INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1

Nilai M aksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM …………… 19 Tabel 3.1

Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2009- 2011 …………………… 34

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1

Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua ………....…… 09 Gambar 2.2

Model Penggunaan Alat Hubung Input dan Output …..…..…. 11 Gambar 2.3

Pendekatan dari ”Atas ke Bawah ” ……………………….….…. 12 Gambar 2.4

Pendekatan dari ”Bawah Ke Atas” ..……………….………..….. 13 Gambar 2.5

Pendekatan Kombinasi Top Down dan Bottom up Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura ...................................

14 Gambar 3.1

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun 2008-2012................................................................................

22 Gambar 3.2

Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2012 ......................................................

24 Gambar 3.3

Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota Jayapura Tahun 2012 ................................................................................

25 Gambar 3.4

Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun 2008-2012 ..................................................................................

26 Gambar 3.5

Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2012 ......................................................

27 Gambar 3.6

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun 2008-2012 ..................................................................................

28 Gambar 3.7

Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun 2012 .................................................................

29 Gambar 3.8

Pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jyapaura Tahun 2012 ...................................................................................

Gambar 3.9 Perkembangan PPP Kota Jayapura Tahun 2008-2012.. ........... 31 Gambar 3.10 Pencapaian PPP Kota Jayapura Tahun 2012 ...........................

32 Gambar 4.1

Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun 2012 ....................... 37 Gambar 4.2

Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun 2012 ............. 38 Gambar 4.3

Angka Melek Huruf Penduduk Kota Jayapura Menurut Kelompok Umur Tahun 2012 .....................................................

41 Gambar 4.4

Sebaran Penduduk Kota Jayapura Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 ..................................

43 Gambar 4.5

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Jayapura Tahun 2012 44 Gambar 4.6

Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kota Jayapura Tahun 2012 ................................................................................

45 Gambar 4.7

Sebaran Lapangan Usaha Pada Penduduk yang Bekerja di 46 Kota Jayapura Tahun 2011 dan 2012 ....................................... Gambar 4.8

Proporsi Luas Lantai Perkapita Kota Jayapura Tahun 2012 ..... 48 Gambar 4.9

Proporsi Jenis Lantai, Jenis Dinding, dan Jenis Atap Rumah di 49 Kota Jayapura Tahun 2012 ....................................................... Gambar 4.10 Fasilitas Perumahan Kota Jayapura Tahun 2012 ......................

50 Gambar 4.11 Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Jayapura Tahun 2012 ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana, namun seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang berorientasi pada hal- hal yang bersifat materi.

Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen utama :

a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan manusia.

b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang yang sama.

c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya harus dapat diperbaharui.

d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya.

Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Namun, perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua tujuan tersebut diatas diletakkan dalam kerangka untuk memperluas pilihan- pilihan bagi manusia.

Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia yaitu berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun komponen- komponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi ; Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan Standar Hidup (decent living). Untuk

gambaran tentang pembangunan manusia di Kota Jayapura, maka disusunlah publikasi “Indeks

memperoleh

Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura tahun 2013 ”, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan di Kota Jayapura.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota Jayapura. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumberdaya manusia di Kota Jayapura, termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia.

Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :

a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kota Jayapura.

b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan manusia di Kota Jayapura.

c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan manusia (IPM) dan indikator-indikator sosial lainnya di Kota Jayapura.

d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai masalah yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :  Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang

meliputi ; lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup (decent living).

 Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.  Pengukuran besaran angka IPM Kota Jayapura.  Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura.

 Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan manusia di Kota Jayapura.

1.3.2. Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian mencakup wilayah di Kota Jayapura.

1.4. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN (TERMINOLOGI)

 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup, pendidikan dan standar hidup.  Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar antara 0 – 100.  Indeks Pendidikan, Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah.  Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP) yang disesuaikan dengan rumus atkinson.  Angka Harapan Hidup (e o ), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur.  Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

 Partisipasi Sekolah, proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, dan 16-18) yang masih duduk di bangku sekolah)

 Rata-rata Lama Sekolah(RLS), menggambarkan lamanya penddidikan yang ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan.  Angka Partisipasi Murni(APM), adalah indicator yang digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia sekolah (PUS) yang bersekolah tepat waktu.

 Partisipasi Angkatan Kerja, menggambarkan persentase penduduk yang membutuhkan pekerjaan (aktif secara ekonomis) atau memberi gambaran seberapa besar keterlibatan penduduk dalam ekonomi produktif.

 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), adalah indicator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja  Setengah Menganggur, menggambarkan tidak bekerja penuh yang dapat dilihat dari jam kerja, produktifitas dan pendapatan.  Kontribusi Sektor perekonomian dalam Penyerapan Tenaga Kerja, adalah suatu indicator yang digunakan untuk mengetahui andil setiap sector dalam menyerap tenaga kerja.

 Persentase Penolong Persalinan, adalah suatu indicator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan tertutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi.

 Rata-rata Lama Sakit, adalah indikator yang menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk. Indikator ini juga menggambarkan  Rata-rata Lama Sakit, adalah indikator yang menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk. Indikator ini juga menggambarkan

 Angka Sakit, adalah indikator yang memberi gambaran prevalensi kesakitan (keluhan kesehatan) oleh masyarakat dan juga digunakan untuk melihat tingkat kesehatan penduduk suatu daerah.

BAB II DATA DAN METODOLOGI

Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan, kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.

2.1. BASIS DATA PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1. Sumber Data

Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality). Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan pengeluaran rumah tangga.

Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik.

2.1.2. Data Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Sehingga untuk penyusunan IPM diperlukan data derajat kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat (gambar 2.1).

Dalam penyusunan publikasi “Indikator Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura Tahun 2013 ” digunakan Dalam penyusunan publikasi “Indikator Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura Tahun 2013 ” digunakan

Survei tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data yang mencakup berbagai aspek sosial dan ekonomi yang cukup kompleks. Susenas mengumpulkan berbagai informasi seperti kependudukan, kesehatan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, dan perumahan serta lingkungan.

2.2. PENDEKATAN IPM SEBAGAI PENUNJANG PEMBANGUNAN MANUSIA

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM untuk mengukur laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia.

2.2.1. Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia

Model sebagaimana pada gambar 2.2 dibawah menggambarkan mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per sektor / program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan dalam tiga parameter IPM.

Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools ) tetapi merupakan “outcome” atau hasil dari suatu Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools ) tetapi merupakan “outcome” atau hasil dari suatu

Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor output (tiga parameter IPM), dalam proses perencanaannya untuk model ini memerlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam bentuk program aplikasi.

Gambar 2.2 Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output

Implementasi model diatas dalam perencanaan pembangunan manusia, dapat diaplikasikan melalui tiga alternatif metode, yaitu :

1. Top down approach Pendekatan ini (lihat gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut kemudian disusunlah rancangan alokasi sektor-sektor APBD dengan menggunakan alat/instrument perencanaan dalam bentuk „worksheet” yang mudah digunakan dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan worksheet ini rencana komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam proses penyusunannya dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan secara perhitungan dapat dicapai.

Gambar 2.3

Pendekatan dari “Atas ke Bawah” (Top down approach)

2. Bottom up approach

Pendekatan ini (gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan dari bawah (bottom up), berangkat dari target IPM yang ingin dicapai, tetapi dimulai dengan menetapkan komposisi rencana anggaran persektor/program sebagaimana yang selama ini dilakukan, kemudian baru dihitung berapa pengaruhnya terhadap kenaikan IPM.

Gambar 2.4 Pendekatan dari “Bawah ke Atas” (Bottom-up approach)

3. Hybrid approach

Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM

Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up (Hybrid approach)

Dalam proses pengembangan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah, masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya pemantapan model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana pengembangan, yang di pusat dilaksanakan Ditjen

Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP, sedangkan di daerah dikoordinasikan oleh BP3D.

2.2.2. Konsep Perhitungan IPM

Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah index (HDI). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

1. Usia Hidup

Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (MR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

2. Pengetahuan

Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata- rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional . Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis. Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan menulis) dan berkode 2 (dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari penghitungan dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh data lama sekolah masing-masing ndividu yang kemudian digunakan sub Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata- rata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional . Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis. Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan menulis) dan berkode 2 (dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari penghitungan dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh data lama sekolah masing-masing ndividu yang kemudian digunakan sub

3. Standar Hidup Layak

Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi perkapita riil yang telah Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi perkapita riil yang telah

Dimana E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-I P(9,j)

: Harga komoditi j Q(I,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-I Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan

untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana :

D = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z

= Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis kemiskinan)

2.2.3. Tahapan Perhitungan IPM

Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut :  Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing

komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan= X2 dan Standar Hidup Layak = X3)

Indeks (Xi) = (Xi – Xmin)/(Xmaks – Xmin)

Dimana : Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3 Xmin : Nilai minimum Xi

Xmaks : Nilai Maksimum Xi

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM

NILAI

NILAI

INDIKATOR CATATAN

MAKSIMUM

MINIMUM

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf

0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata Lama Sekolah

15 0 Sesuai standar global (UNDP) Komsumsi per kapita

300.000 (1996) UNDP menggunakan GDP per

Yang disesuaikan 360.000 (1999) kapita riil yang disesuaikan Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenasn, UNDP)

 Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan rumus:

Indeks Pembangunan Manusia

= 1/3 ∑ Xi

= 1/3 ((X(1) + X(2) + X(3))

dimana :

X(1) : Indeks Angka Harapan Hidup X(2)

: 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X(3)

: Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan

 Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.

r = { (IPM t+n – IPM t )/(IPM ideal – IPM t ) x 100 } 1/n

Dimana: IPMt : IPM pada tahun t IPM t+n

: IPM pada tahun t+n IPM ideal : 100

2.2.4. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia

Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut :  Tinggi

: IPM lebih dari 80,0

 Menengah Atas

: IPM antara 66,0 – 79,9

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9  Rendah

: IPM kurang dari 50,0

BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA

3.1 SITUASI INDIKATOR-INDIKATOR UTAMA IPM KOTA JAYAPURA

3.1.1 Angka Harapan Hidup (e0)

Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah.

Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2012 adalah sebesar 68,77 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Kota Jayapura Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2012 adalah sebesar 68,77 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Kota Jayapura

3.1 menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa kualitas fisik penduduk Kota Jayapura dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Angka harapan hidup erat kaitannya dengan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan sehingga peningkatan angka harapan hidup merupakan indikasi yang positif bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura dari tahun ke tahun memberikan dampak yang positif bagi penduduk Kota Jayapura.

Untuk lebih memacu upaya pemerintah Kota Jayapura dalam meningkatkan angka harapan hidup penduduknya, perlu diamati kedudukan Kota Jayapura dibanding dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dalam hal pencapaian angka harapan hidup. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten Mimika sebesar 70,87 tahun lebih besar 2,1 tahun dari angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura tidak lebih baik daripada Kabupaten Mimika.

Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa pemerintah Kota Jayapura perlu mengadakan kajian bersama atau studi banding ke Kabupaten/Kota lainnya yang telah berhasil mencapai angka harapan hidup yang lebih tinggi di banding Kota Jayapura. Upaya tersebut bertujuan agar penduduk Kota Jayapura dapat lebih mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat.

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik penduduk sehingga secara rata-rata dapat bertahan hidup sampai usia 85 tahun. Dengan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura tahun 2012 sebesar 68,77 berarti nilai indeks pencapaian terhadap standar global adalah sebesar 72,95 persen.

Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global dari tahun 2008 hingga tahun 2012, terjadi peningkatan Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global dari tahun 2008 hingga tahun 2012, terjadi peningkatan

Namun, jika dibandingkan dengan indikator lain, pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global UNDP dari tahun ke tahun merupakan pencapaian yang paling lambat.

3.1.2 Angka Melek Huruf

Unsur utama IPM adalah indikator pendidikan yang terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf dalam unsur IPM menunjukkan kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun keatas. Kemampuan ini dikaji karena kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Capaian angka melek huruf di Kota Jayapura cukup tinggi, pada tahun 2012 angka melek huruf Kota Jayapura adalah sebesar 99,84 persen atau hanya 0,16 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang mengalami buta huruf. Tingginya angka melek huruf di Kota Jayapura adalah output dari keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan.

Dari gambar 3.4 terlihat terjadi peningkatan angka melek huruf dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan sebanyak 0,76 persen dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,18 persen per tahun.

terlihat bahwa angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi pertama diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah Kota Jayapura cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program pengentasan buta aksara dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus sehingga penduduk Kota Jayapura bebas buta huruf terutama untuk usia penduduk 15-44 tahun.

3.1.3 Rata-Rata Lama Sekolah

Unsur kedua indikator pendidikan dalam penghitungan IPM adalah rata- rata lama sekolah. Unsur ini digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah.

Pada tahun 2012 angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura sebesar 11,06 tahun atau hanya naik sebesar 0.03 tahun dibanding tahun 2011. Angka rata-rata lama sekolah sebesar 11,06 diartikan bahwa rata-rata penduduk di Kota Jayapura telah mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMU/Sederajat. Angka ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Jayapura telah berhasil menuntaskan program wajib belajar 9 Tahun.

Sama kondisinya dengan capaian angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura menduduki peringkat pertama diantara Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Papua. Berdasarkan informasi pada gambar

3.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya terdapat 4 Kabupaten/Kota yang telah berhasil dalam program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kabupaten/Kota yang dimaksud antara lain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Biak Numfor.

Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka rata-rata lama sekolah terhadap standar global yang telah ditetapkan oleh UNDP dapat dilihat pada gambar 3.8

Standar global yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun atau setara dengan tingkat diploma 3 pada jenjang perguruan tinggi. Pada tahun 2012, pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kota Jayapura terhadap standar global UNDP adalah sebesar 73,73 persen atau naik 0,2 persen dibanding tahun 2011. Secara rata-rata, selama 5 tahun terakhir peningkatan indeks pencapaian rata-rata lama sekolah sebesar 0,33 persen per tahun. Tingginya indikator pendidikan di Kota Jayapura dapat dipertahankan jika pemerintah tetap serius dalam menangani program pembangunan di sektor pendidikan, dan pembangunan di sektor penunjangnya yaitu sektor kesehatan dan ekonomi.

3.1.4 Pengeluaran Riil Yang disesuaikan

Unsur ketiga dalam IPM adalah indikator standar hidup layak yang diwakili oleh Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli masyarakat. Paritas daya beli dihitung dengan menggunaka rumus Atkinson. Pada tahun 2012 daya beli penduduk untuk memenuhi standar hidup yang layak sebesar Rp 644.800,- . Kemampuan daya beli masyarakat Kota Jayapura mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai perkembangan PPP 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9.

Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup layak, maka dibuatlah indeks dimana cara penghitungannya telah dijelaskan pada Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup layak, maka dibuatlah indeks dimana cara penghitungannya telah dijelaskan pada

Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang

3.2 INDEKS KOMPOSIT : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA JAYAPURA

Dari ketiga unsur utama setelah dihitung indeksnya dan digabungkan dengan rumus tertentu akan diperoleh angka IPM. Perkembangan angka IPM, memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah.

Dari agregat ketiga indikator tunggal penyusun IPM Kota Jayapura yang telah dibahas sebelumnya diperoleh angka IPM Kota Jayapura pada tahun 2012 sebesar 76,64. IPM tahun 2012 terdiri dari indeks kesehatan (e 0 ) yaitu sebesar 72,95; indeks pendidikan (gabungan angka melek huruf dan rata-rata pendidikan) sebesar 91,14 dan indeks decent living(PPP) sebesar 65,82. Dari ketiga indeks yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks pendidikan adalah indeks yang paling menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka IPM Kota Jayapura, pemerintah Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan terhadap program kesehatan dan program di bidang ekonomi.

Pencapaian angka IPM pada tahun 2012 bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 76,29 bertambah 0,35 point. Peningkatan tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah Kota Jayapura dalam perencanaan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut tabel perkembangan IPM di Kota Jayapura dari tahun 2010-2012

Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun 2010-2012

Komponen IPM

1. Angka Harapan Hidup (Tahun)

68,61 68,77 2. Melek Huruf (%)

99,83 99,84 3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

4. Pengeluaran Riil yang Disesuaikan 636.930

Dengan capaian IPM 76.64, maka Kota Jayapura menurut Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa(PBB) berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu capaian IPM di antara 66 – 79.9.

3.3 REDUKSI SHORTFALL

Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Reduksi shortfall per tahun (annual reduction in Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Reduksi shortfall per tahun (annual reduction in

Selama periode 2011-2012, reduksi shortfall menunjukkan angka 1,47. Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia pada tahun 2012 telah memperpendek jarak tempuh IPM tahun lalu menuju IPM Ideal sebanyak 1,47 persen.

BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA

4.1 Indikator Kependudukan

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

4.1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kota Jayapura sebanyak 273.928 jiwa, yang terdiri dari 144.742 laki-laki dan 129.186 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 67.677 rumah tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 60.593 jiwa. Kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah, sehingga wajar sebagai ibukota propinsi Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Jayapura yaitu sebesar 44,17 yang artinya, secara rata- Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kota Jayapura sebanyak 273.928 jiwa, yang terdiri dari 144.742 laki-laki dan 129.186 perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak 67.677 rumah tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 60.593 jiwa. Kelompok usia 20-29 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah, sehingga wajar sebagai ibukota propinsi Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Jayapura yaitu sebesar 44,17 yang artinya, secara rata-

Gambaran distribusi penduduk pada setiap distrik di Kota Jayapura dapat dilihat pada gambar 4.2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Distrik Abepura (77.995 jiwa) kemudian diikuti Distrik Jayapura Selatan (71.505 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Distrik Muara Tami (11.916 jiwa).

4.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang terjadi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya perubahan jumla penduduk yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan persentase.

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: Pn

: Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po

: Jumlah penduduk pada tahun dasar n

: Jumlah tahun antara tahun dasar dan tahun ke-n r

: Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun

Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama kurun waktu 2008-2012 yaitu sebesar 2,98 persen. Artinya bahwa selama 5 tahun terakhir secara rata-rata penduduk Kota Jayapura bertambah sebesar 2,98 persen per tahun.

4.1.3 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah Penduduk Laki-laki

Sex Ratio =

X 100

Jumlah Penduduk Perempuan

Rasio jenis kelamin Kota Jayapura tahun 2012 yaitu 112,04 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 112penduduk laki-laki atau pada setiap 10 perempuan terdapat 11 orang laki-laki.

4.1.4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga

Rata-rata anggota rumah tangga merupakan suatu indikator untuk menunjukkan rata-rata muatan suatu rumah tangga. Angka ini dapat digunakan sebagai acuan apakah keluarga di suatu daerah masih merupakan keluarga besar atau sudah merupakan keluarga kecil. Angka rata-rata anggota rumah tangga ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan banyaknya rumah tangga. Rumus yang digunakan adalah:

Banyaknya Penduduk Rata-rata ART = Banyaknya Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2012 sebanyak 67.677 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,24 jiwa. Artinya, secara rata-rata terdapat 4 sampai dengan 5 anggota rumah tangga pada setiap rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2012.

4.2. INDIKATOR PENDIDIKAN

4.2.1 Angka Melek Huruf

Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bertambahnya angka melek huruf. Angka melek huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan pengetahuan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai hidup sejahtera. Bahasan pada sub bab ini merupakan materi yang memperkuat analisis indikator angka melek huruf. Dihubungkan pula dengan tujuan MDG‟s maka dalam sub bab ini akan membahas angka melek huruf pada penduduk berusia sepuluh 10-44 tahun.

Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk penduduk berusia 15-24 tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen

Dapat disimpulkan bahwa target pemerintah untuk angka melek huruf di Kota jayapura telah tercapai mengingat target yang dipatok pemerintah adalah 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan dirasa cukup berhasil. Namun, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan harapan dapat tercapainya kualitas sumber daya manusia yang optimal di Kota Jayapura.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan hasil rata-rata lama sekolah, indikator yang menunjukkan adanya peningkatan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan hasil rata-rata lama sekolah, indikator yang menunjukkan adanya peningkatan

4.3. INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

4.3.1. Angkatan Kerja

Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 60,38% penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Jika Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 60,38% penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Jika

4.3.2. Penduduk Bekerja

Bila dibedakan menurut golongan umur pada tahun 2012, penduduk yang bekerja pada umumnya berumur 25-54 tahun yang merupakan usia prima (prime age) yaitu sejumlah 83,7 persen dari penduduk bekerja.

Pada tahun 2012, penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan sebanyak 37,9 persen naik 6,4 persen jika dibandingkan Pada tahun 2012, penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan sebanyak 37,9 persen naik 6,4 persen jika dibandingkan

Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan, angkutan dengan nilai proporsi lebih dari 75 persen. Mengingat Kota Jayapura Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan, angkutan dengan nilai proporsi lebih dari 75 persen. Mengingat Kota Jayapura

4.4 INDIKATOR PERUMAHAN

Menurut perencanaan program dan dampaknya, indikator kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu upaya perbaikan kesehatan, status kesehatan dan penunjang. Indikator penunjang diantaranya adalah perumahan dan lingkungan. Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Bahkan menurut Jatman (1948:170) rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan status simbol dan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Karena itu, aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan bagi penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, tingkat kesejahteraan juga dapat digambarkan dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.