INDIKATOR PERUMAHAN

4.4.1 Kualitas Rumah Tinggal

Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yang relatif luas. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang ditempati. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah

sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10 m 2 perkapita. Hal ini ditunjukkan dalam hasil Susenas 2012 dimana sebanyak 54,3 persen luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura telah memenuhi syarat rumah sehat. Sementara itu sebanyak 45,7 persen luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura belum memenuhi syarat rumah sehat yaitu luas lantai per kapitanya

masih kurang dari 10 m 2 . Sempitnya rumah yang didiami oleh sebagian besar penduduk Kota Jayapura dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun menurunkan derajat kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk.

Kualitas rumah juga ditinjau dari segi jenis lantai, atap, dan dinding terluas yang digunakan. Berdasarkan hasil Susenas Kota Jayapura tahun 2012, lebih dari

80 persen rumah penduduk memiliki jenis lantai yang permanen (selain kayu dan tanah). Ditinjau dari bahan atap yang digunakan lebih dari 90 persen rumah- rumah di Kota Jayapura telah menggunakan bahan yang permanen terutama dari jenis seng. Dinding-dinding rumah di Kota Jayapura, lebih dari 73 persen telah menggunakan bahan yang permanen yaitu tembok. Sehingga dapat dikatakan secara umum rumah tangga di Kota Jayapura pada umumnya telah menempati bangunan permanen.

Gambar 4.9. Proporsi Jenis Lantai, Jenis Dinding, dan Jenis Atap di Kota

Jayapura Tahun 2012

4.4.2 Fasilitas Rumah

Beberapa Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya listrik, air bersih serta tersedianya jamban dan tangki septik. Hasil pengolaan data Susenas tahun 2012 mengenai fasilitas perumahan, dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Fasilitas Perumahan Kota Jayapura Tahun 2012

Pada gambar 4.10 terlihat bahwa 84,3 persen sumber air minum rumah tangga di Kota Jayapura menggunakan air kemasan, isi ulang, dan leding. Sedangkan sebanyak 10,8 persen menggunakan sumur/mata air terlindung, dan sisanya sebanyak 5,0 persen menggunakan sumur/mata air tak terlindung, pompa, dan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber air minum yang digunakan sebagian besar rumah tangga di Kota Jayapura berasal dari sumber air minum yang bersih. Keberadaan sumber air bersih pada rumah tangga di Kota Jayapura sangat mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan yang artinya berkorelasi positif terhadap kenaikan angka harapan hidup.

Sistem pembuangan kotoran/ air besar manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan Sistem pembuangan kotoran/ air besar manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan

Ketersediaan listrik bagi rumah-rumah di Kota Jayapura telah menjangkau hampir seluruh wilayah Kota Jayapura. Hal ini terlihat dari besarnya persentase pengguna listrik PLN pada tahun 2012, yaitu sebesar 99,59 persen. Namun demikian, masih ada sebagian kecil rumah di Kota Jayapura yang menggunakan petromak/pelita sebagai sumber penerangannya. Sementara itu, menurut penggunaan bahan bakar untuk memasak terdapat sebanyak 96,4 persen rumah tangga di Kota Jayapura menggunakan bahan bakar Minyak tanah, 0,9 persen menggunakan bahan bakar listrik dan gas elpiji, dan sebanyak 2,7 persen masih menggunakan kayu bakar.