mendorong terjadinya proses denitrifikasi yang menghasilkan N
2
O lebih tinggi. Wrage et. al. 2001 menyatakan bahwa
NH
4
dapat teroksidasi dalam keadaan aerob melalui proses nitrifikasi menjadiNO
3
, pada proses perubahan iniN
2
O dapat terbentuk dalam jumlah yang kecilNH
4 +
dapat teroksidasi menjadi NO
3 -
melalui proses nitrifikasi dengan menghasilkan N
2
O dalam jumlah yang kecil. sedangkanSedangkan
NO
3 -
dapat tereduksi melalui proses denitrifikasi dalam keadaan sedikit aerob menjadi N
2
O, pada proses ini N
2
O banyak terbentuk.
4.2. Total Fluks Gas Dinitrogen Oksida N
2
O pada Lahan Jagung, Kacang Tanah dan Singkong
Total fluks N
2
O dari lahan jagung, kacang tanah dan singkong didapat dengan cara menghitung luas areal dibawah kurva fluks selama priode penelitian.
Total fluks N
2
O pada lahan jagung sebesar 16,9 kg N-N
2
Ohatahun, lahan kacang tanah sebesar 0,6 kg N-N
2
Ohatahun dan lahan singkong sebesar 1,52 kg N- N
2
Ohatahun Tabel 3, sedangkan untuk data mengenai fluks N
2
O dan variable lingkungan ketika pengambilan sampel dapat dilihat pada lampiran 8, 9 dan 10.
Tabel 3.Total fluksN
2
O, konsentrasiNO
3 -
, konsentrasiNH
4 +
danWFPS pada lahan jagung, kacang tanah dan singkong
Komoditas Total fluks
N
2
O kg Nhathn
STDEV Konsentrasi NO
3 -
mg NO
3 -
kg Konsentrasi NH
4 +
mg NH
4 +
kg WFPS
Jagung 16,09
4,70 31,69
15,79 46,39
Kacang Tanah 0,76
0,67 15,91
8,13 36,92
Singkong 1,52 0,50 0,58 5,82
43,37
Dari tabel diatas terlihat konsentrasi unsur N dalam bentuk NO
3 -
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi unsure N dalam bentuk NH
4 +
. Hal ini menandakan bahwa proses nitrifikasi berjalan dengan baik dan menghasilkan
NO
3 -
. Tersedianya NO
3 -
dalam jumlah besar menimbulkan potensi terbentuknya N
2
O lebih tinggi, karena melalui proses denitrifikasi dengan keadaan WFPS mendekati 60 menimbulkan lingkungan yang sangat sesuai untuk terbentuknya
N
2
O dari lahan pertanian. Wrage et. al. 2001 menyatakan bahwa, senyawa NH
4 +
dapat teroksidasi dalam keadaan aerob melalui proses nitrifikasi menjadi NO
3 -
. Pada proses
perubahan ini N
2
O dapat terbentuk dalam jumlah yang kecil, sedangkan NO
3 -
dapat tereduksi melalui proses denitrifikasi dalam keadaan sedikit aerob menjadi N
2
O, pada proses ini N
2
O banyak terbentuk. Berdasarkan total fluks yang terukur, fluks pada lahan jagung jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan lahan kacang tanah maupun lahan singkong. Perbedaan fluks yang mencolok pada lahan jagung dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor.Salah satu faktor penyebab tingginya fluks N
2
O pada lahan jagung adalah konsentrasi unsur N di tanah.
Terukur pP ada lahan jagung rata-rata
konsentrasi unsur N dalam bentuk NH
4 +
maupun NO
3 -
lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan lahan kacang tanah maupun lahan singkong Tabel 3.
Konsentrasi unsur N dalam bentuk NH
4 +
maupun dalam bentuk NO
3 -
di lahan pertanian dapat ditingkatkan dengan aplikasi pupuk N. Aplikasi pupuk N
pada lahan jagung sepertinya berlebih. Berlebihnya unsur N pada lahan jagung ,
selain dapat dilihat dari tingginya unsur e
N dalam bentuk NH
4 +
maupun NO
3 -
di lahan jagung, kelebihan
dapat dilihat pula dari banyaknya
tanaman jagung yang mengalami
roboh di lahan yang diteliti. Robohnya tanaman diakibatkan oleh sekulensi yang disebabkan karena tanaman mengalami kelebihan unsur N.
Hal berbeda terlihat pada lahan kacang tanah dan singkong. Konsentrasi unsur N dalam senyawa NH
4 +
maupun senyawa NO
3 -
di lahan kacang tanah lebih tinggi dibandingkan lahan singkong Tabel 3, namun total fluks N
2
O pada lahan singkong lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kacang tanah Tabel 3. Hal ini
dapat terjadi karena faktor pembentukan N
2
O tidak hanya berdasarkan konsentrasi unsur N saja, namun pembentukan N
2
O dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi peningkatan
pembentukan N
2
O dari lahan pertanian adalah water filled pore space WFPS. Pada tabel 3 terlihat rata-rata WFPS pada lahan singkong hampir 7 tujuh poin
lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kacang tanah. Water filled pore space
sangat berkaitan dengan kelembaban tanah. menurut Menurut
Pathak 1999 ,
kelembaban tanah mempengaruhi pembentukan N
2
O karena menyebabkan kondisi yang sesuai untuk mikroorganisme beraktivitas dan berkembang, membatasi O
2
berada pada pori-pori mikro, dan
memungkinkan terjadi pelepasan substrat C dan N dalam siklus pembasahan dan pengeringan.
Pembentukan N
2
O dipengaruhi oleh iklim mikro tanah, N
2
O banyak terbentuk pada pori-pori tanah yang terisi air, sedangkan pada pori yang tidak terisi air gas
N
2
O sangat kecil terbentuk. Lind dan Doran 1984 menyatakan pula bahwa fluks N
2
O maksimum ketika WFPS mencapai 60, karena bila WFPS melebihi 60 yang terbentuk bukan gas dinitrogen oksida N
2
O melainkan gas nitrogen N
2
. Berdasarkan hal-hal tersebut maka WFPS dapat menggambarkan berapa banyak
tempat yang dapat memproduksi N
2
O di tanah dalam keadaan sedikit anaerob melalui proses denitrifikasi.
Berdasarkan data tersebut dapat terlihat N
2
O banyak terbentuk ketika petani melakukan aplikasi pupuk-N yang berlebihan. Dampak dari aplikasi pupuk
yang berlebihan selain membentuk N
2
O, juga dapat merusak tanaman dan akhirnya akan merugikan petani.
V. KESIMPULAN