NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT TOLAKI OHEO DAN ONGGABO

Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Onggabo

 Nilai Pendidikan Adat/Tradisi Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Nilai pendidikan adat atau tradisi dalam cerita rakyat terkandung dalam cerita yang disampaikan melalui kebiasaan yang berlaku sesuai pada kebudayaan sebenarnya dari daerah asal cerita yang Nilai pendidikan adat atau tradisi dalam cerita rakyat terkandung dalam cerita yang disampaikan melalui kebiasaan yang berlaku sesuai pada kebudayaan sebenarnya dari daerah asal cerita yang

Tonggoiso, Tolaki romboia mbetobulako oaso lelenga ikita i Unaaha. Laa motuounggehero tinomoke’i i Pue.

Orang-orang Tolaki dahulu hidup dalam suatu kelompok besar di suatu padang alang-alang luas, yaitu padang Unaaha. Pemimpin kelompok mereka dijuluki Pue.

Pada kutipan tersebut menggambarkan nilai tradisi pada masyarakat tolaki yang hidup dalam suatu kelompok dan sampai saat ini juga pemimpin mereka biasa dijuluki pue/nenek yang artinya orang yang lebih tua dan mempunyai banyak pengalaman.

Lakonoto meronga-ronga i Latuanda, Onggabo moawo kasoy luri aro lako karadai Uti Owose. Lakonoto poia hende inono nitamokei i Ale Uti.

Bersama-sama Latuanda, Onggabo berhasil menombak biawak besar itu di tempat persembunyiannya di sebuah gua di Auti, yang kini tempat itu di namakan Auti.

Pada kutipan tersebut nilai pendidikan adat/tradisi yakni kerja sama antara Onggabo dan Latuanda yang berhasil menombak seekor biawak besar dari tempat persembunyiannya. Karena sampai saat ini juga masih kita temukan adanya sifat yang berupa kerja sama.

Dapat kita ambil sebuah pelajaran dengan adanya kerja sama semua permasalahan yang ada pasti ada jalan keluarnya dan penyelsaiannya. Perlu diterapkan juga pada diri kita maupun orang lain.

 Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial merupakan hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya baik dari jenis yang sama maupun berbeda. Pendidikan sosial kemasyarakatan bertujuan untuk mengajarkan

manusia dalam menjalin hubungan yang baik antar sesamanya agar tercipta kedamaian dalam kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu embutuhkan bantuan orang lain dalm memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam cerita rakyat Onggabo yakni sebagai berikut:

Lalaieto ano dunggu I hunibaoto sumuai laa’aro moia i Latuanda ronga i Labuani. Lau-launo Onggabo teeni manasa laa komiu monaa waipode ndewali-wali, kuonggo umalei. Teenio

Kambuka Sio Ropo, “eheakuki mano au bolio teatademu ronga au pepateiki uti owose laa’laa nde umopui toono I kiro i Unaaha.

Demikianlah kisahnya hingga Onggabo berhasil menemukan tempat persembunyian Latuanda dan Labuani di Hunibato. Setibanya di sana, ia langsung mengatakan kepada Latuanda dan Labuani bahwa mereka memelihara seorang gadis yang cantik dan rupawan. Sekalipun berbagai alasan dikemukakan oleh Latuanda dan Labuani, akhirnya Onggabo berhasil juga memperistri putri cantik yang bernama Kambuka Sio Ropo itu, tetapi dengan syarat. Yang harus dipenuhi Onggabo ialah ia harus mampu mengubah dirinya menjadi manusia biasa dan mampu membunuh biawak besar yang ada di Auti yang telah banyak melahap manusia di Unaaha.

Pada kutipan tersebut menggambarkan bahwa Onggabo berhasil menemukan tempat tinggal Latuanda dan Labuani, dan ternyata mereka memelihara seorang gadis cantik yang rupawan yaitu Kambuka Sio Ropo. Akhirnya Onggabo meminta Kambuka Sio Ropo untuk menjadikan istrinya. Tetapi dengan syarat, Onggabo harus mampu mengubah dirinya menjadi manusia biasa dan harus mampu juga membunuh biawak besar yang berada di Auti, karena telah banyak memakan manusia yang ada di Unaaha. Onggabo pun memenuhi syarat yang diberikan putri itu.

Mateno Ndamasoleo tuduno Onggabo ilowuta. Metarambuu ari i Laalindu ano pambai otahi uminu-inui iwoi mbera-mbera lua itahi, uoonggo tumotoarisaokee kena laambo tuduno toono iuluno, timba iwasambara kioki nopombenasa.

Gugurnya Ndamasoleo membuat Onggabo turun ke bumi. Ia datang untuk melihat kemungkinan masih adanya manusia yang hidup dari sisa-sisa perangnya. Mulai dari sebelah utara wilayah Konawe yaitu di sungai La Liuda sampai ke mua ra Sampara, muara sungai Konawe’eha, dengan cara meneguk airnya, dia tidak memperoleh petunjuk adanya manusia di setiap hulu sungai.

Pada kutipan tersebut menggambarkan nilai pendidikan sosial Onggabo yang peduli pada masyarakat yang tinggal di Unaaha. Sehingga ia turun ke bumi untuk melihat kemungkinan masih ada manusia yang hidup dari sisa perangnya. Ia menyusuri sepanjang sungai Konawe’eha untuk mencari petunjuk tentang adanya manusia. Nilai sosial yang terdapat dalam kutipan tersebut mencerminkan sikap peduli, kita seharusnya menggunakan akal dan pikiran yang Tuhan telah anugerahkan untuk kita agar dapat bersikap manusiawi dalam memecahkan segala persoalan yang kita hadapi.

Nilai pendidikan sosial pada kutipan tersebut kita dapat mengambil sebuah pelajaran bahwa sikap Onggabo yang begitu semangat dalam melakukan sesuatu. Sehingga ia pun juga mendapatkan istri yang cantik rupawan dan membentuk sebuah keluarga.

 Nilai Pendidikan Budi Pekerti Nilai pendidikan budi pekerti adalah hakikat manusia sebagai makhluk etis, yaitu mahkluk yang

dapat mengerti dan menyadari norma-norma kesusilaann dan mampu berbuat sesuai dengan norma yang disadarinya. Nilai pendidikan budi pekerti berkaitan dengan sikap dan perilaku yang mencangkup kesabaran, kasih sayang, pengorbanan, kepedulian, pengabdian serta tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dikerjakan. Adapun nilai pendidikan budi pekerti yang terdapat dalam kutipan berikut adalah sebagai berikut:

Tuoombato taalaa oaso anadalo iyepo anolaa rumorangga laa umuhu ine wata mate. Lakoroto laulau tekono sumirui iepo aro pendeenggee noommore. Lakoroto wawei aro mbule ilaikaro i Hunibato, aro oana meamboi, dunggu mombewaiwaipode kaduito tewalino ronga meuda wuuno. Rotamoekeeto Kambuka Sio Ropo.

Akan tetapi seorang anak perempuan, yang baru pandai merangkak, mereka temukan di sebuah rumah besar. Anak itu sedang menyusu pada bangkai seorang ibu yang tidak di ketahui namanya. Anak itu mereka bawa pulang ke Hunibato. Di sanalah anak itu mereka pelihara dan besarkan hingga menjelang remaja. Anak tersebut ternyata menjadi seorang gadis cantik lagi rupawan dengan rambut yang lembut dan cukup panjang sehingga di beri nama Kambuka Sio Ropo.

Pada kutipan tersebut menggambarkan Nilai pendidikan budi pekerti berupa kepedulian dan kasih sayang yang ditunjukkan Latuanda dan Labuani. Di mana mereka menemukan seorang anak perempuan yang masih tersisa akibat dari sebuah peperangan dan wabah yang melanda negeri mereka. Mereka menemukan anak itu sedang menyusui pada bangkai seorang ibu yang tidak diketahui. Sehingga mereka membawa pulang anak itu ke tempat mereka yaitu di Hunibato. Di sanalah mereka perlihara dan besarkan, hingga menjadi seorang gadis cantik dengan rambut yang lembut dan cukup panjang, sehingga anak itu di beri nama Kambuka Sio Ropo.

Nilai pendidikan budi pekerti berupa kepedulian dan kasih sayang yang ditunjukkan Latuanda dan Labuani pada kutipan tersebut menunjukkan nilai yang harus di miliki seseorang. Kutipan tersebut mengajarkan kita untuk selalu peduli dan menjaga dengan penuh kasih sayang pemberian dari sang pencipta. Karena, sesuatu pemberian itu pasti akan membawa sebuah berkah tersendiri.

 Nilai Pendidikan Keindahan Nilai pendidikan keindahan adalah hakekat sebagai makhluk estetis, mahkluk yang dapat merasakan dan menciptakan keindahan. Tiap manusia yang normal sejak kecil mempunyai dorongan

kearah keindahan. Adapun nilai pendidikan keindahan pada cerita rakyat Onggabo adalah sebagai berikut:

Lakoroto wawei aro mbule ilaikaro, aro oana meamboi, dunggu mombewaiwaipode kaduito tewalino ronga meuda wuuno. Rotamoekeeto Kambuka Sio Ropo.

Di sanalah anak itu mereka pelihara dan besarkan hingga menjelang remaja. Anak tersebut ternyata menjadi seorang gadis cantik lagi rupawan dengan rambut yang lembut dan cukup panjang sehingga di beri nama Kambuka Sio Ropo.

Pada kutipan tersebut menggambarkan nilai keindahan yang diberikan sang pencipta dan harus kita syukuri, yakni seorang anak gadis yang begitu cantik dan rupawan, dengan rambut yang lembut dan panjang. Begitu indahnya pemberian sang pencipta yang ada pada diri kita, entah itu berupa kecantikan dan ketampanan seseorang yang senantiasa harus selalu kita syukuri dan jalani dengan penuh kesabaran.

 Nilai Pendidikan Kepahlawanan Pahlawan merupakan sosok yang peduli terhadap kepentingan orang lain di atas kepentingan

sendiri. Pendidikan kepahlawanan bertujuan untuk mendidik seseorang agar bisa berjiwa patriot dan suka menolong antar sesama. Nilai pendidikan kepahlawan dalam cerita rakyat Onggabo dapat dilihat pada kutipan berikut:

Lakonoto Onggabo moawo kasoy luri aro lako ronga i Latuanda. Batu i Ale Uti. Sabuturo leu mbone iwowani kumapo laa’anoto moia Uti owose, saa pohongo-hongono Onggabo, tebuai tokaa

Uti Owose rumorangga butuiro, lau-lau nggomeranggomii i Latuanda. Lau-launo Onggabo ale rumodoikee kasai luri ilotu ndotopaauo. Lakonoto molasu butu ilosoano oleo. Ari amba lako

mekukui, ieto laa’aro tealo rumurui kasai ine wata nggapu terumba wuohu tealoano mesambeako ano tekai dunggu terobu. Lako-lakonoikaa ano telalo mehay o i Konawe’eha, nopepotalambeako noombo- ombongio Konawe’eha. Nopenasai keto mate, lakonoto membuleako ano pewiso I wawono aale rinomoako Alehembuti iyeto rongano butu iwawono ano taa mo’onggo moiyoano. Lalaieto ano merambi iuluno Alahambuti.

Bersama-sama Latuanda, Onggabo berhasil menombak biawak besar itu di tempat persembunyiannya di sebuah gua di Auti, yang kini tempat itu di namakan Auti. Biawak besar itu keluar dari melarikan diri dari tempat persembunyiannya menuju arah sebelah timur. Dalam mengikuti jejaknya, Onggabo menemukan tombaknya di dekat sebatang pohon beringin yang dilintasinya karena tersangkut pada pohon itu. Tempat itu sekarang dinamakan Sabeani. Biawak besar itu menceburkan badannya dikali Konawe’eha dan mengapung di atas permukaan air yang membentang dari pinggir yang satu ke pinggir yang lain. Tempat itu sekarang dinamakan Honggoa. Merasa bahwa bahwa dirinya akan mati, biawak itu memasuki anak sungai Lahambuti dan menyusuri arah ke hulu. Dari hulu sampai sekarang, air kali Lahambuti menuju muara tidak pernah jernih. Akhirnya, tibalah ia di suatu tempat dan di sanalah biawak itu mati.

Pada kutipan tersebut menggambarkan nilai kepahlawanan Onggabo yang berhasil membunuh biawak besar itu. Onggabo benar-benar mengikuti syarat yang diberikan putri Kambuka Sio Ropo yaitu salah-satunya dapat membunuh biawak besar tersebut, dengan cara menombaknya yang ada di tempat persembunyiannya sebuah gua di Auti. Tetapi, biawak besar itu sempat melarikan diri dari tempat persembunyiannya menuju arah sebelah timur. Onggabo terus mengikuti jejaknya dan menemukan tombaknya di dekat pohon beringin yang dilewati biawak besar itu karena tersangkut di pohon. Lalu biawak besar itu menceburkan badannya di sungai Konawe’eha dan mengapung di atas permukaan air. Merasa bahwa dirinya itu akan mati, biawak itu memasuki anak sungai Lahambuti dan menyusuri arah hulu. Tibalah di suatu tempat dan di sanalah biawak raksasa itu itu mati.

Nilai pendidikan kepahlawanan yang di tunjukkan pada kutipan tersebut, yakni sikap Onggabo merupakan sosok yang berjiwa kepahlawanan dan tanggung jawab dengan apa yang telah di ucapkan. Ia membuktikan bahwa dirinya berani dalam melakukan sesuatu yang di dukung dengan rasa kepercayaan. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari yang benilai positif.

PENUTUP Kesimpulan

Dalam masyarakat Tolaki di kenal cerita Oheo dan Onggabo, kedua cerita rakyat tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai pendidikan. Cerita rakyat di samping sebagai hiburan, juga merupakan alat pendidik dan sarana pengungkapan isi hati. Tanggung jawab sebagai penikmat sekaligus pewaris adalah bagaimana menempatkan karya sastra itu sebagai salah satu yang perlu diwariskan dan dipahami serta dapat dinikmati.

Adapun nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita rakyat Oheo dan Onggabo pada masyarakat Tolaki dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam cerita rakyat Oheo terdapat, (a) Nilai pendidikan adat/tradisi, (b) Nilai pendidikan sosial, (c) Nilai pendidikan budi pekerti, (d) Nilai pendidikan keindahan, (e) Nilai pendidikan kepahlawanan. Sedangkan pada cerita rakyat Onggabo terdapat, (a) Nilai pendidikan adat/tradisi, (b) Nilai pendidikan sosial, (c) Nilai pendidikan budi pekerti, (d) Nilai pendidikan keindahan, (e) Nilai pendidikan kepahlawanan.

Saran

Penelitian ini mengkaji tentang Nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita rakyat Tolaki Oheo dan Onggabo. Namun, masih banyak yang perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam lagi tentang cerita rakyat pada masyarakat Tolaki. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada calon peneliti agar mengkaji aspek lain yang terdapat dalam cerita rakyat pada masyarakat Tolaki sebagai tindak lanjut penelitian sebelumnya. Selain itu, penulis mengharapkan agar cerita rakyat di daerah dapat di terapkan di setiap jenjang pendidikan untuk dijadikan mata pelajaran. Hal ini perlu dilaksanakan agar dapat mencegah kepunahan dari cerita rakyat daerah tersebut.