Metode mengajar
D.2. Metode mengajar
Dalam mendidik anak terdapat proses pemindahan keterampilan, pengetahuan, sikap bahkan norma orang dewasa/orang tua pada anak. Pemindahan ini dikenal dengan istilah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar juga dapat dikatakan sebagai sebuah cara mempengaruhi, membantu dan menuntun anak. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik memiliki berbagai cara agar anak dapat memahami dengan baik apa yang diajarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Khuzaimah (tanpa tahun) menemukan bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan model mengajar yang dapat menarik minat siswa. Penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat pengaruh yang besar terhadap gaya mengajar guru terhadap minat dan prestasi belajar siswa.
Pada penelitian ini para pengajar pelatihan kerja terkesan tidak memiliki sebuah metode mengajar yang menarik. Pengajar hanya sekedar mentransferkan ilmu pengetahuan pada peserta. Saat kegiatan pelatihan perbaikan AC peneliti mengamati pengajar hanya menjelaskan rangkaian-rangkaian atau bagian dari AC. Pengajar menjelaskan dan mempraktekkan cara membongkar, mencuci dan memasang rangkaian AC kembali. Kegiatan tersebut terkesan sangat kaku, tidak ada kedekatan hubungan yang terjalin antara pengajar dan peserta. Cara mengajar dan metode mengajar akan sangat nampak saat kita melihat kegiatan Kejar Paket. Metode yang digunakan oleh pengajar yakni menjelaskan dan menerangkan di papan tulis. Sementara pada kegiatan Kejar Paket, anak hanya mendengarkan dan menerima pelajaran dari guru.
Pada proses belajar mengajar program Kejar Paket, guru mengajar hanya dengan menjelaskan dan menerangkan di papan tulis. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan AT ketika ditanya tentang metode mengajar guru Kejar Paket, “Iya nulis di papan tulis, kadang di suruh maju buat jawab … kadang matematika disuruh jawab isiannya… anu aja Pada proses belajar mengajar program Kejar Paket, guru mengajar hanya dengan menjelaskan dan menerangkan di papan tulis. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan AT ketika ditanya tentang metode mengajar guru Kejar Paket, “Iya nulis di papan tulis, kadang di suruh maju buat jawab … kadang matematika disuruh jawab isiannya… anu aja
Kutipan tersebut mengindikasikan anak merasa kurang puas dengan metode belajar mengajar yang digunakan oleh guru Kejar Paket. Setiap anak mendapatkan nilai 100 saat mengerjakan sebuah tugas; sang anak merasa nilai tersebut merupakan nilai asal-asalan yang diberikan oleh pengajar. Selain itu anak juga merasa tidak nyaman dengan metode mengajar guru karena dalam sehari anak bisa belajar selama 1,5 jam dan harus mempelajari tiga mata pelajaran. Ketidakpuasan narapidana anak pada pengajar juga diutarakan oleh RA. Narapidana anak tersebut mengalami kesulitan saat mengikuti proses kejar paket. Hal tersebut karena anak belum lancar menulis dan membaca , “Asik-asik aja, tapi aku jengkel, guru itu cepat nulis, aku lambat, jadi ketinggalan. Jengkel aku … Ada tuh yang ga bisa jawab kita ketawain. Aada yang ribut disuruh nulis tapi ga bisa, ketawa lagi, hahaha … Pernah ga bisa juga aku haha, asik kok… Tulis separo aja, separo engga, kadang 1 sampai 3, sisanya engga k” (wawancara pada 23 Desember 2015). Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa RA merasa senang dapat masuk dalam kegiatan kejar paket, namun selama mengikuti proses belajar mengajar anak merasakan kesusahan atau kesulitan. Kesulitan yang dialami anak yakni tidak dapat mengikuti mata pelajaran yang diajarkan saat itu. RA merupakan salah satu anak yang belum lancar menulis dan membaca. Pernyataan RA mengindikasikan bahwa pelajaran yang diterima tidak sepadan dengan kemampuannya. RA sangat kesulitan ketika dihadapkan dengan mata pelajaran yang banyak menulis atau mencatat. Secara umum dari beberapa anak tersebut terlihat cara mengajar yang digunakan guru yakni menerangkan di papan tulis, menilai tugas anak tanpa melihat salah atau benar. Selain itu guru terkesan memaksa beberapa anak untuk menerima pelajaran yang sebenarnya bagi sebagian anak belum mampu menerimanya.
Kegiatan pelatihan kerja, baris berbaris maupun kejar paket dilakukan tentu menggunakan metode atau gaya mengajar. Dari paparan sebelumnya telah menunjukan
cara mengajar yang digunakan oleh para pengajar baik kegiatan pelatihan maupun kejar paket. Narapidana anak hanya melihat, mendengarkan, mencatat, dan maju ke depan mengerjakan tugas dipapan tulis jika diminta guru. Saat mengikuti kegiatan kejar paket terdapat anak yang tidur, tidak mengerjakan tugas, tidak memiliki rasa takut pada guru dan ribut saat di kelas. Pada kegiatan pelatihan sampai pada kejar paket terdapat tiga kelompok perasaan anak yaitu, merasakan senang, kesusahan, bahkan ada yang tidak menyukai kegiatan. Pada kegiatan pelatihan baris-berbaris terdapat beberapa anak yang tidak menyukai kegiatan karena kegiatannya melelahkan dan panas. Demikian juga dengan kegiatan pelatihan kerja, terdapat beberapa anak yang terpaksa mengikuti karena takut mendapatkan sanksi. Sedangkan pada kegiatan paket terdapat anak yang merasa senang, kesulitan mengikuti proses belajar, sampai pada tidak menyukai kegiatan tersebut. Adanya rasa tidak menyukai proses belajar mengajar karena sebagian anak merasa tidak menyukai pelajaran maupun metode yang diberikan oleh guru. Adanya perasaan tidak menyukai proses belajar mengajar tersebut mengindikasikan tidak terjadinya sebuah hubungan yang baik antara pengajar dengan murid. Pitzer, dkk (2014) menyatakan seorang guru harus menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan murid. Guru harus menciptakan suasana akademik dalam proses belajar mengajar, suasana terbuka, adanya umpan balik saat proses belajar mengajar. Ruang kelas yang kondusif penuh tawa, terdapat tugas yang menantang murid, adanya rasa puas dan adanya rasa hormat pada murid juga pada guru.