commit to user 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dipadukan dengan analisis data di atas, maka dalam penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola relasi gender dalam keluarga buruh perempuan bersifat tidak seimbang atau asimetris. Secara sekilas memang terlihat bahwa peran-peran laki-laki
dan perempuan dalam keluarga buruh perempuan Sritex menjadi dapat saling di pertukarkan sampai akhirnya terlihat seperti pola relasi gender
yang setara. Namun jika dicermati lebih jauh lagi, pola-pola hubungan yang dibangun dalam keluarga buruh perempuan adalah tidak seimbang
asimetris. Hal ini terlihat dari adanya pengambilan keputusan dalam keluarga, setidaknya setelah istri ikut bekerja maka pengambilan keputusan
dalam keluarga untuk selanjutnya juga melibatkan suara dari sang istri atau bahkan istri yang menentukan segalanya karena ia merasa sudah berjasa di
dalam membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Namun keputusan- keputusan istri ini juga tidak secara serta merta diputuskan sendiri.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh istri kebanyakan atas dukungan dan penentuan dari suami.
Demikian juga dalam hal pengelolaan keuangan, memang perempuan semakin mempunyai andil yang besar dalam menentukan pengeluaran setiap
bulannya. Namun perempuan tidak mempunyai akses dan kontrol ekonomi untuk kebutuhannya sendiri. Keputusan pemanfaatan penghasilan keluarga
selalu diperuntukkan untuk kesejahteraan keluarga dan juga kebutuhan suami dan lainnya. Perempuan tidak mempunyai kontrol terhadap
pendapatan yang diperolehnya sendiri. Penentuan penggunaan penghasilan didasarkan pada keputusan dari suami dan kebutuhan keluarga. Selain itu
aktivitas keseharian yang dilakukan oleh buruh perempuan masih tetap memperlihatkan aktivitas kerumahtanggan yang tidak pernah berhenti,
meskipun sudah bekerja di pabrik dan mendapatkan penghasilan bagi 99
commit to user 100
keluarga, namun pekerjaan seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan pekerjaan rumah lainnya masih menjadi pekerjaan yang
dilakukan setiap hari oleh perempuan. 2. Dari adanya pola relasi diantara hubungan antara laki-laki dan perempuan di
dalam rumah tangga yang bersifat tidak seimbang atau asimetris, sehingga perempuan mengalami beban kerja ganda. Setelah perempuan ikut bekerja
di luar rumah untuk membantu suami, tidak bisa melepaskannya dari tugas sebagai seorang istri dan sebagai ibu rumah tangga. Secara tidak langsung
mereka merasa tidak terbebani oleh semua yang harus ia kerjakan, antara pekerjaan di rumah dan pekerjaan di dalam pabrik. Meskipun sedikit banyak
pekerjaan rumah tangga sudah terbantu oleh suami dan anggota keluarga yang lain, namun tetap saja setelah pulang dari bekerja mereka tetap
melakukan pekerjaan kerumahtanggan itu secara sadar dan atas dasar bahwa itu adalah tugas dan kewajiban mereka sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan
kerumahtanggan seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan merawat anak tetap dilakukan oleh perempuan jika masih ada kesempatan
bagi mereka untuk melakukannya yaitu setelah pulang kerja dan pada saat libur kerja.
3. Pemikiran bahwa perempuan adalah seorang ibu rumah tangga yang harus bisa melakukan pekerjaan kerumahtanggan dengan baik, bisa secara
langsung dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya yang ada di daerah mereka, yaitu dari konsep gender dan konsep patriarki yang selama ini
masih ada dalam masyarakat. Inilah yang mendasari perempuan terkena beban kerja ganda, meskipun mereka tidak merasa terkena beban kerja
ganda. Tapi inilah kenyataannya bahwa mereka dengan atau tanpa pemikiran tersebut mereka terkena beban kerja ganda, yang tanpa mereka
sadari hal ini merupakan bentuk ketidakadilan dalam rumah tangga terhadap mereka.
Mereka seharusnya hanya melakukan pekerjaan kerumahtanggan saja, karena itu yang diharapkan oleh masyarakat. Namun kemudian mereka
bekerja di luar rumah dan juga masih berperan di dalam rumah. Meskipun
commit to user 101
pekerjaan di dalam rumah sudah sebagian dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, namun tetap saja memasak, mencuci, dan bersih-bersih rumah
adalah tugas mereka dan selalu mereka kerjakan setiap harinya. Harusnya mereka bisa beristirahat setelah pulang kerja, namun kebiasaan dan budaya
mereka tetap tidak bisa untuk mengabaikan urusan kerumahtanggan yang akhinya diyakini sebagai kodrat wanita bagi mereka.
B. Implikasi