Pengamatan kondisi umum lokasi Pengolahan sampel spesimen

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Penangkaran Satwaliar Fakultas Kehutanan Jalan Lengkeng dan Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai pada Bulan April sampai dengan Bulan Juni 2010.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian antara lain sarung tangan, pinset, pipet, kaca pembesar, botol spesimen, label, kaca preparat, cover glasses, mikroskop, pisau kerokan kulit, kantong plastik, kapas, perangkap cahaya light trap, baterai ukuran besar, senter, tangguk serangga sweep net, kuteks, kertas pinning, jarum pentul, steroform, box, korek api, tabung reaksi, cawan petri, termometer dry wet dan buku identifikasi ektoparasit. Bahan yang digunakan adalah burung tekukur Streptopelia chinensis, burung puter Streptopelia bitorquata, bunsen, alkohol 70, 80, dan 90, KOH 10, xylol, larutan minyak cengkeh, Canada balsam, larutan hoyers dan larutan laktofenol.

3.3 Metode Pengambilan dan Analisis Data

3.3.1 Pengamatan kondisi umum lokasi

Pengamatan kondisi umum lokasi letak dan luas, kondisi lingkungan, dan manajemen penangkaran dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pekerja di penangkaran. Suhu dan kelembaban pada Bulan April dan Mei didapatkan selain melalui pengamatan juga didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I, Darmaga-Bogor. 3.3.2 Koleksi spesimen ektoparasit 3.3.2.1 Pengambilan spesimen ektoparasit secara manual Metode yang digunakan adalah koleksi ektoparasit pada tubuh burung secara manual dengan mengadaptasi dari teknik pengambilan spesimen ektoparasit pada tubuh badak Saraswati 2005 dan di sekitar kandang. Kegiatan ini dilakukan baik siang hari bagian tubuh dan malam hari di sekitar kandang. Burung yang digunakan dalam penelitian sebanyak12 ekor yang terdiri atas enam burung tekukur dan enam burung puter dengan pengambilan burung pada kandang yang dapat mewakili keseluruhan penangkaran. Secara manual, spesimen ektoparasit pada tekukur dan puter diambil dari beberapa bagian tubuh tempat pengambilan spesimen yang dibagi meliputi beberapa regio antara lain kepala, tubuh bagian atas, tubuh bagian bawah, sayap, kaki dan ekor. Selanjutnya, serangga yang telah tertangkap dibunuh dengan dimasukkan ke dalam tabung spesimen yang telah diisi dengan alkohol 70 dan diberi label sesuai dengan regio tubuhnya untuk diawetkan, sedangkan spesimen tungau yang diperoleh dari hasil kerokan kulit dapat disimpan dalam kantung plastik. Sumber: Diadaptasi dari Marshall 1981 Gambar 2 Regio tubuh burung tempat pengambilan spesimen.

3.3.2.2 Tangguk serangga sweep net

Sweep net digunakan untuk menangkap serangga yang kecil dan lembut yang terdapat di sekitar kandang. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian jaring untuk menangkap serangga yang terbuat dari kelambu atau kasa plastik dan bagian tongkat pemegang yang terbuat dari kayu atau aluminium yang kuat dan mempunyai panjang sekitar 30-90 cm. Penggunaan sweep net terdiri dari dua cara, yaitu mengayunkan tangguk ke arah serangga yang dicari dan mengayunkan atau menyapukan tangguk ke depan dan belakang Hadi Soviana 2000.

3.3.2.3 Perangkap cahaya light trap

Metode untuk mengambil spesimen di sekitar kandang pada malam hari menggunakan light trap. Perangkap ini dilengkapi dengan kipas penyedot ke arah bawah sehingga apabila serangga mendekati cahaya yang terdapat pada alat itu maka akan tersedot dan tertahan di dalam alat penampung yang ada di bawahnya. Alat ini dipasang dengan cara menggantungkannya pada beberapa tempat di sekitar kandang dengan jarak sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah. Lama pemasangan tergantung kebutuhan, dapat sepanjang malam pukul 18.00-06.00 atau dengan interval pengamatan setiap dua jam selama semalam, setiap malam selama satu minggu, dua minggu, atau sebulan dan seterusnya. Penelitian dilakukan dengan pemasangan light trap pada pukul 18.00-06.00 dengan pengulangan tiga kali yang dipasang pada tempat yang berbeda sisi kiri kandang, pertengahan kandang, dan sisi kanan kandang.

3.3.3 Pengolahan sampel spesimen

Spesimen ektoparasit yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengawetan dengan dua cara yaitu pengawetan basah dan kering. Pengawetan basah dilakukan dengan cara langsung menyimpan spesimen ektoparasit yang didapat ke dalam tabung yang berisi alkohol 70, sedangkan pengawetan kering dilakukan dengan menyimpan spesimen ektoparasit dalam keadaan kering di dalam kaca preparat. Tata cara pembuatan kaca preparat untuk spesimen kutu dan tungau hampir sama, perbedaannya hanya terletak pada lapisan penipis kitinnya. Kutu dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70, kemudian spesimen dimasukkan ke dalam KOH 10 agar lapisan kitinnya menipis dan menguatkan kontras apabila dilakukan fotografi. Proses tersebut dipercepat dengan pemanasan, tetapi tidak sampai mendidih. Pemanasan dalam penelitian dilakukan selama tiga sampai empat jam tergantung tebal tipisnya lapisan kitin spesimen. Setelah itu, spesimen dibilas dengan air sampai bersih. Apabila ada bagian yang menggembung, dapat ditusuk dengan jarum supaya isinya keluar. Spesimen didehidrasi bertingkat mulai dari alkohol 70, 80, 90 selama 10 menit pada masing-masing tingkatan. Tujuan penggunaan alkohol dimulai dari 70 adalah supaya tidak terjadi kejutan dalam proses dehidrasi. Tujuan dehidrasi ini adalah untuk menghilangkan sisa-sisa cairan yang masih terdapat pada tubuh spesimen. Penjernihan atau clearing dilakukan dengan merendam spesimen dalam larutan minyak cengkeh selama 15-30 menit. Selain itu, perendaman spesimen pada minyak cengkeh juga bertujuan untuk melenturkan badan spesimen supaya dapat dengan mudah diatur di atas kaca preparat. Lalu spesimen dicuci dengan xylol sampai bersih untuk membersihkan organ dalam spesimen dan pembersihan dari minyak cengkeh. Dalam penggunaan xylol harus menggunakan masker karena bahan ini mengandung zat toksik. Kaca preparat diberi Canada balsam untuk merekatkan kaca preparat dengan cover glass dan spesimen ditaruh di dalamnya, ditutup dengan cover glass kemudian dioven sampai kering. Untuk tungau, spesimen dibunuh dengan alkohol 70. Spesimen direndam dalam larutan laktofenol agar lapisan kitinnya menipis dan jaringan internal menjadi lembek. Langkah selanjutnya sama dengan cara pengawetan kutu.

3.3.4 Identifikasi spesimen