Keteguhan lentur statis static bending strength Keteguhan tekan sejajar serat compression strength Kekerasan Hardness

5

2.2.2 Kerapatan dan BJ kayu

Kerapatan kayu adalah perbandingan antara masa atau berat kayu dengan volumenya, yang dinyatakan dalam gcm 3 atau kgm 3 , sementara berat jenis BJ kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC. BJ kayu merefleksikan jumlah seluruh bahan penyusun dinding sel. Kerapatan dan BJ kayu bervariasi menurut jenis, antar pohon dari satu jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon Bowyer et al. 2003. Dibandingkan dengan kerapatan, maka BJ kayu dapat lebih mencerminkan nilai kekuatan kayu. Semakin tinggi BJ, maka kekuatan kayu akan semakin meningkat. Variasi yang besar dari BJ kayu tidak saja dapat terjadi di antara pohon- pohon pada jenis yang sama variasi individual tetapi juga diantara bagian-bagian pohon dari pohon yang sama. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi BJ kayu seperti umur pohon, kecepatan tumbuh dan lokasinya dalam batang Oey, 1964. BJ kayu yang tinggi antara lain juga dapat disebabkan oleh kadar ekstratif yang tinggi atau endapan-endapan diantara serabut-serabut kayu Den Berger 1923 dalam Oey 1964. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu yang terberat merupakan kayu yang terkuat. Keteguhan dan kekerasan kayu serta hampir semua sifat teknis lainnya berbanding lurus dengan BJ kayu.

2.3 Sifat Mekanis

Sifat mekanis kayu adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang berasal dari luar yang cenderung merubah bentuk kayu Tsoumis 1991. Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan atau geseran. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu antara lain BJ dan KA kayu, kayu teras dan kayu gubal, adanya riap tumbuh, arah serat dan tempat tumbuh.

2.3.1 Keteguhan lentur statis static bending strength

Parker 1974 dalam Prasetyo 2001 menyatakan bahwa keteguhan lentur statis adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu batang di tengah-tengah balok yang disangga kedua ujungnya sehingga permukaan atas kayu mengalami tekanan, sedangkan yang di bawah 6 sumbu netral mengalami tarikan. Balok akan mengalami pelengkungan di bagian tengahnya. Pelengkungan yang terjadi dinamakan defleksi. Berdasarkan hubungan antara ukuran kayu, bentang, beban dan defleksi maka akan diperoleh nilai modulus of elasticity MOE dan modulus or rupture MOR. Menurut Parker 1974 dalam Prasetyo 2001, dari pengujian keteguhan lentur statis akan diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu maksimum. Keteguhan kayu pada batas proporsi merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban lentur tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Sifat ini biasanya dinyatakan dalam besaran MOE yang merupakan perbandingan antara beban dengan deformasi per unit luas. Keteguhan kayu maksimum diperoleh setelah kayu mengalami kerusakan, dan nilai ini menggambarkan kekuatan kayu yang biasanya dinyatakan dalam MOR.

2.3.2 Keteguhan tekan sejajar serat compression strength

Keteguhan tekan sejajar serat adalah kemampuan kayu untuk menahan beban tekan yang terjadi pada kedua permukaannya. Keteguhan tekan sejajar serat digunakan untuk menentukan beban yang dapat dipikul oleh suatu tiang atau pancang yang pendek yang biasa terdapat pada konstruksi bangunan Bowyer et al. 2003.

2.3.3 Kekerasan Hardness

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan kikisan. Kekerasan kayu juga dapat diartikan sebagai ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang dapat membuat lekukan. Kayu yang mempunyai nilai kekerasan yang tinggi cocok digunakan untuk lantai Bowyer et al. 2003.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dimulai pada 20 November 2010 sampai dengan 15 Januari 2011.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk pengujian sifat fisis terdiri dari kaliper, oven, timbangan elektrik dan desikator, sedangkan untuk uji mekanis adalah universal testing machine merek Amsler dan Instron.

3.2.2 Bahan

Bahan utama adalah kayu surian Toona sinensis dari tiga batang pohon yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Diameter dan umur pohon serta perlakuan silvikulturnya tidak diketahui.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan meliputi persiapan dan pembuatan contoh uji, pengujian sifat fisis, pengujian sifat mekanis dan pengolahan data.

3.3.1 Persiapan dan pembuatan contoh uji

Pohon-pohon suren yang terpilih kemudian ditebang pada ketinggian 10- 15 cm dari tanah, lalu dipotong menjadi tiga bagian, yaitu pangkal, tengah dan ujung, masing-masing sepanjang 150-200 cm. Dari masing-masing bagian, diambil log pendek berukuran 60 cm. Bagian kayu teras dari masing-masing log tadi selanjutnya dipotong menjadi sortimen dengan ukuran penampang 2,5 cm x 2,5 cm pada empat sisi yang berbeda Gambar 1. Seluruh sortimen tersebut kemudian dibungkus rapi dan dibawa ke Bogor untuk selanjutnya dijadikan sampel uji sesuai dengan sifat dan prosedur pengujian yang digunakan.