Pembagian kerja Spesialisasi Adanya prinsip hierarki wewenang

terlibat tersebut merasa perlu untuk melakukan program GNRHL Gerhan dengan sebaik–baiknya.

4.4 Analisis Administrasi Program GNRHL Gerhan dari Sisi Birokrasi

Karakteristik birokrasi Weberian diciptakan untuk mewujudkan nilai – nilai tertentu, seperti efisiensi, output yang standar, dan kepastian. Pembagian kerja dan sistem karier diperlukan agar birokrasi tersebut dapat berjalan secara efisien. Proses administrasi yang kompleks dapat dirubah menjadi lebih sederhana melalui pembagian kerja yang jelas. Adanya pembagian kerja yang jelas dapat menggolongkan pekerjaan menjadi lebih spesifik, dengan begitu akan lebih mudah untuk memainkan karakteristik sistem karier. Setelah masing–masing pekerjaan dibebankan pada pihak yang memliki kemampuan untuk mengerjakan tersebut, maka diperlukan hierarki wewenang yang berfungsi untuk menjalankan koordinasi agar pembagian kerja yang lebih spesifik tersebut tetap mengacu pada satu tujuan. Sistem aturan dalam birokrasi berperan sebagai acuan dalam mengelola suatu birokrasi agar hubungan kerja yang terjalin merupakan hubungan impersonal dan hierarki wewenang yang digunakan tidak menyalahi aturan Dwiyanto, 2011. Weber dalam Yanti 2010 mengemukakan karakteristik birokrasi sebagai berikut : 1. Pembagian kerja Spesialisasi division of labor

2. Adanya prinsip hierarki wewenang the principle of hierarchy

3. Adanya sistem aturan system of rules

4. Hubungan Impersonal

5. Sistem karier

Karakteristik birokrasi tersebut yang dijadikan acuan untuk menganalisis administrasi program GNRHL Gerhan dari segi birokrasi. Penjabaran analisis birokrasi GNRHL Gerhan sebagai berikut :

1. Pembagian kerja Spesialisasi

Birokrasi program GNRHL Gerhan tidak memiliki pembagian kerja yang jelas. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.03Menhut-V2004 dan nomor P.33Menhut-V2005 tentang Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan GNRHL Gerhan tidak menjelaskan secara rinci tugas dan fungsi instansi lembaga yang terlibat. Peraturan tersebut hanya menjelaskan tugas dari tiap tim Tim Pengendali Tingkat Pusat, Tim Pengendali Tingkat Provinsi, Tim Pembina, dan masyarakat tetapi tidak menjelaskan tugas dari masing–masing instansi dan lembaga dalam tim tersebut. Sebagai contoh, Tim Pengendali Tingkat Provinsi yang beranggotakan instansi lembaga dinas Kehutanan, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara, Perkebunan Pertanian, Pendidikan, Lingkungan Hidup, Kimpraswil, Pertanahan, Perguruan Tinggi, Kodam, Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, LSM, dan instansi lembaga lain tidak memiliki pembagian kerja yang jelas untuk masing–masing instansi lembaga. Pembagian tugas yang tidak jelas memungkinkan terjadinya saling melempar tanggung jawab dalam satu tim. Hal tersebut yang menyebabkan pelaksanaan program GNRHL Gerhan tidak terkoordinasi dengan baik. Padahal menurut Weber, pembagian kerja yang jelas memungkinkan untuk mempekerjakan tenaga–tenaga spesialisasi dalam setiap jabatan dan membuat mereka bertanggung jawab untuk pelaksanaan efektif tugasnya tersebut Ahmad 2008.

2. Adanya prinsip hierarki wewenang

Hierarki wewenang dibuat dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi dalam sebuah organisasi. Kelembagaan GNRHL Gerhan memiliki hierarki wewenang yang sudah terlaksana dengan baik pada skala nasional. Namun pada skala tim hierarki wewenang tidak sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh pembagian peran dan fungsi yang tidak jelas dalam satu tim. Hierarki wewenang digunakan untuk mengontrol kinerja secara struktural, seperti pertanggung jawaban kerja dari bawahan kepada atasan Ahmad 2008. Pada program GNRHL Gerhan terutama pada skala tim, control kinerja sulit dilakukan karena tidak terdapat hierarki organisasi dan pembagian tugas yang jelas.

3. Adanya sistem aturan