UPHOLDING JUSTICE IN THE CASE OF INTERFAITH INHERITANCE
IV. KESIMPULAN
V. SARAN
Berdasarkan analisis terhadap pertimbangan hukum dari penetapan dan putusan waris dalam
Untuk mewujudkan kepastian hukum
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa dan menghindari konflik kewenangan dalam dalam perkara waris yang terdiri dari pewaris perkara waris yang melibatkan pihak muslim nonmuslim dengan ahli waris muslim, atau dan nonmuslim perlu dibuat peraturan yang
Penegakan Keadilan dalam Kewarisan Beda Agama (Muhamad Isna Wahyudi)
Ttp: tnp.
Ketidakjelasan penyelesaian perkara waris beda Friedrich, C. J. (2004). Filsafat hukum perspektif agama dapat menimbulkan halangan akses
historis. Bandung: Nuansa dan Nusamedia. terhadap keadilan pada tahap akses terhadap forum yang sesuai. Hal ini karena pengadilan agama dan Hazm, I. (Tt). Al-Muhalla. Juz IX. Beirut: Dar Al-
pengadilan negeri menerapkan hukum waris yang
Alaq.
berbeda, yang pada gilirannya dapat menimbulkan Kelsen, H. (2011). General theory of law and state. ketidakadilan bagi pencari keadilan.
Muttaqien, R (Ed.). Bandung: Nusa Media. Jika merujuk kepada Pasal 171 huruf b dan Marzuki, P. M. (2014). Penelitian hukum. Edisi
c KHI, maka perkara waris yang ditangani oleh Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group. pengadilan agama mengandaikan persamaan
Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung agama antara pewaris dan ahli waris. Jadi, RI. (2010). Titik singgung kewenangan selama terdapat pewaris muslim dan ahli waris
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum muslim sudah memenuhi syarat untuk menjadi dan peradilan agama. Laporan Penelitian 2010. kewenangan pengadilan agama, meski terdapat
Jakarta: MARI.
ahli waris lain yang nonmuslim. Namun, ketika syarat pewaris muslim dan ahli waris muslim Qardhawi, Y. (2007). Fiqh maqashid syar’i. Jakarta: tidak terpenuhi, maka lebih tepat menjadi
Pustaka Al-Kautsar.
kewenangan pengadilan negeri. Pengadilan negeri Radbruch, G. (2006). Five minutes of legal philosophy. menerapkan hukum adat dan KUH Perdata yang
Oxford Journal of Legal Studies, 26(1), 13-15. tidak mengenal halangan waris karena perbedaan agama, sehingga lebih mampu mewujudkan __________. (2006). Statutory lawlesness and supra- keadilan dalam perkara waris beda agama. statutory law. Oxford Journal of Legal Studies,
26(1), 1-11.
Rawls, J. (1971).
A theory of justice. Revised Edition.
Cambridge: The Belknap Press.
Riadi, E. (2011). Dinamika putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia dalam bidang perdata Al-‘Asqalani, A. A. I. H. Fath al-Bari. Lebanon: Dar
DAFTAR ACUAN
Islam. Jakarta: Gramata Publishing. al-Ma’rifah. 13 juz.
Wahyudi, M. I. (2014). Pembaruan hukum perdata Amal, T. A. (2005). Rekonstruksi sejarah Al Quran.
Islam: Pendekatan dan penerapan. Cet. I. Cet. I. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Bandung: Mandar Maju.
Az-Zuhaili, W. (1985). Kitab al-Fiqh ‘ala Mazahib al-Arba’ah. Damaskus: Dar al-Fikr. 8 juz.
Berenschot, W., & Bedner, A. (2010). Akses terhadap keadilan: An introduction to Indonesia’s
288 |
Jurnal Yudisial Vol. 8 No. 3 Desember 2015: 269 - 288