu kurang dari 1 mm Wijaya 2008. Menurut Hadi dan Soviana 2000, tungau memiliki mata tunggal dan mulut yang umumnya tidak memiliki hipostom, kecuali pada mesostigma. Tungau dewasa memiliki empat pasang kaki sedangkan larvanya hanya memiliki tiga pasang kaki. Siklus hidup tungau dimulai dari telur yang selanjutnya akan berubah menjadi larva. Larva akan berubah menjadi nimfa dengan tiga tahapan yaitu protonimfa, deutonimfa, dan tritonimfa yang selanjutnya akan berkembang menjadi dewasa. Proses ini terjadi selama delapan hari sampai empat minggu. Menurut Wijaya 2008, dampak keberadaan ordo Arcari pada manusia dan hewan antara lain kerusakan organ akibat perilaku makan dan tempat tinggal serta sebagai vektor penyakit. Tungau yang hidup di barbule bulu memakan dari remahan-remahan struktur tersebut. Sumber: Catur WDS 2010 Sumber: Catur WDS 2010 a b Perbesaran 250x Perbesaran 250x Sumber: Catur WDS 2010 Sumber: Catur WDS 2010 c d Perbesaran 250x Gambar 5 Ragam jenis ektoparasit pada tubuh burung: Goniocotes sp. a; Columbicola columbae b; Pterolichidae c; Pseudolynchia canariensis d. Tungau yang didapatkan merupakan infestasi dengan tingkat infestasi yang sangat tinggi yaitu melebihi dari 20 individu pada masing-masing burung yang diteliti. Tungau secara praktis terdapat di semua habitat hewan dan menyaingi serangga-serangga mengenai variasi mereka dalam kebiasaan dan sejarah hidup Borror et al. 1992. Keberadaan tungau pada tubuh inang hanya sebagai kontaminan untuk mendapatkan perlindungan dan tidak menimbulkan efek bagi inang. Kutu dan tungau memiliki kesenangan tersendiri pada struktur bulu burung, baik pada bagian vane, coarse barbule maupun di sela-sela antara barbule yang dekat dengan shaft. Menurut Bush dan Malenke 2008 kutu sayap akan berpindah ke bagian perut untuk mencari makan dari vane yang tidak bisa ditemukan pada bagian coarse barbule. Hal ini menggambarkan struktur bulu burung baik pada bulu primer maupun bulu sekunder burung Gambar 5. Sumber: Diadaptasi dari Young 1981 Keterangan: a Bulu primer, b Bulu sekunder Gambar 5 Penyebaran ektoparasit pada bagian bulu burung. Selain kutu dan tungau, ektoparasit yang ditemukan yaitu Pseudolynchia canariensis dari ordo diptera Gambar 5d. Menurut Soulsby 1982, P. canariensis memiliki ukuran tubuh 6 mm dan sayap yang transparan dengan venasi yang hanya terpusat di sepanjang anterior. Kukunya kuat dan bertaji. P. canariensis bergerak di antara bulu-bulu inangnya, mengisap darah, dan menyebabkan luka yang menyakitkan. P. canariensis mengalami metamorfosis sempurna dan termasuk kelompok pupipara yaitu betina mengeluarkan anakan dalam bentuk larva tahap akhir yang siap menjadi pupa. Lalat betina selama masa hidupnya 43 hari atau lebih dapat menghasilkan 4-5 anakan. Larva dari tubuh inang akan turun ke kandang inang, setelah itu mereka keluar menjadi kepompong dan dewasa. Pupa berwarna kuning dengan lubang posterior yang menghitam dan ukuran sekitar 3-2,5 mm, kemudian berubah menjadi kepompong yang hitam dalam beberapa jam. Tahap pupa mencapai 23-31 hari. Jenis parasit ini menyebar luas di wilayah tropis dan hidup di burung-burung merpati domestik dan beberapa juga pada burung-burung buasliar. Pseudolynchia canariensis merupakan ektoparasit penghisap darah yang mulutnya memiliki perangkap yang besar dan sangat menempel, sehingga akan mengeluarkan darah apabila diambil secara paksa. Menurut Arcoverde et al. 2007, P. canariensis terdapat pada 30 burung merpati dari wilayah Minas Gerais, Brazil. Burung merpati merupakan jenis yang memiliki famili yang sama dengan burung tekukur dan puter yaitu Famili Columbidae. Kutu ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh kecuali di kaki Tabel 1. Dalam hal ini, kutu akan mencari tempat yang aman untuk dirinya pada tubuh inang seperti pada kepala, antara bulu-bulu badan dan ekor. Pada kaki tidak ditemukan ektoparasit karenak kaki hanya sedikit memiliki bulu burung yaitu hanya pada pangkal atas paha burung sehingga kutu tidak mendapat perlindungan pada regio ini. Tungau yang ditemukan pada burung tekukur dan puter selain pada ekor juga ditemukan pada sayap. Hal ini berbeda dengan penelitian Wijaya 2008 yang hanya menemukan tungau pada ekor. Meskipun sayap merupakan bagian yang banyak bergerak namun burung dalam penangkaran cenderung tidak banyak melakukan gerakan untuk terbang, sehingga hal ini sangat menguntungkan bagi tungau walaupun tinggal pada sayap inang. Lalat P. canariensis ditemukan pada bagian ekor dan ditemukan hanya pada satu individu burung dari 12 individu burung yang diteliti. Pada ekor, semua ektoparasit ditemukan dengan tingkat infestasi ringan sampai infestasi sangat tinggi Tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa ekor merupakan salah satu bagian yang sulit digapai burung pada saat grooming selain kepala dan tidak mempunyai banyak gerakan. Menurut Wijaya 2008, tungau hanya memilih bagian yang sulit digapai oleh burung pada saat grooming pembersihan diri dan bagian-bagian yang tidak mempunyai banyak gerakan seperti ekor mengingat ukuran tubuhnya yang sangat kecil dan ringan. Tabel 1 Kepadatan dan sebaran ektoparasit pada burung tekukur BagianRegio Tubuh Banyaknya Individu Goniocotes sp. Columbicola columbae P. canariensis Tungau Kepala - + - - Tubuh bagian atas + + - - Tubuh bagian bawah + + - - Sayap kanan + + - ++++ Sayap kiri - - - ++++ Kaki - - - - Ekor ++ + ++ ++++ Keterangan : - = Tidak ada ++ = 6-10 ++++ = 20 + = 1-5 +++ = 10-20 Ektoparasit burung puter tersebar dari bagian kepala hingga bagian ekor Tabel 2. Sama halnya dengan burung puter, ektoparasit tidak ditemukan pada bagian kaki. Ektoparasit pada ekor ditemukan dengan tingkat infestasi ringan sampai infestasi sangat tinggi. Tidak ditemukannya P. canariensis pada burung puter dikarenakan jenis ini merupakan ektoparasit yang hidupnya tidak selalu tergantung pada tubuh inangnya atau bukan host specifity. Tabel 2 Kepadatan dan sebaran ektoparasit pada burung puter BagianRegio Tubuh Banyaknya Individu Goniocotes sp. Columbicola columbae Tungau Kepala - ++ + Tubuh bagian atas + - - Tubuh bagian bawah + - - Sayap kanan - - ++++ Sayap kiri - + ++++ Kaki - - - Ekor ++ + ++++ Keterangan : - = Tidak ada ++ = 6-10 ++++ = 20 + = 1-5 +++ = 10-20

4.3.2 Ragam Jenis Serangga Parasit di Sekitar Kandang Burung