. Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus

Gambar 2.1. Hemoglobin A1C test 13

2.2 . Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus

Banyak gangguan medis dikaitkan dengan ansietas. Gejala dapat mencakup serangan panik, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda distres lain. Klinisi harus meningkatkan kecurigaan untuk diagnosis ini ketika ansietas kronis atau ansietas paroksismal disertai dengan penyakit fisik yang diketahui menyebabkan gejala tersebut pada sejumlah pasien. 14 Tidak seperti depresi, hubungan ansietas dengan diabetes lebih banyak diteliti bersamaan dengan depresi. Dibandingkan dengan populasi umum pasien DM lebih banyak menderita ansietas. 3 Fobia terhadap jarum ataupun suntikan dan ketakutan akan terjadinya hipoglikemia merupakan keadaan yang sering terjadi pada pasien DM. Pasien yang mengalami fobia akan sulit mengontrol kadar gula darah atau jatuh pada komplikasi DM yang justru membutuhkan insulin Universitas Sumatera Utara secara darurat. Seringnya mereka tetap bertahan dengan keadaan hiperglikemia kronik karena ketakutan terjadi hipoglikemia. 3 Gejala dan tanda seperti berkeringat, cemas, tremor, takikardia dan konfusio sering membingungkan, apakah ini merupakan bagian dari ansietas atau episode hipoglikemia. Situasi ini sangat menyulitkan pasien dan juga klinisi dalam mengenali keadaan klinik sebenarnya. 3 Menurut penelitian Paul dan kawan- kawan, keparahan simtom depresi secara bermakna dikaitkan dengan kurangnya kepatuhan terhadap diet dan sekitar dua kali lipat karena terhentinya pemberian obat hipoglikemik secara oral. Keparahan simtom depresi dikaitkan dengan peningkatan yang tidak signifikan dalam tingkat HbA1C. 15 Penelitian empiris pada saat ini menunjukkan adanya prevalensi depresi yang tinggi pada populasi diabetes. Alasan mengapa prevalensi tinggi belum dapat dijelaskan sepenuhnya. 2,16 Terdapat hipotesis dua arah bi-directional yang menerangkan terjadinya dan berulangnya depresi pada pasien diabetes. Depresi terjadi sebagai hasil perubahan biokimia akibat langsung dari diabetes atau terapinya. Hipotesis ini didasari beberapa penemuan sebagai berikut, antara lain; IGejala- gejala depresi sebagai pencetus diabetes DM akibat depresi a Penderita depresi sering memiliki kebiasaan hidup yang dapat memicu terjadinya diabetes seperti: makan berlebihan atau tidak mengatur asupan makanan dan tidak mengikuti rekomendasi diet untuk penurunan berat badan. Obesitas sebagai faktor resiko diabetes sering terjadi pada pasien depresi akibat tingginya asupan kalori, gaya hidup bermalas- malasan dan kebiasaan merokok. 17 Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa pada DM tipe 1, depresi mengikuti terjadinya DM sedangkan pada DM tipe 2, depresi Universitas Sumatera Utara merupakan faktor resiko meskipun pada perjalanan DM yang lanjut dapat menimbulkan depresi. 2 b Keadaan depresi akan memicu aktivasi HPA aksis, sistem simpatoadrenal dan mencetuskan proses inflamasi. Diketahui beberapa marker inflamasi yang dikenal dengan faktor resiko terjadinya diabetes. Kadar interleukin-6 dan CRP C-reactive protein merupakan marker inflamasi yang meningkat pada pasien depresi dan diabetes. 16 c Pengobatan antidepressan juga dapat memicu terjadinya peningkatan berat badan dan obesitas yang merupakan faktor resiko diabetes. 16 d Terdapat bahan biologi yang sama-sama didapat pada pasien diabetes maupun depresi yaitu peningkatan produksi kortisol, gangguan metabolisme neurotransmitter norepinefrin dan serotonin, berkurangnya pemakaian glukosa dan meningkatnya resistensi insulin, disfungsi sel islet beta pancreas yang pada akhirnya bermuara pada terjadinya DM tipe 2. 1 IIDepresi terjadi akibat faktor psikologis dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit dan terapinya. Depresi pada diabetes terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami dari penyakit kronik Depresi akibat DM. 2,16 a Adanya stress psikologik yang timbul akibat tuntutan perubahan pola hidup pola diet dan olah raga dan penggunaan obat-obatan antidiabetik maupun insulin. 2 b Tekanan psikologis meningkat pada dua tahun pertama sering terjadi, terutama sejak diketahui adanya retinopati diabetik. Adanya komorbiditas mengakibatkan hubungan timbal balik yang saling memberatkan. Pada pasien DM adanya depresi dapat mempengaruhi kontrol gula darah dan memperburuk Universitas Sumatera Utara perjalanan penyakit diabetes serta meningkatkan komplikasi serius. Sedangkan depresi sendiri diketahui menjadi faktor resiko yang independen terhadap kejadian diabetes melitus. 2 Hasil penelitian dari Abdulbari Bener dan kawan-kawan, menyimpulkan bahwa adanya kejadian komorbiditas yang tinggi pasien DM dengan depresi, ansietas dan simtom stres. Depresi dan simtom ansietas berhubungan secara signifikan dengan jenis kelamin pada pasien diabetes, dengan tingkat kejadian yang tinggi pada perempuan. 17

2.3. Hospital Anxiety and Depression Scale HADS