BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan bermanfaat bagi manusia dan kehidupannya dari segi ekologi, ekonomi, serta sosial–budaya. Semua manfaat tersebut harus berjalan beriringan
dan seimbang agar hutan dapat berfungsi secara maksimal serta dapat menjalankan peranannya sebagai penyangga kehidupan dengan maksimal juga.
Namun pada kenyataannya sulit untuk menciptakan keseimbangan dari manfaat hutan tersebut. Beberapa tahun terakhir, manfaat ekonomi lebih menjadi sorotan
dibanding manfaat-manfaat yang lain. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam termasuk hutan dilakukan secara besar-besaran akibatnya kerusakan lingkungan
menjadi sulit untuk dicegah, termasuk kerusakan hutan. Kerusakan hutan dapat memberikan imbas pada penurunan fungsi hutan
sebagai penyangga kehidupan. Tercatat laju kerusakan hutan mencapai 1,7 juta hektar setiap tahunnya. Departemen Kehutanan 2009 mengatakan bahwa lahan
kritis yang berada di dalam kawasan hutan pada tahun 2000 seluas 8 juta hektar dan di luar kawasan hutan seluas 15 juta hektar. Kondisi tersebut dapat menjadi
ancaman bagi hutan dimasa depan dan sektor Kehutanan. Perbaikan terhadap kondisi hutan yang telah rusak atau rehabilitasi bukan
lagi wacana baru dalam sektor kehutanan. Undang-undang no 41 tahun 1999 pasal 21 mengategorikan rehabilitasi pada kegiatan pengelolaan hutan. Pasal 40
menjelaskan lebih lanjut bahwa rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Untuk itu, rehabilitasi hutan harus dilakukan
agar menciptakan kondisi hutan yang lebih baik. Pemerintah telah berupaya menyelenggarakan program–program rehabilitasi
hutan, salah satunya dengan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL Gerhan. GNRHL Gerhan merupakan gerakan moral secara nasional
yang terencana, terpadu, dan melibatkan seluruh komponen bangsa untuk melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan di DAS-DAS prioritas. Kegiatan ini
bertujuan untuk memulihkan kondisi sumberdaya hutan dan lahan DAS yang rusak, sehingga berfungsi optimal dan lestari Ditjen RLPS 2004. Pelaksanaan
GNRHL Gerhan dimulai dari perencanaan, penyiapan dokumen, hingga tahap pelaksanaan. Program GNRHL Gerhan telah melibatkan banyak pihak, mulai dari
pemerintahan pusat dan daerah, badan usaha, hingga masyarakat. Meskipun demikian, hingga saat ini hasil signifikan program GNRHL Gerhan belum
terlihat dalam memperbaiki kerusakan hutan. Pada tahun 1932, di Amerika Serikat pernah dilaksanakan program
rehabilitasi lahan yang juga melibatkan banyak pihak, yaitu program Civilian Conservation Corp CCC. Dasar dari pelaksanaan program tersebut adalah untuk
menyelamatkan Amerika Serikat dari keterpurukan ekonomi. Di bawah kepemimpinan Rooselvt, Amerika Serikat melaksanakan program CCC dengan
melibatkan para pengangguran usia 17–25 tahun, veteran, dan militer. Program tersebut berhasil dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, yaitu mengatasi krisis
ekonomi dan memperbaiki kondisi lahan. Keberhasilan tersebut dikarnakan adanya aturan main rule of the game yang jelas pada administrasi program
tersebut Seymour, 1998. Keberhasilan program tersebut menjadi parameter terhadap program GNRHL Gerhan, bahwa pernah ada program rehabilitasi yang
berhasil dilaksanakan dengan melibatkan banyak pihak. Program GNRHL Gerhan perlu dianalisis karena tujuan dari program
tersebut untuk merehabilitasi hutan dan lahan belum terpenuhi. Analisis yang akan dilakukan yaitu analisis administrasi pada program GNRHL Gerhan. Analisis
tersebut penting untuk dilakukan karena administrasi berpengaruh besar terhadap pelaksanaan suatu program.
1.2 Rumusan Masalah