IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Fluks dan Total Fluks Gas Metana CH
4
pada Lahan Jagung, Kacang Tanah, dan Singkong
Pada Gambar 4, 5 dan 6 menunjukkan fluks CH
4
pada lahan jagung, kacang tanah dan singkong. Terdapat dua buah fluks CH
4
pada lahan jagung dan lahan singkong, sedangkan pada lahan kacang tanah 0hanya terdapat satu buah
fluks CH
4
. Fluks pada lahan kacang tanah hanya satu buahPada lahan kacang
tanah hanya terdapat satu buah fluks karena ketiga sungkup diletakan pada baris
tanaman, sehingga hasil fluks dari ketiga sungkup tersebut
dapat dirata-ratakan. Sedangkan, Dua dua
buah fluks pada lahan jagung dan singkong terdiri dari baris antar tanaman dan rata-rata dua buah contoh fluks CH
4
pada baris tanaman. Fluks pada lahan kacang tanah merupakan rata-rata fluks dari tiga buah sungkup
di baris tanaman. Fluks pada ketiga lahan sangat kecil, hampir semua fluks berada
di bawah 1 mg C-CH
4
m
2
hari, dengan selang fluks CH
4
di lahan jagung -0,73 sampai 1,23 mg C-CH
4
m
2
hari, lahan kacang tanah -0,27 sampai 0,89 mg C- CH
4
m
2
hari, dan lahan singkong -1,19 sampai 2,95 mg C-CH
4
m
2
hari. Berikut gambar yang menunjukan fluks pada ketiga penggunaan lahan.
Gambar 4. Fluks CH
4
pada lahan jagung -1,5
-1 -0,5
0,5 1
1,5
1 8
15 22
29 36
43 50
57
fluks g as
CH
4
m g C-
C H
4
m
2
hari
baris antar tanaman baris tanaman
Hari
Gambar 5. Fluks CH
4
pada lahan kacang tanah
Gambar 6. Fluks CH
4
pada lahan singkong. Gas metana merupakan gas yang terbentuk pada tanah-tanah anaerob
dengan redoks potensial -220 volt. Suprihati 2007 menguangkapkan, gas CH
4
dihasilkan secara biologis oleh aktivitas mikrob yaitu aktivitas bakteri metanogen
Hari
-2 -1
1 2
3 4
1 8
15 22
29 36
43 50
fluks g a
s CH
4
m g C-
C H
4
m
2
hari
Hari
rata-rata kacang tanah rata-rata fluks pada lahan kacang tanah
-2 -1
1 2
3 4
1 32
63 94
124 155
185 216
Fluks gas CH
4
m g Cm
2 d
baris antar tanaman baris tanaman
melalui penguraian atau pembusukan bahan-bahan organik yang terjadi pada lahan sawah dan fermentasi anterik pada ruminan. Zaenal 1997 mengungkapkan,
pada budidaya lahan kering CH
4
dapat terbentuk pada site-site anaerob. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat diketahui, pembentukan gas CH
4
sangat berkaitan dengan aktifitas bakteri metanogen yang membutuhkan bahan organik
dan lingkungan yang anaerob. Sehingga pembentukan gas CH
4
pada lahan kering tanaman jagung, kacang tanah dan singkong yang diteliti ini diakibatkan oleh site-
site anaerob dengan bahan organik yang sedang terdekomposisi. Hal tersebut
menimbulkan suasana yang sesuai untuk aktifitas bakteri metanogen. Dari Gambar 4,5 dan 6 kita dapat melihat fluks gas CH
4
bernilai negatif. Nilai fluks CH
4
yang negatif pada lahan kering yang diteliti ini dapat diakibatkan oleh aktifitas bakteri metanogen maupun aktifitas bakteri metanotrof. Aktifitas
bakteri metanogen pada lahan-lahan kering sangat terbatas, bakteri ini hanya dapat beraktifitas pada site-site anaerob yang sangat sempit dengan bahan organik yang
cukup. Pada site-site anaerob yang sempit ini ada kemungkinan CH
4
terbentuk pada masa awal pengambilan sampel gas waktu 0 menit, kemudian pada masa-
masa pengambilan berikutnya waktu 20 menit dan 40 menit gas tersebut tidak diproduksi lagi oleh metanogen, dikarenakan site-site yang sesuai untuk
pembentukan gas ini sudah tidak tersedia lagi. Sehingga ketika pada masa awal 0 menit terukur terdapat konsentrasi gas CH
4
namun pada masa pengambilan yang kedua 20 menit dan pengambilan yang ketiga 40 menit konsentrasi tidak
kontinu bertambah bahkan cenderung turun, menyebabkan nilai fluks CH
4
tersebut bernilai negatif. Selain bakteri metanogen bakteri pembentuk gas metana terdapat pula
bakteri pengoksidasi CH
4
atau bakteri metanotrof. Bakteri metanotrof adalah mikroorganisme aerobik yang dapat tumbuh dan berkembang dengan CH
4
sebagai satu-satunya sumber energi. Oleh karena itu, oksidasi CH
4
dapat terjadi pada lingkungan mikro yang bersifat aerobik pada zona perakaran dan pada bagian
yang bersifat oksik pada lapisan permukaan tanah. Proses oksidasi CH
4
tersebut diinisiasi oleh enzim metan mono-oksigenase yang berperan dalam konversi CH
4
menjadi metanol Oremland dan Capone, 1988. Pembentukan gas CH
4
pada lahan-lahan kering sangatlah terbatas namun kondisi yang aerobik menunjang
aktifitas bakteri metanotrof, sehingga gas CH
4
yang terbentuk pada site-site terbatas tersebut dapat dimanfaatkan oleh metanotrof. Hal tersebut menyebabkan
konsentrasi gas CH
4
terus berkurang dan mengakibatkan nilai fluks negatif. Nilai fluks negatif pada budidaya lahan kering didapatkan pula oleh para peneliti
sebelumnya. Tercatat nilai fluks pada budidaya kedelai -0,05 mg C-CH
4
m
2
jam Ernawanto et. al, 2003, Fluks CH
4
dari empat macam tipe penggunaan tanah hutan tua, hutan habis tebang, dibakar setelah tebang dan perkebunan karet di
Jambi, Sumatera berkisar antara -21,2 hingga 4,2 10
-3
mg C-CH
4
m
2
jam Ishizuka et. al., 2002.
Dari fluks gas CH
4
per hari dapat diketahui total fluks CH
4
per tahun. Total fluks diperoleh dengan cara menghitung areal fluks di bawah kurva selama
priode penelitian. Terhitung tT
otal fluks CH
4
tertinggi terdapat
di lahan kacang tanah
, yaitu sebesar 1,57 kg C-CH
4
hatahun, sedangkan total
fluks terendah terdapat
pada lahan singkong sebesar -0,3 kg C-CH
4
hatahun Tabel 1, sedangkan data mengenai fluks CH
4
dan variable lingkungan pada setiap pengambilan sampel dapat di lihat pada lampiran 5, 6 dan 7.
Tabel 2. Total fluks CH
4
, konsentrasi NO
3 -
, konsentrasi NH
4 +
dan WFPS pada lahan jagung, kacang tanah dan singkong
Komoditas Total fluks
CH
4
mgChahari STDEV
Konsentrasi NO
3 -
mg NO
3 -
kg Konsentrasi NH
4 +
mg NH
4 +
kg WFPS
Jagung -0,30
0,64 31,69
15,79 46,39
Kacang Tanah 1,57
1,24 15,91
8,13 36,92
Singkong 1,05 0,50
14,37 5,82 43,37
Keragaman data fluks CH
4
dari ketiga lahan tanaman tersebut sangat besar. Keragaman yang besar
ini menandakan
kemungkinan tidak ada perbedaan
fluks yang signifikan dari ketiga penggunaan lahan tersebut. Bila dibandingkan
total fluks CH
4
dari lahan jagung, kacang tanah dan singkong dibandingkan
dengan total fluks pada lahan padi sawah ,
nilai fluks yang terukur sangat kecil .
,diketahui bB erdasarkan penelitian Setyanto 2004 fluks CH
4
pada lahan sawah minimum 107,1 kghamusim dan maksimum mencapai 798 kghamusim, serta
dibandingkan pula dengan hasil penelitian fluks CH
4
Ernawanto et. al. 2003
pada sistem penanaman walik jerami – kedelai - padi gogo rancah diperkirakan sebesar 199,2 kghatahun dengan rataan 2,3 mgm
2
jam. Berbagai data hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa lahan kering
yang ditanami oleh jagung, kacang tanah dan singkong yang diteliti memiliki total fluks CH
4
sangat kecil, bahkan mungkin dapat diabaikan bila dibandingkan dengan total fluks CH
4
yang terbentuk dari lahan-lahan yang tergenang anaerob.
4.1. Fluks Gas Dinitrogen Oksida N