PEMATAH ANGIN

VI. PEMATAH ANGIN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Cuaca dan iklim mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

pertanian. Cuaca dan iklim tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tetapi juga berpengaruh terhadap kegiatan manusia dalam usaha pertanian. Pengetahuan Iklim sangat di perlukan dalam pertanian karena saat ini manusia belum seluruhnya bisa merekayasa atau memodifikasi iklim secara luas. Manusia hanya dapat mencari jalan keluar dari keadaan iklim yang ada, kalaupun bisa maka yang dilakukan hanya terbatas pada wilayah tertentu.

Angin merupakan salah satu unsur yang sangat mempengaruhi cuaca. Kecepatan angin berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi. Lahan yang berada di lahan yang rata dengan kecepatan angin besar perlu diberi pamatah angin, agar laju evapotranspirasi tidak terlalu cepat. Pematah angin adalah bahan yang dipasang di sekeliling lahan pertanaman, dapat berupa tanaman hidup atau pagar kayu/bambu. Dengan pematah angin maka kecepatan angin dapat dikurangi sehingga laju evapotranspirasi juga berkurang.

Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, praktikum agroklimatologi yang di laksanakan memiliki tujuan bahwa, para mahasiswa di harapkan memiliki kemampuan dalam mengamati, memahami dan mengetahui tentang keadaan unsur-unsur cuaca dan iklim di sekitarnya. Diharapkan para mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya untuk peningkatan usaha pertanian dan di harapkan kedepannya para mahasiswa dapat melakukan percobaan tentang memodifikasi cuaca dalam skala mikro untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia.

2. Tujuan Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan

pematah angin (windbreaker, shelterbelt) terhadap kecepatan angin di dalam pertanaman.

3. Waktu dan Tempat Praktikum Acara praktikum pematah angin dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2014 pukul 09.30 - 10.30 di Stasiun Klimatologi, Desa Sukosari,

Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka

Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Fahriza 2013).

Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok (Tjasyono 2008).

C. Hasil Pengamatan

1. Alat

a. Anemometer

2. Cara Kerja

a. Menyiapkan 4 petak tanam

b. Menanam jagung manis pada ke 4 petak tersebut,dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm

c. Dua dari 4 petak itu diperlakukan tanpa pematah angina

d. Dua petak yang lain diberi pematah angina terbuat dari bamboo pada tiga sisi luarnya

e. Melakukan pengamatan kecepatan angin pada ke 4 petak pertanaman jagung manis, pada sebelah luar (sebelum pematah angin) dan didalam pertanaman.

Tabel 6.1 Data Rekapan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

Tinggi Tanaman Rata-rata

Kecepatan Angin (m/s) Jumlah Daun Rata-rata Minggu

(cm)

Ke- Pematah

Pematah Tanpa Angin

Angin Pematah 1 0,6

Sumber : Rekapan data sekunder

TINGGI TANAMAN 80 RATA-RATA PEMATAH 60 ANGIN

TINGGI 40 TANAMAN

RATA-RATA

TANPA 0 PEMATAH

Gambar 16.1 Grafik Tinggi Tanaman Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

JUMLAH DAUN 12 RATA-RATA

10 PEMATAH 8 ANGIN 6 JUMLAH DAUN 4 RATA-RATA

TANPA

PEMATAH

Gambar 16.2 Grafik Jumlah Daun Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

D. Pembahasan

Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok (Tjasyono 2008).

Dari tabel 6.1 dapat diketahui bahwa pematah angin mempengaruhi kecepatan angin, tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman. Rata-rata kecepatan angin dengan pematah angin adalah 1,02 m/s dan tanpa pematah angin adalah 0,68 m/s. Rata-rata untuk tinggi tanaman dengan pematah angin adalah 53,25 cm dan tanpa pematah angin adalah 53,22 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pematah angin dapat memperkecil kecepatan angin sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dari pada tanpa pematah angin. Jumlah daun dengan pematah angin memiliki rata-rata 8 dan tanpa pematah angin memiliki rata-rata 8. Ada tidaknya pematah angin tidak begitu mempengaruhi jumlah daun.

E. Simpulan Dan Saran

A. Simpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Pematah angin mempengaruhi kecepatan angin, dengan adanya pematah angin maka kecepatan angin akan berkurang

2. Pematah angin mempengaruhi tinggi tanaman, karena ada pematah angin maka kecepatan angin akan kecil sehingga mempercepat

pertumbuhan pada tanaman

3. Jumlah daun tidak begitu dipengaruhi pematah angin

B. Saran Disarankan bagi para praktikan sebelum melakukan praktikum

untuk memahami terlebih dahulu tentang apa yang akan di praktikan. Untuk para Co-Ass supaya dalam memberikan penjelasan yang lebih jelas dan menjaga alat-alat di laboratorium tetap bekerja dengan baik.

Daftar Pustaka

Tjasyono, Bayon. 2008. Klimatologi. Bandung : ITB. Yusroh, Fahriza. 2013. Klimatologi. http://fahrizayusroh.wordpress.com. Diakses

pada 11 November 2014 pukul 14:35